-->

Ketika KTP dan BPJS lebih Berharga daripada Nyawa Manusia

Oleh : Syifa Islamiati

BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial) merupakan lembaga yang bertugas menyelenggarakan jaminan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Lembaga ini mulai dibentuk pada tahun 2014 melalui dasar hukum Undang-Undang no. 24 tahun 2011. BPJS terdiri dari dua jenis yaitu BPJS kesehatan dan BPJS ketenagakerjaan. Lalu BPJS tersebut dibagi lagi menjadi beberapa jenis penerima di antaranya penerima bantuan iuran, pekerja penerima upah, pekerja jasa konstruksi, pekerja migran Indonesia dan lain-lain.

BPJS yang katanya diadakan untuk menjamin kehidupan rakyat nyatanya hanya ilusi semata. Rakyat justru dipersulit dengan diwajibkan membayar iuran BPJS setiap bulannya sesuai kelas yang diinginkan. Tentu saja semakin nyaman kelasnya maka semakin besar pula iuran yang harus dibayarkan.

Jika dipikir dengan akal sehat seharusnya BPJS memudahkan rakyat dalam hal kesehatan dan ketenagakerjaan. Tapi pada faktanya yang terjadi hari ini justru malah menyengsarakan rakyat. Rakyat secara rutin harus membayar iuran BPJS tetapi tidak semua dapat diklaim/di-cover oleh BPJS. Seperti obat-obatan, infus, berkantong-kantong darah, rakyat harus merogoh kantongnya lebih dalam lagi. 

Tidak hanya itu, saat ini pemerintah juga membuat kebijakan baru yang benar-benar diluar nalar. Syarat jual beli tanah salah satunya harus memiliki kartu BPJS, begitu pula untuk pembuatan SIM, SKCK, bahkan calon jamaah haji dan umroh pun wajib memiliki kartu BPJS. Kemudian hanya sekedar ingin mendapatkan perawatan yang layak dan cepat pun pasien wajib memiliki kartu BPJS tersebut.

Seperti kasus viral beberapa hari yang lalu, seorang bapak yang baru pulang bekerja sebagai TKI di Malaysia mengalami penyumbatan usus. Beliau dikabarkan sedang menjalani perawatan di salah satu rumah sakit di Bulukumba. Karena penyakitnya yang semakin parah, dokter menyarankan untuk segera dilakukan tindakan operasi. Mengingat biaya operasi yang tidak sedikit akhirnya pihak keluarga memutuskan membuat kartu BPJS. Tetapi pasien belum memiliki e-KTP sebagai syarat pembuatan kartu BPJS tersebut. Akhirnya dengan kondisi lemah dan kritis beliau pergi ke kantor Disdukcapil untuk membuat e-KTP. Dengan tubuh yang semakin lemah beliau menjalani setiap tahapan proses pembuatan e-KTP. Saat tahap pemotretan beliau sudah tidak sadarkan diri dan akhirnya meninggal dunia di kantor Disdukcapil tersebut. (detiksulsel.com, 17/03/2022)

Padahal sudah jelas bahwa nyawa seorang muslim amatlah berharga. Hilangnya nyawa seorang muslim lebih besar perkaranya dari pada hilangnya dunia. Nabi Muhammad SAW. bersabda:

 لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ قَتْلِ مُؤْمِنٍ بِغَيْرِ حَقٍّ 

“Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingkan terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR Nasai 3987, Turmudzi 1455)

Terpampang nyata penguasa kapitalis hari ini sepertinya sama sekali tidak mempedulikan nasib bahkan nyawa rakyatnya yang sedang sekarat sekalipun. Mereka hanya mementingkan dirinya sendiri. Hanya memikirkan kesenangan dunia yang tidak seberapa dibanding kenikmatan akhirat. Hanya memikirkan bagaimana cara mendapatkan materi sebanyak-banyaknya walau dengan cara yang bertentangan dengan syariat. Pun tidak sedikitpun dapat meriayah rakyat yang dipimpinnya. Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

اللَّهُمَّ مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتي شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِمْ فاشْقُقْ عَلَيْهِ، وَمَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَرَفَقَ بِهِمْ فَارْفُقْ بِهِ 

“Yaa Allah, siapa saja yang memegang urusan umatku sedikit saja lalu dia mempersulit mereka maka persulitlah urusannya, dan siapa saja yang memegang urusan umatku sedikit saja lalu dia mempermudah mereka maka permudahlah urusannya.”(HR. Muslim)

Inilah potret buram sistem buatan kafir harbi. Rakyat dibiarkan mandiri mengatasi masalah-masalahnya. Rakyat harus berjuang sendiri memenuhi kebutuhan hidupnya. Rakyat juga diperas dan dipaksa membayar pajak untuk pembangunan infrastruktur yang jelas-jelas hanya dinikmati oleh penguasa dan pengusaha. Rakyat dipersulit untuk mendapatkan pelayanan terbaik dan kesejahteraan hidup. Dan banyak lagi kedzoliman yang diciptakan oleh sistem ini.

Jauh berbeda ketika khalifah memimpin umat dalam naungan khilafah rasyidah. Khalifah senantiasa meriayah umat, baik Islam maupun non Islam. Berupaya memenuhi kebutuhan dasar umat. Tidak hanya kebutuhan primer, kebutuhan sekunder dan tersier pun tercukupi. Khalifah juga melayani umat dengan pelayanan yang terbaik. Dengan begitu kehidupan yang layak dan kesejahteraan umat akan tercapai dalam naungan khilafah. Allahu Akbar!