Tawuran Pelajar dan Kegagalan Sistem Pendidikan Sekuler
Oleh : Siti Julaeha
Seorang pelajar ditemukan tergeletak di depan sebuah minimarket Jalan Darmais, Kelurahan Kencana, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat (Jabar). Pelajar tersebut ditemukan dalam kondisi terluka di bagian kepala. Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 02.30 WIB dini hari. https://news.detik.com/berita/d-8199706/pelajar-tergeletak-depan-minimarket-bogor-ada-luka-bacok-di-kepala
Peristiwa tersebut di akibatkan terjadinya tawuran antara antara dua akun mengatasnamakan PPG dan Young Generation.
Polisi mengungkap motif tawuran yang mengakibatkan pelajar sekolah menengah atas sederajat itu merupakan korban tawuran.
Kapolsek Tanah Sareal, Kompol Doddy Rosjadi mengatakan, dalam peristiwa itu terdapat dua kelompok yang sengaja melakukan janjian untuk tawuran.
https://bogor.tribunnews.com/bogor-raya/305844/motif-tawuran-pelajar-di-bogor-terungkap-dua-geng-ternyata-sudah-janjian-sebelum-duel-maut
Maraknya kekerasan dan tindak kriminal di kalangan remaja dan pelajar membuat prihatin, apalagi mereka adalah calon pemimpin masa depan.
Meningkatnya kasus tawuran dan tidak kekerasan yang terjadi ditengah para pelajar merupakan produk kegagalan sistem pendidikan di tanah air yang mengadopsi sistem sekuler. Sistem yang mengesampingkan adab dan akhlak yang bersandar pada akidah islam.
Sistem pendidikan sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan serta mengesampingkan adab dan akhlak yang bersandar pada akidah islam.
Sistem pendidikan sekuler telah mencabut nilai-nilai agama dari para pelajar sehingga melahirkan generasi hedonistik, liberal, dan rapuh. Pendidikan hanya berfokus pada pencapaian nilai-nilai akademik di atas kertas, tetapi abai pada pembinaan kepribadian pelajar. Pelajaran agama yang sudah minim makin tidak berbekas ketika disampaikan sekadar sebagai bahan ajar agar bisa menjawab pertanyaan ketika ujian.
Akibatnya, para pelajar terjangkiti pola pikir materialistis dan gaya hidup liberal hingga menjadikan mereka mengalami krisis identitas serta kehilangan visi akhirat. Mereka tidak mengenal agamanya sehingga kehilangan arah dan jati dirinya sebagai hamba Allah, serta hanya mengejar kesenangan duniawi.
Mereka hasil dari penerapan kebebasan berekspresi yang mudah tersulut emosi untuk hal-hal yang sepele. Logika berpikir mereka pun dikenal dengan istilan remaja 'bersumbu pendek', tidak berpikir mendalam terkait sebab dan akibat, apalagi tanggung jawab.
Konsep pahala dan dosa tidak menjadi panduan dalam berbuat. Yang menjadi panduan adalah hawa nafsu, yang penting senang tanpa peduli dampak buruk yang ditimbulkan. Jiwa para pemuda kosong dari keimanan dan nilai-nilai Islam. Jadilah mereka generasi yang mudah galau, emosinya labil, mudah meledak-ledak, dan nirempati.
Sistem pendidikan sekuler telah abai dalam membentuk generasi berakhlak mulia. Mereka tidak menjadi generasi emas, tetapi menjadi generasi yang mencemaskan.
Sistem sekuler merupakan sistem rusak yang merusak para pemuda. Mereka yang seharusnya menjadi pemimpin peradaban masa depan justru menjadi beban peradaban. Ini tentu berbeda dengan sistem Islam.
Islam telah memberikan jawaban secara tuntas terhadap permasalahan apapun, termasuk keterpurukan generasi muda hari ini. Kita tinggal mengikuti apa yang telah diwahyukan oleh Allah SWT, Al-Khaaliq al-Mudabbir, dan meneladan utusan-Nya, Muhammad saw.
Sistem Islam turun untuk mengatur manusia sesuai dengan misi penciptaannya yang mampu menjadi solusi seluruh permasalahan. Ia bersifat universal, lengkap dan terpadu. Jika Syariah Islam diterapkan secara kaaffah maka manusia akan meraih kebahagiaan hakiki di dunia dengan dan di akhirat.
Syariah Islam berfungsi menjaga hal-hal mendasar dan urgen bagi manusia seperti menjaga jiwa, keturunan, akal, kehormatan, agama, harta, keamanan dan negara. Islam menetapkan sanksi tegas, adil dan konsisten bagi pelakunya sebagai jaminan tegaknya hukum.
Islam memiliki sistem Pendidikan yang akan membentuk karakter dengan melibatkan pembentukan nilai-nilai seperti jujur, bertanggung jawab, disiplin, dan kasih sayang. Nilai-nilai tersebut bisa diupayakan dengan menempatkan remaja pada lingkungan yang baik, seperti memperkenalkan mereka dengan komunitas pengajian, melibatkan mereka dalam tanggung jawab sebuah projek kebajikan, Mendekatkan mereka dengan ilmu dan ahli ilmu dan memberikan teladan yang baik.
Generasi muda Muslim akan terjaga tumbuh kembangnya baik mental dan fisiknya, dapat menikmati pendidikan berbasis akidah Islam, berkualitas baik dengan cuma-cuma.
Kekerasan dan mental illness yang hari ini menimpa remaja akan tercegah dengan sendirinya.
Pendidikan dalam sistem islam akan membentuk kepribadian Islam pada anak yang standar berpikir dan bersikapnya adalah Islam. Pembentukan standar Islam inilah yang akan menyelamatkan para pemuda dari gempuran ide-ide Barat yang menyesatkan.
Upaya menyelamatkan generasi tidak bisa dilakukan oleh individu atau institusi tertentu, melainkan harus menjadi gerakan bersama seluruh umat.
Negara harus melakukan pembinaan terhadap generasi pemuda, dengan mewujudkan pembinaan di setiap lingkungan (di sekolah, di rumah, di masyarakat, hingga di media sosial). Pembinaan generasi yang digarap sungguh-sungguh mampu membawa perubahan besar.
Pembinaan generasi yang dapat dilakukan oleh keluarga sebagai madrasah bagi putra putrinya dengan menanamkan nilai -nilai islam, memperkuat aqidah dan keimanannya.
Dalam sistem Islam, pembinaan generasi dilakukan secara menyeluruh melalui penguatan pemikiran (fikriyah), kepribadian/jiwa (nafsiyah), dan akhlak, sehingga lahir pemuda berkepribadian Islam yang kokoh, cerdas, dan berani dalam kebenaran. Negara membangun pendidikan berbasis aqidah Islam, menegakkan aturan syari'ah Islam yang menjaga moral, serta menciptakan lingkungan sosial yang bersih dari budaya perusak. Dengan keteladanan pemimpin dan atmosfer ketaatan syariah, sistem islam membentuk generasi emas yang mampu memimpin umat dan mengembalikan kejayaan Islam.

Posting Komentar