-->

Merawat Jalan Dakwah Dalam Kondisi Apapun

Oleh: Yuyun Rumiwati
(Muslimah Peduli Generasi dan Peradaban)

Dakwah adalah kewajiban, dakwah adalah cinta. Bahkan salah satu kriteria umat Islam sebagai umat terbaik (kuntum khairu ummah) karena aktifitas amar ma'ruf nahi Munkar (menyeru pada kebaikan dan mencegah pada yang mungkar).

Layaklah jika seorang yang telah menancap pemahaman dakwah, tidak akan pernah diam. Dimana pun ia berada, dalam kondisi apapun dan dalam bentuk apapun sarana yang bisa ia gunakan entah lewat lisan maupun tulisan. Entah dalam dalam kondisi luang atau sempit. Dalam ruang bebas atau bahkan dalam sel tahanan, dakwah itu akan terus berlanjut selama hayat masih di kandung badan.

Begitu pula kita bisa melihat dari kisah para ulama' atau aktivis yang dipenjara penguasa karena keberaniannya dalam amar ma'ruf. Justru masa tahanan tidak menghentikan amal dakwah yang menjadi poros hidupnya.

Ini pula ternyata yang terjadi pada sosok karismatik HRS dan tokoh pentolan FPI (Front Persaudaraan Islam),  yang saat ini berada dalam tahanan. 

Hari Jumat, 26 Februari 2021, dua orang tahanan Narkoba yang merupakan Ayah dan Anak masuk Islam di Rutan Mabes Polri atas bimbingan Habib Rizieq, Ustadz Shobri dan Habib Hanif", ujar Aziz Yanuar saat dihubungi Sindonews, Jumat (5/3/2021).

Diketahui, Habib Rizieq Shihab berada satu sel dengan menantunya Habib Hanif Alatas dan mantan Ketua umum FPI KH Shobri Lubis di rumah tahanan Bareskrim Polri, Jakarta Selatan. Habib Hanif sendiri ditahan akibat kasus tes swab di RS Ummi Bogor.

Ketiganya ditempatkan di Blok Narkoba dan tetap aktif berdakwah dan memberikan pelajaran ilmu-ilmu agama kepada para warga binaan. Selain berdakwah dan memberikan pelajaran ilmu-ilmu agama, kehadiran Habib Rizieq benar-benar membawa perubahan positif bagi para Tahanan di Rutan Narkoba. (okezone.com, 6/3/2021) 

Dari fenomena tersebut, kaum muslim bisa mengambil pelajaran berharga. Terlebih bagi yang memiliki kesempatan luang dan kesehatan. Diantara pelajaran tersebut sebagai berikut: 

Pertama : Ideologi tidak bisa mati. 

Penghentian dakwah melaui penangkapan, penjeblosan bahkan pembunuhan terhadap aktivisnya tidak akan mampu mematikan ideologi. Terlebih ideologi yang lahir dari akidah yang shahih yaitu Islam. Bahkan, Allah sumber risalah pun telah berjanji untuk memenangkan Islam, meski orang-orang kafir tidak menyukai. 

يُرِيدُونَ أَن يُطۡفِ‍ُٔواْ نُورَ ٱللَّهِ بِأَفۡوَٰهِهِمۡ وَيَأۡبَى ٱللَّهُ إِلَّآ أَن يُتِمَّ نُورَهُۥ وَلَوۡ كَرِهَ ٱلۡكَٰفِرُونَ ٣٢  

“(Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan – ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayaNya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai." (At-Taubah ayat 32)

Kedua : Upaya menghalangi dakwah adalah sia-sia.

Berbagai cara untuk membendung laju dakwah dan tersyiarnya Islam adalah sia-sia. Bisa jadi, pembenci Islam berusaha menangkap, memenjarakan bahkan membunuh pengemban dakwah Islam. Dengan harapan mereka akan berhenti menyampaikan kebenaran. Atau sebagai cara untuk menakuti yang lain, agar tidak berdakwah. 

Namun, sang penghalang dakwah lupa. Bahwa mereka hanya mampu mempersempit gerak jasadi para pengemban dakwah. Tapi ruh dan pemikiran mereka tetap hidup. Sekecil apapun peluang dakwah. Akan bisa terlihat oleh mata sang pencinta dakwah dan umat. Maka tak heran, justru dengan dipenjarakannnya para ulama' dan aktivis dakwah. Laju dakwah di dalam penjara meningkat atas izin Allah.

Ketiga : Kemenangan Islam itu pasti

Betapa ketakutan barat dan musuh Islam akan kembalinya kekuatan Islam, membuat mereka siang malam mencari cara untuk menggagalkan. Bahkan jika tidak bisa, setidaknya memperlambat kemenangan Islam itu tiba. 

Karena kemenangan Islam itu pasti. Dan kehadirannya pun pasti.  Maka segala upaya menghalangi dakwah,  ibarat orang yang merusak bunga dan tamannya. Namun mereka tak akan mampu menghalangi musim semi tiba. Dan musim semi tersebut adalah kemenangan Islam. Sebagaimana janji Allah.

Keempat : Mengambil peran perjuangan selagi ada kesempatan

Kemenangan Islam itu pasti. Tanpa kita ikut berjuang atau tidak. Namun, sebagai seorang mukmin yang yang sadar akan tanggung jawab terhadap agamanya tak layak diam dan berpangku tangan menunggu kemenangan datang. 

Betapa cukup banyak ayat yang menjelaskan bahwa dakwah adalah kewajiban. Kewajiban untuk turut berdakwah menyongsong kemenangan. Dakwah adalah kebutuhan. Maka cukup cukup jelas konsekuensinya, kerugianlah yang akan didapat saat meninggalkannya.
Karenanya, selagi kesempatan itu masih ada. Ajal belum tiba. Maka kesegeraan untuk menyongsong kemenangan dengan ikut serta dalam medan dakwah dan perjuangan adalah satu-satunya pilihan yang tidak bisa kita tunda. Bukankah kita yang butuh pertolongan Allah, rahmat dan ampunan-Nya? Betapa rahmat, ampunan dan surga telah disiapkan bagi mereka yang bersegera memenuhi seruannya sebagaimana Qur'an surat Al-Imran 133,

رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ

"Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa." 

Semoga Allah mengokohkan dan meneguhkan perjuangan umat dalam menyongsong kemenangan Islam. Betapa nikmat Allah amat besar bagi yang istiqamah di jalan-Nya. 

Allahu a'lam bi shawab.