-->

Kerja sama Vaksin, Jangan Sampai Berujung Bisnis

Oleh : Mahliawati, S.S.T.Ars.

Penamabda.com - Terhitung sudah 8 bulan lebih Indonesia dan dunia menghadapi pandemi covid-19. Hari kian hari jumlah kasus baru terus meningkat. Di Indonesia sendiri nampaknya belum terlihat tanda-tanda penurunan jumlah pasien terinfeksi covid-19. Justru mengalami peningkatan, bahkan hingga hari ini kondisinya lebih buruk dari awal virus ini ditemukan menginfeksi manusia.

Berbagai solusi coba diterapkan guna menangani kondisi tersebut. Muali dari himbauan hidup bersih dan sehat, penggunaan masker, hingga PSBB. Disamping semua itu pemerintah dan negara-negara di dunia juga berupaya menemukan vaksin. Dan Indonesia memulai kerja sama guna menemukan vaksin covid-19 dengan salah satu perusahaan china.

Sebagaimana diketahui publik, Indonesia menjalin kerjaa sama dengan Sinovac lewat Badan Usaha milik Negara yang bergerak di bidang kesehatan, PT Bio Farma (Persero). Hal tersebut diungkapkan oleh Sekretaris Perusahaan Bio Farma, Bambang Heriyanto.

Alasan memilih vaksin buatan Sinovac Biotech untuk diujicobakan di Indonesia adalaha perusahaan asal China tersebut merupakan partner Bio Farma dalam melakukan pengembangan berbagai macam vaksin. Sehingga menurut Bambang, kerja sama ini akan menguntungkan Indonesia.

Penemuan vaksin covid-19 ini seolah menjadi harapan baru di tengah kondisi pandemik covid-19 yang kian kritis. Kerja sama tersebut nampak semata-mata demi kepentingan masyarakat. Namun kita tidak boleh menutup mata bahwa kerja sama tersebut juga menjadi lahan basah bagi para kapitalis untuk meraup keuntungan.

Aspek keuntungan dari kerja sama ini nampak jelas, sehingga kita patut jeli jangan sampai hal tersebut berujung business to business yang memonopoli kepentingan umum masyarakat demi keuntungan segelintir kaum kapitalis. Jangan sampai rakyat lagi-lagi yang menjadi korban keegoisan penguasa dan kapitalis di tengan kondisi pandemik ini.

Hal yang juga patut menjadi sorotan jika presiden menjanjikan akan memproduksi vaksin tersebut kurang lebih 100 juta vaksin pada Agustus lalu dan akan bertambah menjadi 250 juta vaksin pada akhir tahun ini. (cnbcindonesia.com). dan akan diberikan kepada masyarakat secara luas pada Januari 2021 mendatang. (kompas.com). Dimana kita tahu pengujian vaksin tersebut belum selesai, sehingga kelayakan dan keamanannya perlu bukti.

Dalam perspektif kapitalisme, kondisi pandemik sekali pun dapat menjadi peluang dalam mencari untung. Dapat kita rasakan bagaimana alat kesehatan semisal rapid test dan swab test yang nyata sekali dikomersialisasi. Bisnis vaksin-19 pun diprediksi akan menjadi sumber keuntungan baru bagi para kapitalis yang bergerak di bidang farmasi.
Sehingga nantinya kita jangan terkejut jika pada akhirnya vaksin-19 ini tidak dapat diperoleh secara gratis. Dan tentunya negara dapat menjual vaksin tersebut dengan harga tinggi demi keuntungan segelintir pihak, dan lagi-lagi rakyat yang menjadi korban.

Lebih mirisnya jika kemudian hari negara mewajibkan vaksinasi Covid-19 ini kepada seluruh rakyat. Dapat kita bayangkan bagaimana bertambahnya beban hidup masyarakat jika harus membeli vaksin-19 dengan harga tinggi. Jangankan untuk vaksin, memikirkan bagaimana makan sehari-hari saja sudah sulit. Dimana rakyat akan mengalami depresi ketika berhadapan dengan resesi ekonomi dan harus pula memikirkan dana untuk vaksinasi.

Lewat kerja sama vaksin dengan pihak asing akan membuat negeri ini terus berada dibawah kontrol dan kendali hegemoni kapitalis. Inilah paradigma kapitalis, dimana negara hanya berperan sebagai fasilitator dan regulator bagi kepentingan kapitalis global. Sementara pengurusan urusan rakyat ditakar berdasarkan untung dan rugi.

Paradigma Islam jelas berbeda dalam memandang hajat hidup rakyat, dimana hal tersebut merupakan kewajiban negara utnuk mengurusnya. Kemaslahatan dan kepentingan rakyat yang kemudian menjadi pertimbangan utama dalam mengambil kebijakan negara. Sangat jauh berbeda dengan sistem kita saat ini.

Di masa pandemik, tidak hanya cepat, tegas dan cepat dalam mengambil langkah kuratif. Negara juga harus bertindak cepat, tegas dan tepat dalam mengambil langkah preventif. Penemuan dan pengembangan vaksin dilakukan dalam rangka mencari obat yang tepat bagi rakyat dengan tetap berfokus pada aspek kelayakan dan keamanan, bukan aspek ekonomi.

Sistem Islam yang diterapkan secara kaffah dalam bingkai negara benar-benar mengurus dan menjaga hajat hidup rakyat. Negara tegak demi kemaslahatan dan kepentingan umat. Inilah sistem yang kita rindukan akan kembalinya tegak. Dan mengakhiri pandemik covid-19 ini.[]