Mencegah Karakter Moody Pada Anak Sejak Dini
Oleh: Najah Ummu Salamah
Penamabda.com - Akhir-akhir ini banyak Orangtua yang kewalahan menyikapi anaknya yang moody. Apalagi saat-saat Pandemi, pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru di sekolah dilakukan secara daring dengan pendampingan Orangtua di rumah. Anak-anak yang moody susah disiplin dalam pembelajaran daring.
Banyak Orangtua yang kesulitan mengkondisikan putra-putrinya belajar dan mengerjakan tugas daring sekolah tepat waktu. Padahal Orangtua sudah menyediakan fasilitas dan pengarahan. Namun justru anaknya tidak mau mengerjakan tugasnya. Kalaupun mau mengerjakan tugas, mereka pilih-pilih mata pelajaran dan waktu. Seringkali juga meminta imbalan hadiah macam-macam. Bahkan malah ada yang menyalahgunakan gawai untuk main game dan aplikasi lainnya dengan berbagai alasan. Anak yang moody cenderung semaunya sendiri. Apalagi saat daring yang menjadi gurunya adalah orangtuanya sendiri.
Lebih-lebih pada anak usia belajar di taman kanak-kanak dan sekolah dasar. Mereka masih cenderung belum ada kesadaran penuh belajar teratur. Sikap moody sering juga terjadi. Terkadang semangat belajar daring, namun terkadang juga tidak disiplin.
Moody, Salah Pola Asuh Sejak Dini
Lalu apa sebenarnya sifat moody itu. Dalam dunia anak zaman now istilah moody adalah sebutan yang diberikan kepada orang mengalami mood tidak stabil atau naik turun. Sedangkan dalam ilmu psikologi, istilah moody sebenarnya tidak pernah ada.Itu hanya istilah gaul yang digunakan oleh anak remaja. Dalam psikologi, orang yang mengalami mood yang naik turun disebut mood disorder atau gangguan mood. (Kompasiana, 11/11/2014)
Banyak hal yang menjadi penyebab mood anak tidak stabil. Salah satunya salah pola asuh. Bagi anak seusia TK dan sekolah dasar memang cenderung mood nya masih belum stabil. Masa-masa ini anak-anak masih sangat butuh pola dari orangtua dan lingkungan keluarga.
Orangtua yang melakukan aktivitas keseharian yang teratur akan membangun pola kegiatan anak yang disiplin. Mood anak akan cenderung stabil. Mulai dari pola pembiasaan ibadah, belajar, makan, tidur, bermain, semua akan teratur mengikuti ritme kegiatan orangtua.
Sebaliknya jika Orangtua pola keseharian tidak terjadwal dengan baik, cenderung spontanitas. Maka, hal ini juga akan mempengaruhi mood anak. Misalkan saat ibadah dan belajar tidak disiplin, makan dan tidur tidak teratur, juga akan membuat anak sulit memiliki mood yang stabil.
Akibat nya anak tidak memahami aturan dan menghargai waktu. Saatnya tidur, malah nonton TV atau bermain. Saatnya ingin makan, tak bisa dihentikan. Saatnya belajar malah pulas tertidur akibat semalaman nonton film sambil begadang.
Sehingga anak yang moody akan sulit hidup teratur dan terikat. Dia cenderung 'semau gue' asal hati senang dengan yang dilakukan. Jika hati sedang tidak mood maka tugas akan mudah diabaikan meskipun itu adalah tanggung jawabnya. Termasuk tugas ibadah dan belajar ataupun kebutuhan seperti makan dan tidur. Semuanya bergantung mood.
Bahkan lebih bahaya lagi jika sifat moody ini tidak segera tertangani. Anak akan cenderung tidak taat syari'at. Karena ketaatannya lebih cenderung dipengaruhi moodnya bukan atas pemahaman dan kesadaran.
Orangtua Pembentuk Pola
Menjadi orangtua adalah sebuah amanah yang mulia. Namun, seiring dengan itu kewajiban yang menjadi tanggung jawab tentu tidak mudah.
Dalam Islam, menjadi orangtua berarti siap mencetak generasi Sholih. Generasi yang yang taat pada aturan Syari'at. Agar kelak menjadi pejuang dan pemimpin peradaban Islam yang gemilang. Tentu hal ini akan sangat sulit, jika generasi yang terlahir memiliki sifat moody.
Membangun karakter anak yang stabil adalah tugas orangtua. Apalagi jika anak masih diusia belia. Penting membersamai mereka selama masa tumbuh kembangnya. Membangun pola kegiatan sehari-hari dengan teratur dan terencana. Serta memberikan pemahaman pentingnya hidup disiplin dan teratur sesuai kadar usianya.
Anak tercipta sesuai dengan fitrah. Fitrah anak adalah Islam. Pada dasarnya anak mudah taat pada syari'atNya. Yang menjadikan anak tidak taat syari'atNya bahkan beragama selain Islam adalah pengaruh orangtuanya. Orangtualah yang sembrono menampilkan pola asuh yang tidak teratur sehingga lahir anak yang moody dan sulit diatur.
Banyak hal yang bisa dilakukan orangtua untuk mencegah munculnya sifat moody pada anak sejak usia dini. Beberapa diantaranya:
Pertama, orangtua harus memiliki komitmen yang tinggi untuk menjadi tauladan yang baik. Menampilkan sikap disiplin dan terikat pada hukum Syara'.
Kedua, mengajak anak membuat komitmen bersama tentang jadwal keseharian di rumah. Bahkan untuk anak yang seusia SD sudah bisa diajak membuat poster kreasi jadwal kegiatan sehari-hari. Kemudian diwarnai lalu ditempel di kamar anak. Supaya dia selalu ingat komitmen bersama tersebut. Harapannya anak-anak teratur beribadah, belajar, mengaji, makan, mandi, tidur dan bermain.
Ketiga, membuat kesepakatan tentang tugas dan tanggung jawab anak jika komitmen telah dijalankan atau ketika dilanggar. Hal ini bisa berupa reward dan punishment yang edukatif.
Keempat, Orangtua dan anak bersama mengevaluasi kegiatan keseharian. Agar ada perbaikan dan kesepakatan ulang jika ada yang tidak sesuai harapan.
Dengan demikian, anak akan terbiasa hidup teratur dan disiplin dengan tanggung jawabnya sesuai tahap usianya. Sebagai bekal menjadi mukallaf yang terikat hukum Syara'. Agar menjadi generasi yang berkepribadian Islam dan teguh pendirian. Siap menjadi pejuang dan pengisi peradaban Islam kaffah dalam bingkai khilafah.
Wallahu a'lam bi ash-showab
Posting Komentar