-->

Zionis Israel Semakin Brutal, Kebutuhan Khilafah Semakin Kuat


Oleh : Anisa Bella Fathia, Anggota Komunitas Muslimah Menulis (KMM) Depok

Israel menyerang secara terus menerus sejumlah negara di kawasan Timur Tengah dalam pekan ini. Alasannya untuk melumpuhkan Hamas yang menguasai Palestina. Selain Palestina, Israel menyerang lima negara lain dalam waktu singkat. Mulai dari Lebanon, Suriah, Tunisia, Qatar, dan Yaman (cnbcindonesia, 13/9/25).

Hampir dua tahun terakhir, Israel telah melakukan serangan terhadap Gaza. Tercatat 64.000 warga Palestina telah terbunuh, sekitar 20.000 di antaranya adalah anak-anak sejak serangan dimulai. Di Libanon, Israel mengklaim menyerang depot senjata dan fasilitas militer yang digunakan Hizbullah. Di Suriah, pesawat-pesawat Israel diketahui menyerang beberapa lokasi di Suriah awal pekan ini. Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris mengatakan serangan dilakukan termasuk pangkalan angkatan udara Suriah di Homs dan barak militer di dekat Latakia. 

Di Tunisia, Israel dituding melakukan dua serangan pesawat tam berawal pada Global Sumud Flotilla yang sedang berada di Tunisia. Serangan kali ini jadi kedua kalinya yang dilakukan selama dua malam berturut-turut. Serangan ke Qatar nampaknya menargetkan tim negosiasi kelompok Palestina Hamas. Negara itu menjadi tempat negosiasi untuk Hamas, Israel, dan Amerika Serikat. Di Qatar, Serangan udara Israel menyasar ibu kota Yaman, Sanaa, dan provinsi al-Jawf. 

Dilaporkan sebanyak 35 orang tewas karena serangan yang dilakukan sehari setelah menargetkan pimpinan Hamas di Doha, Qatar. Di Qatar, Serangan udara Israel menyasar ibu kota Yaman, Sanaa, dan provinsi al-Jawf. Dilaporkan sebanyak 35 orang tewas karena serangan yang dilakukan sehari setelah menargetkan pimpinan Hamas di Doha, Qatar (cnbcindonesia, 13/9/25) 

Liga negara-negara Arab mulai menyiapkan sikap setelah keamanan kawasan itu ikut terdampak konflik Timur Tengah. Dikutip dari CNN, Sabtu (13/9), Qatar telah berjanji akan memberikan respons regional kolektif terhadap Israel. Langkah ini ditempuh karena keterbatasan opsi membalas dengan senjata. PM Qatar juga mengatakan sebagian tanggapan Doha akan ditempuh lewat jalur hukum, seperti hukum internasional. Pendekatan itu terlihat ketika Qatar berhasil melobi pernyataan bulat di Dewan Keamanan PBB yang mengutuk serangan Israel.

Sikap lain ditunjukkan Uni Emirat Arab, negara yang memiliki hubungan paling dekat dengan Israel. Presiden UEA Mohammed bin Zayed Al Nahyan langsung tiba di Doha kurang dari 24 jam setelah serangan. Salah satu sikap yang kemungkinan diambil, menurut analis, adalah menurunkan hubungan diplomatik UEA dengan Israel dan mengurangi keterlibatannya dalam perjanjian normalisasi Abraham Accords.

Zionis Yahudi semakin brutal memusuhi kaum Muslim demi menargetkan Hamas. Bahkan menyerang Qatar yang posisinya saat ini sebagai mediator utama antara Israel dan Hamas. Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, mengecam serangan tersebut dan menyatakan negaranya menuntut Israel "bertanggung jawab atas segala konsekuensi." Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut serangan itu "sepenuhnya dibenarkan" mengingat Hamas merupakan dalang serangan teror pada 7 Oktober 2023 di Israel yang menewaskan lebih dari 1.200 orang dan membuat sekitar 250 orang disandera.

