-->

Babak Final

Oleh : Aya Ummu Najwa

Penamabda.com - Tak terasa Ramadhan memasuki sepuluh hari terakhir, menandakan Ramadhan sebentar lagi akan berlalu. Sepuluh hari terakhir adalah bagian inti dan bagian terpenting bulan ramadhan. Bagian teristimewa karena diantara sepuluh malam terakhir ini ada satu malam yang sangat istimewa yaitu Lailatul qadar, yaitu malam yang lebih utama dari seribu bulan. Dan tentu setiap amalan yang dikerjakan pada lailatul qadar, nilai amalan itu lebih baik daripada dikerjakan selama seribu bulan.

Begitu istimewa karena amalan shalih apapun, yang dikerjakan pada lailatul qadr, akan mengandung keutamaan tersebut. Oleh karena itu, Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam sangat memaksimalkan amalan shalih pada sepuluh malam terakhir sebagaimana diterangkan oleh Aisyah radhiyallâhu ‘anhâ,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مَا لاَ يَجْتَهِدُ فِيْ غَيْرِهِ

“Adalah Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh malam terakhir, suatu hal yang beliau tidak bersungguh-sungguh (seperti itu) di luar (malam) tersebut.” (Diriwayatkan oleh imam Muslim dan Ibnu Majah)

Bagaikan sebuah perlombaan, sepuluh malam terakhir Ramadhan ibarat babak final, yang menentukan siapa yang akan menjadi juara. Bisa dikatakan bahwa Ramadhan adalah olimpiade bagi ahli taqwa. Maka setiap peserta lomba pasti ingin mencapai babak final dan meraih kemenangan. Jika benar demikian, maka apakah ada seseorang yang mengikuti olimpiade tanpa memerlukan pemanasan dan usaha yang keras kemudian dia mendapatkan medali emas? Dan ketika dia sudah memasuki perlombaan dan mencapai babak final, maka dia harus lebih bersungguh-sungguh lagi, mengerahkan segala usahanya melebihi babak-babak penyisihan yang telah lalu.

Karena untuk meraih kemenangan sepertinya akan mustahil tanpa usaha yang lebih, karena setiap peserta perlombaan yang mencapai babak final adalah orang-orang pilihan yang pasti ingin meraih juara, maka persaingan pun akan semakin ketat. Ibarat lomba lari marathon, tidak akan mungkin, atlit lari marathon yang tidak pernah melakukan latihan dan pemanasan dan malah santai dalam bertanding akan memenangkan perlombaan dan menjadi juara. 

Begitupun dengan Ramadhan, semakin mendekati akhir, semakin dibutuhkan stamina dan konsentrasi yang tinggi. Komitmen dalam meningkatkan amal shalih dan peningkatan kualitas ibadah sangat dibutuhkan. Karena seperti diketahui bersama, semakin mendekati akhir, Ramadhan akan semakin terasa berat. Karena akan banyak godaan- godaan yang datang menggangu konsentrasi. Mulai dari promo-promo, persiapan lebaran, hingga rencana mudik. 

Hal inilah yang kadang membutakan seseorang, dan membelokkan arah dari tujuan utama meraih ketaqwaan menjadi sia-sia.
Bukankah tujuan utama puasa Ramadhan adalah membentuk manusia yang bertaqwa, sebagaimana firman Allah;

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ

Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,
-Surat Al-Baqarah, Ayat 183

Maka tujuan inilah yang harus terus diingat dan pegang, dengan terus melatih diri dan menyibukkan diri dalam ibadah dan ketaatan, sehingga ia tak akan keluar dari ramadhan kecuali meraih kemenangan yaitu menjadi Muttaqien. 

Maka, tentu akan menjadi kerugian yang luar biasa ketika seseorang mendapati ramadhan sedang ia tak mendapati keimanannya dalam keadaan meningkat. Dan bahkan malah lebih buruk dari itu, sehingga Rasulullah menyebutnya sebagai orang yang celaka;

رَغِمَ أَنْفُ عَبْدٍ – أَوْ بَعُدَ – دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ

“Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadhan kemudian Ramadhan berlalu dalam keadaan dosa-dosanya belum diampuni.” [HR. Ahmad, shahih]

Tentu seorang muslim tak menginginkan hal yang demikian. Ia akan bersungguh-sungguh dalam menjalani ramadhan, ia akan berusaha meningkatkan kualitas ibadahnya, karena belum tentu tahun depan ia mempunyai kesempatan yang sama, ia tak akan menyia- nyiakan kesempatan ini dengan bersantai dan acuh tak acuh, membuang peluang dan menjadi orang yang merugi apalagi celaka. Nau'dzubillah.

Dan inilah babak final Ramadhan telah dimulai, saatnya meningkatkan energi, meningkatkan konsentrasi untuk meningkatkan kualitas ibadah, sebaik-baik ibadah, dengan kualitas terbaik, di waktu terbaik, dengan persiapan terbaik, usaha terbaik, agar mendapatkan akhir yang terbaik. Allah azza wa jalla berfirman;

وَلَلۡأٓخِرَةُ خَيۡرٞ لَّكَ مِنَ ٱلۡأُولَىٰ

Dan sungguh, yang kemudian itu lebih baik bagimu dari yang permulaan.
Surat Adh-Dhuhaa, Ayat 4

Wallahu a'lam