-->

Aroma Klenik Di Tengah Megaproyek IKN

Oleh : Ummu Lifi 

Ditengah kisruh megaproyek pembangunan IKN, pemerintah malah mempertontonkan ritual Kendi Nusantara bersama 28 gubernur dan 6 perwakilan gubernur se-Indonesia. Dalam ritual ini masing-masing daerah diinstruksikan membawa seliter air dan dua kilogram tanah wilayahnya. Tanah dan air dari penjuru Nusantara itu kemudian dipersatukan dalam “Kendi Nusantara” yang disimpan di Titik Nol IKN baru.  

Presiden dan jajaran pejabat negeri ini berkemah di Titik Nol IKN dari Senin—Selasa (14 dan 15 Maret 2022). Agenda kemah ini juga dikawal ketat dengan pengamanan oleh 2.000 lebih aparat keamanan. Presiden pun melakukan adat tepung tawar untuk melindungi, membersihkan, serta permohonan dijauhkan dari mara bahaya. 

Menurut pengamat politik dari Universitas Negeri Jakarta Ubedilah Badrun "Praktek semacam itu dalam terminologi sosiologi budaya dan sosiologi politik bisa dikategorikan sebagai politik klenik. Suatu praktik politik mengimplementasikan kemauan penguasa (IKN) berdasar imajinasi irasionalitasnya yang meyakini semacam adanya mistisisme tertentu," (Kompas.com, 13/3/2022). 

Begitupun Pakar hukum dan politikus Eggi Sudjana mengatakan Ritual Kendi Nusantara melanggar konstitusi karena dalam UU 3/2022 tentang IKN sekalipun tidak ditemukan norma pasal yang mengamanatkan adanya ritual tanah dan air ini oleh kepala negara. 

Tak dipungkiri aroma klenik kental menyeruak di tengah peresmian pembangunan proyek IKN, tak ayal mengundang kegaduhan masyarakat. Sungguh ironis di tengah kemajuan teknologi bangsa, pemimpin negara malah melakukan ritual yang berdampak pada pendangkalan aqidah ratusan juta rakyat yang jelas-jelas dapat mengundang azab Allah swt. 
 
Penguasa yang begitu alergi dengan syariat islam, menolak secara terang-terangan, tetapi dengan senang hati memasukkan hal-hal berbau klenik atau mistis dalam kehidupan bernegara. Tidakkah  jadi pelajaran banyaknya permasalahan yang melanda negeri ini? Kini malah ditambah dengan perilaku syirik yang mengundang murka Allah swt. Bagaimana mungkin keberkahan akan tercurah jika klenik jadi andalan? 

Inilah gambaran nyata sistem demokrasi, kesyirikan dilanggengkan bahkan dijadikan cara untuk meredam gejolak penolakan publik, Terlihat wajah sistem demokrasi, penuh dengan kemunafikan. Jargon menjunjung tinggi suara rakyat, nyatanya hanya menjadikan rakyat sebagai “alas kaki” bagi para oligarki.

Ide kebebasan berekspresi dalam sistem ini hanyalah berlaku untuk segala perilaku maksiat dan merusak bisa tumbuh subur tetapi pemikiran Islam yang membawa pada kebaikan dan keberkahan justru diberangus dan dibungkam. 

Sekularisme yang menjadi asas sistem demokrasi menyingkirkan peran agama dalam kehidupan, menghasilkan manusia-manusia yang  menghalalkan segala cara dalam meraih tujuan. Berbuat sesuka hati tanpa ada batasan dan aturan, mengedepankan hawa nafsu durjana meskipun harus melabrak larangan Allah swt. 

Bagaimana mungkin dengan ritual klenik mengharapkan kelancaran pembangunan IKN justru sebaliknya  dapat mengundang kebinasaan dan azab dari Allah swt sebagai Sang Penguasa alam semesta yang sesungguhnya. 
Allah Swt. Berfirman :“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik)…” (QS An-Nisa ayat 48) 

Selain itu, perbuatan syirik tidak hanya termasuk dosa besar, tetapi juga suatu kezaliman yang dapat mendatangkan kebinasaan bagi negeri. 
Allah Swt. berfirman : “Dan Rabb-mu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedangkan penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan…” (QS Hud ayat 109) 

Bukankah Allah ‘Azza wa Jalla mengingatkan bahwa keberkahan (ziyadatul khair) hanya akan tercurah jika penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa? 

Karenanya wajar jikalau lah sampai dengan detik ini rahmatanlil ‘alamiin masih belum dapat kita raih karena syariat Allah swt masih terlepas dari aturan kehidupan termasuk dalam aturan bernegara. Karenanya sudah saat nya kita campakkan dan buang jauh-jauh sistem demokrasi sekuler yang rusak dan merusak.

Perjuangkan dan bela Islam bersegera menerapkan syariatNya dalam setiap segi kehidupan. Bukan hanya memperoleh ridha Allah swt, tetapi juga dapat menurunkan keberkahan bagi negeri dari langit dan bumi.

Wallahu'alam bishowab