Zionis Yahudi tidak akan dengan mudah menghentikan genosida di Palestjna, tidak mau menerima solusi dua negara dengan mengakui kedaulatan Palestina. Mereka ingin menghabisi Hamas, membalas dendam atas kebenciannya terhadap serangan Hamas 7 Oktober 2023 lalu. Membersihkan etnis warga Palestina dan menguasai Yerussalem. 

Perjanjian gencatan senjata mereka langgar, hati mereka keras tidak peduli siapa kawan siapa lawan, persis seperti sifat Bani Israil yang Allah gambarkan dalam Al-Qur’an surah al-Maidah ayat 13 yang artinya, “…(tetapi) mereka (Bani Israil) melanggar janji mereka, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang telah diperingatkan kepada mereka…”

Kamis 11/9/ 2025, Duta Besar Indonesia untuk Rumania merangkap Moldova, Meidyatama Suryodiningrat, bersama para duta besar negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) menggelar aksi solidaritas untuk Palestina. Mereka mengecam tindakan Israel di Gaza, Palestina, dan serangan terbaru ke Doha, Qatar. Para dubes negara-negara OKI melakukan solidarity stand di depan Kedutaan Besar Palestina di Bucharest, Rumania. Para Dubes menyuarakan keprihatinan mendalam atas perkembangan situasi di Palestina dan mengecam keras serangan Israel ke Doha, Qatar (detiknews, 13/9/25). 

Saat ini, belum ada perlawanan secara militer kepada Israel sekalipun Zionis Israel sudah menyerang negeri-negeri Timur Tengah yang jelas sudah melanggar prinsip dasar hukum internasional dan kedaulatan negara. Bahkan, Sekutu Israel yaitu AS (Trump) juga mengatakan dalam sebuah unggahan di media sosial bahwa dirinya "tidak senang" dengan tindakan Israel menyerang Qatar (Qatar dan AS bersahabat, Qatar menampung pangkalan militer terbesar AS di kawasan dan menggunakan sistem pertahanan udara buatan AS). 

Negeri-negeri anggota OKI sampai saat ini hanya bisa mengeluarkan pernyataan kecaman secara verbal. Semua takut dengan kekuatan Zionis. Padahal, kekuatan harus dilawan dengan kekuatan. Militer Israel dengan bantuan AS sangat kuat, 2 tahun mereka belum berhenti membersihkan etnis Palestina. Kekuatan militer seperti ini hanya bisa dilawan dengan kekuatan serupa. Meskipun saat ini banyak masyarakat di seluruh dunia, Muslim/non Muslim bergerak membela Palestina, mereka hanya bisa bersatu menyumbang uang, makanan, jasa. Seperti gerakan kemanusiaan internasional, Global Sumud Flotilla yang saat ini sedang berjuang. 

Namun, gerakan kemanusiaan seperti ini belum mampu untuk mengusir penjajah Israel dan membebaskan Palestina secara total. Butuh kekuatan militer persatuan kaum Muslim untuk bisa mengusir penjajah dari tanah Palestina. Kekuatan militer dan persatuan kaum Muslim di seluruh dunia ini hanya bisa digerakkan dan dikomandani oleh satu Pemimpin Muslim di seluruh dunia, yakni seorang khalifah dalam satu kepemimpinan umum yakni Khilafah. 

Seorang khalifah dengan baiat dari umat Muslim akan mengirimkan pasukan militer untuk berjihad melawan Zionis dan sekutunya. Membebaskan negeri-negeri Muslim yang dizalimi oleh kafir Barat. Itulah cara membebaskan Palestina dari kebrutalan Zionis. Sistem hari ini dikendalikan oleh kapitalisme (AS) yang membuat umat Muslim sulit untuk bersatu. Disekat-sekat atas nama bangsa dan kecintaan terhadap tanah air sendiri menjadikan masyarakatnya hanya memikirkan urusan negerinya masing-masing tidak peduli di luar sana menderita sekalipun. Padahal Rasulullah sudah katakan bahwa umat Islam bagaikan satu tubuh. 

"Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya)” (HR. Bukhari no. 6011 dan Muslim no. 2586).

Dengan diterapkannya aturan Islam di bawah naungan Khilafah, insya Allah Palestina akan merdeka, Zionis tidak akan bisa mengganggu negeri-negeri Muslim lagi.[]