-->

Stunting Kian Meningkat, Bukti Kegagalan Sistem Fasad

Oleh : Sri Indrianti (Pemerhati Sosial dan Generasi)

Penamabda.com - Pandemi Covid 19 kian berkepanjangan.  Sampai detik ini  belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Beragam problematika derivat pun turut muncul akibat pandemi. Stunting merupakan salah satunya. 

Stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama.  Angka stunting di Indonesia masih cukup tinggi. Menurut data Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) tahun 2017, prevalensi stunting Indonesia menempati urutan kelima terbesar di dunia. Dari 159 juta anak yang stunting di seluruh dunia, 9 juta di antaranya tinggal di Indonesia. (kompas.com, 11/7/2020)

Dari data tersebut menunjukkan bahwa sebelum pandemi Covid 19 Indonesia sudah mengalami problematika stunting. Angka kasus semakin tinggi begitu negeri ini didera pandemi. Banyak masyarakat yang mengalami kesulitan ekonomi. Terlebih pemerintah juga mengeluarkan kebijakan kenaikan tarif BPJS yang semakin mencekik rakyat.

Penyebab stunting secara umum di antaranya sebagai berikut : 
pertama, pola asuh ibu yang kurang memperhatikan asupan gizi 
kedua, rendahnya akses terhadap sanitasi dan fasilitas kesehatan 
ketiga, faktor lain yang bisa menjadi pemicu terjadinya stunting. Misalnya gangguan mental pada ibu, kehamilan remaja, infeksi pada ibu, dan lain-lain.

Peneliti Madya Bidang Kepakaran Pangan dan Gizi di Pusat Penelitian Teknologi Tepat Guna (P2TTG) Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI), Dr Ainia Herminiati ST MSi, mengungkapkan, permasalahan gizi anak merupakan salah satu risiko dampak sosio-ekonomi terhadap anak-anak yang ditimbulkan oleh pandemi Covid 19. Bahkan, 24 juta balita berisiko lebih tinggi mengalami kurang gizi atau gizi buruk selama masa pandemi Covid-19. (kompas.com, 11/7/2020)

Kasus stunting tentu merupakan persoalan yang tidak bisa diabaikan. Karena dampak fatal dari stunting adalah kematian bayi dan  balita. 

Tingginya angka kasus stunting di Indonesia merupakan bukti bahwa pemerintah gagal mensejahterakan rakyat. Untuk hal kebutuhan pokok saja tidak bisa dipenuhi oleh negara. Bahkan, banyak terjadi kasus pembagian bantuan sosial dan aneka bantuan lainnya dari pemerintah tidak tepat sasaran. 

Sebenarnya pandemi ini tidak bakal berkepanjangan jika pemerintah sejak awal memberlakukan kebijakan yang benar. Utamanya kebijakan karantina wilayah dan pemisahan yang sakit dan yang sehat. Akibat tidak diberlakukannya kebijakan ini ternyata berakibat fatal semakin peliknya pandemi dengan berbagai persoalan yang menyertainya. 

Berbeda dengan sistem Islam yang secara pasti dapat mensejahterakan umat utamanya dalam memenuhi kebutuhan pokok. Negara akan memastikan apakah masing-masing individu rakyat tercukupi kebutuhan pokoknya. Negara membuka lapangan pekerjaan secara luas bagi laki-laki karena terdapat kewajiban nafkah pada pundak mereka.  Apabila individu tersebut masih mengalami kesulitan  untuk memenuhi kebutuhan pokoknya,   maka negara membantu terpenuhinya kebutuhan pokok tersebut. 

Diceritakan dalam kitab Al-Kharâj karya Abu Yusuf bahwa Amirul Mukminin Umar bin al-Kaththab ra., suatu saat melihat seorang Yahudi tua di suatu pintu. Beliau bertanya, “Adakah yang dapat aku bantu?” Orang Yahudi itu menjawab, bahwa ia sedang dalam keadaan susah dan membutuhkan makanan, sementara ia harus membayar jizyah. “Usiaku sudah lanjut,” katanya. Khalifah Umar ra. lalu berkata, “Kalau begitu keadaanmu, alangkah tidak adilnya kami, karena kami mengambil sesuatu darimu pada saat mudamu dan kami membiarkan dirimu di kala tuamu.” Setelah berkata demikian, Khalifah Umar ra. lalu membebaskan pembayaran jizyah Yahudi tersebut, dan memerintahkan Baitul Mal untuk menanggung beban nafkahnya beserta seluruh orang yang menjadi tanggungannya.

Negara juga memberikan jaminan pendidikan, kesehatan, dan keamanan untuk seluruh masyarakat tanpa terkecuali. Sehingga penghasilan masyarakat cukup difokuskan pada pemenuhan kebutuhan pokok saja. 

Tentu hal ini semestinya menambah keyakinan kita bahwa hanya Islamlah satu-satunya sistem yang layak untuk diperjuangkan.









.