Secercah Harapan di Balik Jeratan Kapitalisme
Oleh : Dewi Rohmah
(Aktivis Muslimah)
Dilansir dari bbc.com (26 November 2025) Ibu dan bayi dikandungan meninggal usai ditolak empat rumah sakit.
Senin, 17 November 2025 adalah hari memilukan bagi keluarga besar ibu Irene Sokoy dan seluruh ibu-ibu di Indonesia. Mengapa tidak? Dengan terjadinya kasus kematian yang ia alami usai ditolak oleh 4 rumah sakit, memunculkan kekhawatiran yang sama bagi calon pasien yang lain.
Adapun dilihat dari penyebab meninggalnya Irene Sokoy diduga akibat lambatnya penanganan, jaminan kesehatan yang tidak terpenuhi untuknya, serta kelalaian sebab pasien darurat tidak segera ditangani. Hal ini menunjukkan bahwa, banyak problem serta membuktikan kebobrokan dalam sistem saat ini khususnya dalam bidang pengobatan dan kesehatan.
Hingga hari ini, khususnya Indonesia menganut sistem kapitalisme, dimana sistem ini berpusat hanya untuk "mencari keuntungan" semata. Sehingga tidak mengherankan jika motif pelayanan kesehatanpun tidak lepas dari urusan bisnis serta motif matrealistik. Terbukti dengan biaya kesehatan yang mahal, adanya skala prioritas bagi kelas-kelas tertentu, banyaknya persyaratan jika menggunakan jaminan kesehatan seperti BPJS, dan lain sebagainya.
Berbeda sekali dengan sistem Islam yang diterapkan oleh Daulah Islamiyah (Khilafah). Dalam Islam kesehatan merupakan kebutuhan pokok masyarakat yang menjadi tanggungjawab negara. Dalam hal ini negara Islam akan mempermudah akses kesehatan, memberikan pelayanan gratis yang maksimal dan berkualitas. Selain itu bahwa fasilitas kesehatan merupakan fasilitas publik yang harus disediakan dengan sebaik mungkin oleh negara.
Khilafah wajib menyediakan berbagai sarana dan prasarana kesehatan mulai dari rumah sakit, klinik, hingga apotik dan lembaga Litbang kesehatan. Serta menciptakan sekolah terbaik sebagai jalan lahirnya para tenaga kesehatan yang berkualitas. Negara juga wajib mengadakan pabrik yang memproduksi peralatan medis hingga obat-obatan.
Adapun bukti sepanjang sejarah, bahwa sistem Islam memberikan perhatiannya kepada ummat, adalah seperti pada masa Rasulullah Saw. Ketika beliau mempimpin, bliau mengirimkan banyak dokter untuk membantu masyarakat secara cuma-cuma. Dilanjutkan oleh para Khalifah setelahnya, yang memberikan pelayanan kesehatan tanpa meminta imbalan, kemudian dibangunkannya rumah sakit - rumah sakit umum.
Berbagai fakta historis kebijakan di bidang kesehatan yang pernah dijalankan oleh pemerintahan Islam sejak masa Rasul ﷺ menunjukkan taraf yang sungguh maju. Pelayanan kesehatan gratis diberikan oleh negara (Khilafah) yang dibiayai dari kas Baitul Mal. Pelayanan kesehatan secara gratis, berkualitas dan diberikan kepada semua masyarakat tanpa diskriminasi baik kaya maupun miskin.
Hal itu sudah dijalankan sejak masa Rasul ﷺ. Delapan orang dari Urainah datang ke Madinah menyatakan keislaman dan keimanan mereka. Lalu mereka menderita sakit gangguan limpa. Nabi ﷺ kemudian merintahkan mereka dirawat di tempat perawatan, yaitu kawasan penggembalaan ternak milik Baitul Mal di Dzi Jidr arah Quba’, tidak jauh dari unta-unta Baitul Mal yang digembalakan di sana. Mereka meminum susunya dan berada di tempat itu hingga sehat dan pulih.
Raja Mesir, Muqauqis, pernah menghadiahkan seorang dokter kepada Nabi ﷺ. Dokter tersebut melayani seluruh kaum Muslim secara gratis. Khalifah Umar bin al-Khaththab, menetapkan pembiayaan bagi para penderita lepra di Syam dari Baitul Mal. Khalifah al-Walid bin Abdul Malik dari Bani Umayyah membangun rumah sakit bagi pengobatan para penderita leprosia dan lepra serta kebutaan. Gaji para dokter dan tenaga kesehatan diambil dari Baitul Mal.
Inilah sistem Islam, yang menjadikan manusia sebagai hamba yang harus dilindungi dan diberi jaminan kesehatan. Sistem yang bertujuan untuk mensejahterakan ummat serta sistem yang bemberikan solusi bagi seluruh problematika kehidupan.
Wallahua'lam

Posting Komentar