-->

Pasca Banjir Kaum Perempuan Mengalami Trauma Mendalam di Pengungsian

Pasca Banjir Kaum Perempuan Mengalami Trauma Mendalam di Pengungsian 

Oleh. Susi Ummu Musa

Rasanya pasti tidaklah nyaman tinggal bersama dalam tenda tenda pengungsian yang sempit, tidur berdesakan tidak ada lagi ruang privasi untuk sekedar membuka kerudung. 
Bagi muslimah yang sadar bahwa aurat mereka wajib dijaga dikala kondisi seperti ini. 

Dalam musibah ini perempuan paling merasakan dampaknya saat mereka kehilangan tempat tinggal paling nyaman yaitu rumah. 
Rumah bukan hanya tempat tinggal tapi sebagai hijab atau batas agar bisa lebih leluasa berada didalam nya. 
Bahkan perasaan trauma mendalam itu sudah pasti terjadi, terlebih jika turun hujan lagi mereka khawatir dan takut terjadi banjir susulan. 

Dilansir berita (ANTARA) - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi mengatakan perempuan mengalami trauma mendalam dalam peristiwa banjir bandang dan tanah longsor di Sumatera.

"Saya melihat justru yang trauma, yang perlu pendekatan berkelanjutan adalah kaum perempuan, karena dia melihat rumahnya hanyut, kemudian bagaimana masa depannya dan sebagainya," kata Menteri PPPA Arifah Fauzi di sela-sela peluncuran Hasil Analisis Mendalam Survei Pengalaman Hidup Perempuan Nasional (SPHPN) 2024 di Jakarta, Kamis.

Hal ini cukup menjadi bahan perbincangan bahwa kaum perempuan benar benar butuh pendekatan dan harus segera dilakukan pemulihan pasca banjir. 
Kaum perempuan khusus nya ibu yang memiliki bayi, atau para lansia yang membutuhkan perawatan pasti akan sangat kesulitan ditengah kondisi ini. 
Belum lagi jika mereka dalam kondisi haid pasti sangat tidak nyaman karena air bersih sangat dibutuhkan. Ketiadaan listrik, komunikasi terputus hingga harga kebutuhan yang naik karena akses jalan yang sulit menambah beban bagi mereka. 

Gambaran mencekam ini turut dicermati oleh  Komnas Perempuan beliau menyerukan kepada semua pihak untuk terus memperkuat solidaritas, empati, dan perhatian penuh perlu diberikan kepada seluruh masyarakat terdampak, terutama perempuan yang menghadapi keterbatasan akses dan risiko kekerasan berbasis gender. Negara memiliki kewajiban konstitusional dan moral untuk memastikan perlindungan dan pemenuhan hak-hak perempuan di setiap fase penanganan baik pada tahap jangka pendek, menengah, dan jangka panjang.

Dalam persoalan ini rakyat khusus nya korban yang dirasakan kaum perempuan hanya berbekal kesabaran dan harapan kepada pihak pemerintah agar segera bertindak cepat memberikan tempat tinggal yang layak dengan sanitasi air dan toilet yang baik maka kaum perempuan sudah sangat terbantu. 
Bantuan logistik dan bantuan lainnya diharapkan segera masuk agar mereka tidak kelaparan. 

Semua kembali kepada pemerintah jika pemerintah cepat tanggap dan berkoordinasi dengan semua elemen masyarakat untuk ikut membantu maka kita tidak akan menerima kabar ada warga yang kelaparan berhari-hari tidak makan. 
Kaum perempuan pasca Banjir hanya bisa bersabar ditengah lambannya perhatian pemerintah saat ini sembari berdoa agar musibah ini segera berlalu dan kembali menata kehidupan baru dari awal meski harapan semu itu hanyalah gambaran dari rusaknya sistem pemerintahan dinegri yang malang ini. 

Wallahu a'lam bissawab