-->

Tetaplah Beracun Wahai Para Pemilik Daging Beracun

Oleh : Nora Putri Yanti
(Aktivis Dakwah Kampus)

Ranah Minang akhir-akhir ini menjadi sorotan lagi, dilansir dari Harianhaluan.com, MUI Sumbar yaitu Buya Gusrizal diteror orang tak dikenal (OTK) berbentuk spanduk-spanduk dengan kata-kata tak layak tayang yang dipasang saat orang terlelap tidur di gerbang surau tempat Buya Gusrizal biasanya memberikan tausyiah dan di Simpang Jirek Bukittinggi. Dalam dua spanduk itu bertuliskan "Selamat terpilih kembali Gusrizal Gazahar sebagai Ketua MUI Sumbar. Semoga menjadi manusia yang mendamaikan dan tidak lagi sebagai provokator pemecah belah umat yang bicara tidak sesuai bidang ilmunya". Di spanduk lainnya bertuliskan "Manusia sok tau dan sok ahli dalam semua bidang ilmu terpilih kembali menjadi ketua MUI Sumbar". Ini menambah lagi deretan persekusi terhadap ulama lagi. Mungkin belilau pemuka Minang yang teguh dengan adaik basandi Syara’ dan Syara’basandi kitabullah yang  sampai saat ini masih digigit kuat dan  itu menggelitik penguasa kita. Karena teror ini tibanya setelah Beliau mengkritisi dan menolak keputusan SKB tiga menteri. Seakan pengkritik negara ini masuk jebakan Betmen mengkritik para peminta kritik yang ujung-ujungnya malah dicekik juga.

Bukan sebuah rahasia lagi di dunia moderasi saat sekarang ini, musuh-musuh Islam unjuk gigi  menyerang hukum-hukum sang Ilahi  melalui tangan-tangan anak umat Islam sendiri. Mulai dari permasalahkan Kerudung dan jilbab, jenggot dan poligami yang juga disudutkan. Dana wakaf dan zakat tak ketinggalan dilirik untuk disikat karena ada kemanfaatannya. Dan atas nama moderasi Khilafah malah dituding juga sebagai pemecah-belah negara dan bangsa. Banyak juga terpengaruh bujuk rayu kesejahteraan semu lalu memilih berlari kesisi  para pemuja materi untuk berdiri mengamankan diri sendiri. Nampaknya umat Islam tetap menjadi bulan-bulanan diskriminasi di negara demokrasi. Toleransi beragama hanya  mimpi yang ketika terbangun dipagi hari menyadari Itu hanya ilusi dan tak nyata serta tak seindah mimpi. Pastilah demokrasi tidak pernah memberi ruang bagi Islam untuk bicara secara kaffah. Mereka hanya membatasi Islam boleh disampaikan sebatas sebagai ibadah ritual saja. Dalam kehidupan sehari-harinya jangan pernah bawa agama. Bahkan sampai pada muslim phobia dengan Islamnya, subhanallah

Kita sendirilah yang menanggalkan syariat di negeri muslim mayoritas ini tapi rasa-rasa minoritas. Secara fisik memang tidak terjadi apa-apa dan penjajahan itu tak nampak nyata namun pemikiran kita sudah terserang racun sekularisme nya. Mungkin sedikit terlupa dan mengabaikan pesan junjungan kita melalui sabda Rasulullah Saw: “Tali ikatan Islam akan putus seutas demi seutas. Setiap kali terputus, manusia bergantung pada tali berikutnya. Yang paling awal terputus adalah hukumnya (pemerintahan), dan yang terakhir adalah salat.” (HR Ahmad). Persis yang saat ini dirasa, negara bebas dengan aturan buatannya, yang namanya manusia sifatnya lemah dan terbatas yang tak bisa melampaui kodratnya sebagai seorang hamba. Padahal dengan banyaknya terjadi kerusakan dan ancaman di negeri ini akibat abainya manusia terhadap syariat Allah. Membuka mata kita bahwa sekarang kita tidak baik-baik saja, dunia sedang sakit dan butuh obat bukan cuman butuh bius penghilang rasa sakit sementara. Lihatlah dimana-mana ada krisis ekonomi, hutang riba yang menggurita, kriminalitas seakan lumrah, seks bebas dianggap mainan pelipur lara, korupsi dan lain-lain yang masih banyak lagi yang diperbaiki negara ini agar tidak menerima rapor merah lagi.

