-->

Kerjasama Vaksin : Jangan Hanya Soal Ekonomi

Oleh : Nurul Afifah

Penamabda.com - Tahun 2020 menjadi tahun berat bagi semua orang. Pasalnya, Covid-19 yang telah menjadi pandemi ini membuat sejarah baru dalam dunia kesehatan.

Pakar kesehatan dan perusahaan obat dari seluruh dunia mencari cara dan upaya untuk menemukan vaksin SARS-CoV-2 secepat mungkin. Salah satunya adalah perusahaan Sinovac asal Beijing, Tiongkok.

Sinovac merupakan salah satu dari empat perusahaan dunia yang melakukan pengembangan tahap akhir vaksin Covid-19. Sinovac sendiri sudah berpengalaman dalam pengembangan vaksin beragam virus yang menjadi epidemi maupun pandemi, seperti SARS, flu domestik, maupun flu yang disebabkan virus H1N1.

Berkat pengalaman ini, Indonesia memutuskan menjalin kerja sama dengan Sinovac. Lewat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) kesehatan, Bio Farma, Indonesia akan menguji klinis bakal vaksin Covid-19 milik Sinovac.

Dilansir dari Kompas.com, Jumat (24/7/2020) Sekretaris Perusahaan PT Bio Farma Bambang Heriyanto mengungkapkan kerja sama tersebut akan menguntungkan Indonesia.

Menurutnya, ada proses transfer teknologi yang dilakukan Sinovac kepada Bio Farma. “Jadi, dari teknologi yang diberikan ke kami, walau nanti mulainya dari downstream baru nanti ke upstream,” ujarnya.

Nantinya, bahan aktif diberikan ke Bio Farma, selanjutnya baru akan diracik dan diformulasikan di Indonesia.

Keuntungan lainnya, kata Bambang, uji coba ini bakal memberi informasi terkait respons vaksin pada penduduk Indonesia. Dengan demikian, kecocokan vaksin bakal dapat diketahui ketimbang membeli vaksin dari luar yang belum diuji di Indonesia.

Indonesia juga bukan satu-satunya negara yang bekerja sama dalam uji coba fase III kandidat vaksin Sinovac. Beberapa negara seperti Turki, Brazil, Bangladesh, dan Cile juga melakukan uji coba yang sama.

Kerja sama tersebut disambut positif pengurus Perhimpunan Alumni dan Persahabatan Indonesia-Tiongkok (Perhati) Fathan Asaduddin Sembiring.

Menurutnya, kerja sama Bio Farma-Sinovac baik bagi Indonesia karena banyak turunan dari kerja sama pengetesan vaksin Covid-19 yang justru bisa menjadi titik tahapan peningkatan kualitas industri kesehatan nasional.

Kerja sama ini, kata Fathan, juga turut membuka lapangan kerja dengan penyerapan sumber daya manusia dalam negeri dan efek berantai dari naiknya tingkat serapan komponen dalam negeri (TKDN), terutama di sektor kesehatan.

“Industri kesehatan bisa menjadi alternatif penyumbang devisa ke depannya ketika suatu waktu nanti Indonesia sudah menjadi negara service-based economy,” ujarnya dalam tulisan yang diterima Kompas.com, Selasa (4/8/2020).

Dalam kebijakan ini Pemerintah jelas sekali menonjolkan aspek keuntungan yang diperoleh Indonesia berupa alih teknologi dan keuntungan ekonomi dari produksi yang akan dilakukan dalam negeri . Dan sikap ini semakin menampakkan asas yang dipakai negeri ini adalah asas kapitalisme. Dimana pertimbangan utama dalam pengambilan kebijakan adalah keuntungan sekelompok elit bukan kemaslahatan rakyat.

Berbeda dengan islam, islam mewajibkan negara dalam pengambilan kebijakan adalah kemaslahatan rakyat bukan keuntungan. Negara harus berorientasi kemaslahatan umum dalam mendapatkan obat yang tepat dengan memfokuskan pada aspek kelayakan dan keamanan bukan keuntungan semata. Sehingga tidak mengorbankan rakyat nantinya. 

Wallahu'alam