-->

Semantic Error, Tontonan Error Milenials

Oleh : Silahwati Dewi
(Aktivis Dakwah) 

Pecinta Drakor baru-baru ini digemparkan dengan Web Drama BL atau Boys Love dari Versi Webtoon "Semantic Error". Drama ini merupakan adaptasi dari novel dan webtoon berjudul sama dari gubahan Jeo Su Ri dan Kim Angy. Drama ini mengisahkan romantisme dua orang pria dengan kepribadian berbeda. Mereka adalah Sang Woo yang diperankan oleh Park Jae Chan dan Jae Young  yang diperankan oleh Park Seo Ham. Sang Woo yang kaku justru berkebalikan dengan Jae Young mahasiswa paling populer di kampus.

Dari cerita Semantic Error tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa tontonan ini bertemakan L68TQ dengan dalih open minded untuk melegalkan L68TQ didalam sajian tontonan publik berbayar.
Tren drama BL (Boys Love) dengan tontonan serupa banyak sekali pengusungnya tidak hanya Korea tetapi Jepang, China dan Thailand.
Penikmat drama BL (Boys Love) ini pun tidak terkecuali Indonesia dengan mayoritas muslim terbesar di dunia. Kita dapat lihat dari berbagai Fanbase di media sosial Twitter, Instagram bahkan YouTube Reaction yang mendukung tontonan L68TQ ini.

Yups, tontonan error milenials yang tak seharusnya ini mampu menggeser hal tabu menjadi hal lumrah, dan ini merupakan propaganda kaum L68TQ. Bagaimana kisah cinta antara dua lelaki dikemas semenarik mungkin dan mereka melakukan propaganda itu secara terang-terangan. Parahnya, tontonan ini malah dianggap wajar serta dielu-elukan oleh generasi milenials khususnya generasi muslim. Sungguh, ini mengerikan.

Pada awalnya mereka hanya menonton karena drama ini memiliki hal-hal lucu dan ketampanan para aktor tersebut tetapi lama-kelamaan mereka akan menganggap perbuatan aktor dari drama tersebut sebuah kebenaran tanpa mereka sadari. Akhirnya mereka meniru tindakan terlaknat tersebut. Hal ini sangat berbahaya bagi keberlangsungan masa depan generasi. Bagaimana mungkin aktivitas kaum Luth tersebut dilakukan kaum muslim? Nauzubillah.

Kita sebagai generasi milenials harusnya mampu menggunakan akal untuk memilah mana hal baik dan buruk. Justru mirisnya, generasi milenials ini memberikan tanggapan positif dalam platform webtoon dan mereka memberikan pujian selangit untuk para aktor dan alur drama ini. Dilansir oleh Wowkeren.com (4/3/2022) seorang netizen berkata, "Mereka melakukan pekerjaan yang hebat dalam dramatisasi." Netizen yang lain menambahkan, "Sinkronisasi dengan karya aslinya bukan lelucon. Mereka hebat!"

Sedangkan dalam lansiran yang sama drama Semantic Error ini berhasil menduduki peringkat pertama di Watcha, platform milik perusahaan Korea untuk tontonan film dan drama.

Sejatinya menonton drama tidak salah, hanya saja isi atau informasi yang terdapat dalam tontonan tersebut yang dipermasalahkan. Karena dari apa yang ditonton dapat mempengaruhi pemikiran dan perbuatan. Hal ini dimasukkan dimasukan dalam drama ini seolah ada jnsur kesengajaan untuk merusak generasi.

Sistem demokerasi sekuler inilah biang kerok dari adanya tontonan error milenials ini. Sistem inilah yang memisahkan agama dari kehidupan. Aturan yang dibuat manusia melegalkan kebebasan berekspresi yang justru kebablasan. Dari sanalah produsen-produsen film drama ini hanya mementingkan keuntungan tanpa melihat dampak film drama yang diproduksi. Negara tidak perduli untuk melindungi generasi ditambah agama dipinggirkan sehingga generasi milenials tidak memiliki akidah yang lurus. Mereka menganggap tontonan ini wajar dan menerima propaganda L68TQ serta menjadi pelakunya. Generasi milenials rusak dan keluar dari fitrahnya. Fitrahnya laki-laki diciptakan untuk perempuan dalam melestarikan kehidupan. Bila L68TQ ini dilegalkan maka manusia akan punah. Ini adalah persoalan sistemik yang harus diselesaikan dengan cara sistemik pula.

Apa saja kira-kira solusinya? Pertama adalah generasi milenials harus mengkaji Islam agar mengetahui hukum L68TQ dan paham bahwa perannya adalah menjadi agen perubahan.

Yang kedua adalah speak up menolak L68TQ untuk menyadarkan kaum pelangi kembali ke fitrahnya dan menyadarkan masyarakat tentang bahayanya ide-ide barat yang dipropagandakan lewat film-film yang dibuat sehingga merusak generasi muslim.

Solusi yang ketiga adalah negara mengambil peran melindungi generasi dan para pemimpin kaum muslimin bersatu. Mereka terikat dalam sebuah negara adidaya yaitu Khilafah. Dengan penerapan syariat Islam maka menutup celah adanya aktivitas L68TQ termasuk tontonan tersebut.