Dakwah akan Islam ideologi adalah sesuatu yang utama saat ini, inilah upaya nyata penyadaran terhadap umat Islam, Agar kencangnya arus sekulerisme akut ini dapat diarungi untuk menghindari kita terjun kedalam jurang kehancuran. Kita harus bersuara lantang menegakkan syariah Islam kaffah sebagai solusi tuntas menyelesaikan carut marut dunia saat ini. Tanpa Khilafah, eksistensi Islam sebagai solusi persoalan umat dan pembawa rahmat seluruh alam akan hilang. Mestinya umat memahami bahwa kekuatan Islam terletak pada sistem Khilafah, yuk kenali Islammu dan banggalah ber-Islam kaffah .

Dan untuk para pejuang peradaban bersama alim ulama, jangan pernah gentar membela syariah kita, mari kita bersama-sama untuk segera menerapkan segera secara kaffah tanpa tebang pilih, mana yang mudah yang sesuai selera kita karena itu hanya nafsu semata, sikap kita seharusnya sami’na waa atha’na terhadap perintah-Nya. Jangan sampai kita pula yang mengetuk pintu pemerintah untuk makan bersama mereka karena silau dunia. Karena menjumpai para alim ulama murni seperti mutiara murni itu susah, diibaratkan sebuah benda maka banyak KW atau tiruannya. Padahal ulama itu adalah orang yang paling takut dan taat kepada Allah SW. Seperti yang dijelaskan juga dalam Kitab Wa Lillaahi al-Asmaa’ al-Husna, Syaikh al-Jalil rahimahullah menuturkan, bahwasanya ada seorang laki-laki berkata kepada Imam Asy Sya’bi rahimahullah, "Wahai orang alim!".  Imam Asy Sya’biy ra pun menukas, "Orang yang alim adalah orang yang hanya takut kepada Allah SWT.

Di dalam kitab yang sama, juga diceritakan bahwasanya seorang shahabat pilihan, Ibnu Mas’ud radliyallahu ‘anhu pernah berkata: “Cukuplah dengan takut kepada Allah swt seseorang disebut ‘alim, dan cukuplah orang membangkang kepada Allah swt disebut orang-orang yang pandir". Seorang tabi'ut tabi'iin terkemuka Abu Hayyan at-Taimiy ra pernah menyatakan: "Ulama itu ada 3 macam; pertama, 'aalimun billahi yaitu ia mengetahui Allah, kedua, ‘aalimun biamrillah yaitu ia mengetahui perintah Allah, ketiga; 'aalimun billahi wa biamrillah yakni ia mengetahui Allah dan perintah Allah SWT. Adapun ‘aalimun billah (mengetahui Allah) adalah orang yang takut kepada Allah namun tidak mengetahui sunnah. Adapun ‘aalimun bi amrillah adalah orang yang mengetahui sunnah tetapi tidak takut kepada Allah. Sedangkan ‘aalimun billahi wa amrillah adalah orang yang mengetahui sunnah dan takut kepada Allah swt. Itulah orang yang disebut-sebut dengan penuh kebesaran di kerajaan langit". [Al-Imam Al-Hafidz As Suyuthiy Asy Syafi’iy, Al-Durr al-Mantsuur, Juz 7, hal. 20].

Pilihan ada ditangan kita, yang mau berjuang jangan pernah goyah menyuarakan suara-Nya. Jangan sampai malah menjadi penentang dan peredam kebangkitan akan kegemilangan syariah-Nya kembali, yang nantinya akan rugi sendiri karena terlena kebahagiaan semu dan mencampakkan kebahagiaan yang hakiki.  karena Islam akan  berjaya kembali adalah janji sang Maha penepat janji yang tak mungkin Mungkir janji.
Semoga ditangan kita Allah ridhoi kemenangan Islam itu kembali, agar rahmatan Lil aalamiin itu bisa dicicipi.