-->

Porak-Poranda


Porak-Poranda

Oleh : Ummu Farras (Aktivis Muslimah Kota Cilegon) 

Musibah banjir sedang merundung bumi pertiwi. Disusul longsor yang mengakibatkan jatuhnya korban nyawa saudara-saudara kita yang terdampak bencana. Negeri menjadi porak-poranda. Kendaraan-kendaraan mewah bertumpukan layak rongsokan. Lumpur tebal mengotori setiap inci tempat berpijak. 

Astaghfirullah..
Mari kita bersama memohon ampunan kepada sang pemilik nyawa. Mari kita taubatan nasuha. Mungkin di hati kita masih ada nila setitik. Mungkin masih ada rasa sombong secuil. Mungkin masih ada rasa ujub, riya, iri dan dengki terhadap sesama saudara. Dan pastinya masih ada kemungkaran yang terjadi di tengah-tengah masyarakat bumi pertiwi.

Sebagai pelecut kembali untuk kita, mari renungi kisah di masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Khaththab ra. Saat itu kota Madinah di guncang gempa menggemparkan. Kaum muslim Madinah diterpa ketakutan yang amat sangat. Mereka teringat desa-desa Arab yang hilang di masa lalu akibat bumi bergoncang.

Umar bin Khaththab turut merasakan gempa di Ibu Kota kekhalifahan Islam tersebut. Beliau radhiyallahu ‘anhu segera keluar menuju manusia begitu gempa usai. Kepada rakyatnya, Umar berseru “Wahai manusia, Apa ini? Alangkah cepatnya perbuatan maksiat yang kalian lakukan?”

Maksud perkataan Umar adalah, alangkah cepatnya kaum muslim melakukan perbuatan buruk padahal kubur Nabi SAW masih basah. Rasulullah SAW wafat baru hitungan tahun, namun penduduk Madinah telah berbuat maksiat kepada Allah. Umar meyakini, gempa melanda Madinah karena maksiat yang dilakukan penduduknya.

Tak hanya itu, Al Faruq pun kemudian berkata lagi mengancam rakyatnya, “Jika gempa ini kembali terjadi, maka aku tak akan bersama kalian lagi!”

MasyaaAllah, Umar dengan tegas berlepas diri dari perbuatan maksiat yang dilakukan penduduk Madinah. Ia bahkan mengancam tak akan lagi mengurus warga Madinah jika gempa terulang. Dengannya, Umar menegaskan agar penduduk Madinah meninggalkan segala perbuatan maksiat dan kembali kepada ajaran Islam. 

Maka, bencana alam di negeri ini pun jika kita renungi bersama adalah sebagai ujian dan azab dari Allah SWT pemilik alam semesta yang menginginkan kita untuk kembali memperkuat hubungan denganNya (idrak sillah billah). Dan tidak melakukan kemungkaran, kemaksiatan, serta mendustakan ayat-ayat Allah SWT. Karena sesungguhnya Allah SWT sudah memberi peringatan, 

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” (TQS. Al-A’raf : 96)

Dengan demikian, yang harus kita lakukan adalah senantiasa melakukan kewajiban amar ma'ruf nahi mungkar di tengah-tengah umat. Sehingga menutup celah-celah kemungkaran. Adapun bila kita acuh tak acuh dan mendiamkan kemungkaran terjadi, maka tak ayal, bencana dan azab Allah akan kembali memporak-porandakan negeri ini. 

Na'udzubillah..