-->

Kebangkitan Generasi dengan Islam Hakiki


Oleh : Ummu Ghazi

Pada era abad ini, adalah era nya para gen z menampakkan jati diri dan juga investasi perubahan. Namun bukan hanya gen z, gen yang lain pun turut andil menjadi pelopor perubahan untuk kelangsungan peradaban hidup manusia di masa mendatang.

Namun sayangnya tak sedikit yang mengambil bagian untuk berdiam diri dengan gejolak problematik lantaran takut habis energi maupun habis waktu jika berbicara terkait perubahan. Karena banyaknya problematik yang terjadi yang itu tidak hanya dari dalam diri pemuda dalam segi mental melainkan juga dari segi digitalisasi yang menyuguhkan berbagai tontonan dan tuntunan yang merusak. Ini adalah dampak sekulerisasi yang mengakar dalam tubuh kaum muslimin khususnya para pemuda karena sekuler menancapkan pemahaman bahwa hidup perlu dinikmati dan tak perlu mengurusi kehidupan orang lain apalagi masa depan umat. Karena sikap individualisme inilah menjadikan para pemuda abad ini malas mempelopori perubahan padahal mereka juga sama merasakan ketidak adilan. Meski dalam hati kecilnya menolak kedzoliman namun sikap seakan acuh tak acuh dan tak berani menyampaikan karena lupa siapa jati dirinya. Tidak tau apa yang bisa dilakukannya.

Kondisi yang sama juga terjadi diantara para ibu yang harusnya menjadi ummun wa rabbatul Bayt serta pendidik generasi, namun akibat sistem kapitalisme ini yang menyibukkan para ibu untuk mencari tambahan penghasilan dalam memenuhi kebutuhan sehingga tak lagi mampu menjalankan peran.

Saat ini digitalisasi berada pada cengkraman hegemoni kapitalisme. Yang pada dasarnya tujuannya bukan hanya sekedar ekonomi tapi juga terhadap pemikiran. Dimana kapitalisme tengah menyebarkan ideologi bathil yang sudah nampak jelas kerusakannya. Jika kita melihat dengan sudut pandang yang mendalam kita akan dapati bahwa kapitalisme ini hanya akan mencari keuntungan dibalik setiap perusakannya terutama bagi kaum muslimin. Terkhusus para pemuda yang di suguhkan berbagai hal buruk dan pengikisan mental dengan diciptakannya mental ilness. Dengan doktrin bahwa sakit mental adalah sesuatu hal yang harus diwaspadai padahal bagi seorang muslim, Harusnya memiliki mental yang kuat sebagaimana apa yang di imaninya. Yakni sebagai mana tujuan hidup muslim adalah mencari ridho Allah semata.

Umat Islam saat ini dijauhkan dari pemikiran Islam sehingga tak sedikit umat Islam yang sulit menentukan arah hidupnya terkhusus para pemuda dan imbasnya mengacuh pada prinsip ” individualisme” yang menjadikan umat muslim saat ini enggan berfikir kritis.

Ideologi sekuler akan menjadikan sebuah negara yang menerapkannya memandang generasi muda dan kaum ibu adalah objek komersial semata. Selama keuntungan bisa diambil, bermanfaat bagi mereka maka mereka akan senantiasa menggerus nya. Sebagaimana saat ini generasi muda disibukkan dengan doktrin mental nya sedangkan kaum ibu disibukan dengan kebutuhan nya dengan dibuat bekerja. Melihat dari fakta di lapangan, dimana lowongan pekerjaan yang paling banyak dibutuhkan adalah kaum perempuan. Maka tak heran kaum ibu banyak disibukkan dengan pekerjaan sedangkan tugas utama nya sebagai ummun warabatul Bayt tak lagi terlaksana dalam rumah. Karena ketika seorang ibu bekerja, ketika pulang kerumah maka hanya rasa lelah yang akan di dapatkannya, energi sudah habis diluar tak lagi ada waktu memberikan pendidikan.

Sebenarnya kenapa generasi muda dan kaum ibu tidak lagi bisa menjalankan perannya. Semua itu karena akar masalahnya adalah sekulerisme dan kapitalisme sebagai paradigma bernegara. Sehingga menjadikan peran agama dipisahkan dari kehidupan. Agama hanya boleh mengurusi urusan pribadi sedangkan masalah kehidupan agama dilarang mengurusi. Maka tak heran pemuda dan kaum ibu lagi mampu menjalankan peran.

Dalam penerapan sistem kapitalisme, mustahil peran generasi muda dan ibu bisa terlaksana. Meskipun terlaksana jika hanya sendiri tak akan mampu sempurna dalam menjalankannya. Maka perlu kehadiran sebuah jamaah dakwah Islam ideologis yang menjembatani nya. Supaya generasi muda dan kaum ibu memiliki kepribadian yang islami dan siap memperjuangkan kebangkitan Islam kembali.

Sebagaimana yang disampaikan oleh Allah SWT di dalam QS. Ali Imran ayat 104 :

وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
 
Artinya :
“Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
Mengajak pada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar adalah sebuah kewajiban jamaah Islam yang memiliki visi ideologis dan bertujuan untuk perubahan yang sistemik bukan sekedar praktis.

Sebagaimana yang telah diteladankan oleh Rasulullah SAW, jamaah dakwah ini lah yang tengah membina umat, termasuk ibu dan generasi muda, dengan Islam ideologis yang akan menyiapkan mereka menjadi pelopor peradaban yang membela dan mengemban Islam secara kaffah ke dalam masyarakat.

Hal ini tak akan mampu tanpa adanya pembinaan sehingga jamaah dakwah akan melakukan pembinaan ( tastqif ) sebagai mana yang dicontohkan Rasulullah kepada para sahabatnya. Dalam tahapan awal metode dakwahnya Rasulullah di fase Mekkah, pada waktu itu Rasulullah membina para sahabatnya yang kemudian dilanjutkan dengan berinteraksi dengan umat hingga umat mengetahui apa itu Islam dan bagaimana aturan kehidupannya dan pada akhirnya umat menginginkan Islam diterapkan yang kemudian berakhir pada istilamul hukmi (penyerahan kekuasaan untuk menerapkan Islam sebagai sistem kehidupan). Maka memang benar urgensi penerapan Islam secara total ini sangat diperlukan karena generasi pemuda adalah pelopor perubahan peradaban bukan sebuah beban yang malah diremehkan. Kaum ibu adalah tonggak nya peradaban karena ibu memiliki peran besar yang harus dilaksanakan dan peran ini akan terlaksana kan apabila Islam diterapkan secara total.