Misi Kemanusiaan Untuk Gaza Terpaksa Berhenti
Oleh : Eva Arlini (Pemerhati Masyarakat)
Selama sebulanan ini dunia harap – harap cemas dengan perjalanan para aktivis Global Sumud Flotilla yang membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza. Ini adalah aksi terbesar yang ditunjukkan warga dunia untuk menunjukkan solidaritas pada penderitaan warga Gaza. Mungkinkah misi tersebut benar – benar mampu menembus blokade laut Israel terhadap jalur Gaza. Namun sebagaimana yang barangkali telah diprediksi oleh banyak pihak, menembus blokade Israel tak mudah. Misi kemanusian untuk Gaza itu terpaksa berhenti.
Konvoi kapal yang berisi dokter, seniman, pelaut, dan sukarelawan banyak negara itu dicegat dalam perjalanan. Pada perkembangannya, sekitar 450 aktivis Global Sumud Flotilla diculik oleh Israel. (https://gazamedia.net/03/10/2025)
Sebuah video memperlihatkan salah satu aktivis Sumud Flotilla, Chiki Fawzi menangis dipelukan ayahnya. Dia pulang sebelum misinya benar – benar berhasil yakni memberikan bantun kepada rakyat Gaza. Kondisi rakyat Gaza memang semakin memprihatinkan. Genosida terus berlangsung disana. Kelaparan massal melanda warga Gaza, karena tak satupun bantuan bisa masuk ke Gaza akibat dihalangi oleh Israel. Dari kegagalan misi menembus blokade Gaza ini, kita bisa mengambil hikmah:
Pertama, aksi kemanusiaan ini memang tak bisa masuk ke Gaz membawa bantuan, namun aksi tersebut telah turut meningkatkan kesadaran publik untuk memperhatikan genosida di Gaza. Gelombang protes terhadap kejahatan Israel terhadap Palestina terus dilakukan oleh masyarakat di berbagai negara. Ribuan warga di kota – kota besar seperti Milan di Italia, Madrid di Spanyol, Istambul di Turki dan Buenos Aires di Aregntina menunjukkan kemarahnnya terhadap Israe dan menuntut Palestina merdek. (https://www.kompas.com/global/read/2025/10/02)
Dari Prancis hingga Yunani, puluhan ribu orang turun ke jalan memprotes serangan Israel terhadap Global Sumud Flotilla. Komunitas internasional mendesak sanksi yang lebih berat dijatuhkan pada rezim Zionis sebagai respons dari tindakan mereka menghalangi misi kemanusiaan ke Gaza dengan kekerasan. (https://international.sindonews.com/03/10/2025)
Kedua, peristiwa ini adalah bukti kesekian kalinya, bahwa Israel itu kebal terhadap aturan internasonal. Mereka tidak merasa terikat oleh peraturan internasional. Sebab ada Amerika Serikat yang selalu membelanya. Setiap resolusi PBB yang memberikan sanksi kepada Israel selalu di veto oleh Amerika. Baru – baru ini Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB) mengumpulkan suara lebih dari seratus negara yang menyatakan dukungan terhadap kemerdekaan Palestina.
Keputusan tersebut salah satunya menghendaki Israel agar menghentikan genosida terhadap warga Palestina. Namun apa yang terjadi, hingga hari ini meneruskan aksi jahatnya. Mereka tak peduli pada teguran atau peraturan apapun yang dibuat oleh lembaga internasionl sekelas PBB. Sebab ada pendukung setianya, Amerika yang selalu membela apapun tindakan yang dilakukan Israel.
Ketiga, kita butuh tindakan nyata dari pemimpin negeri – negeri Islam untuk menghentikan kejahatan Israel. Seorang aktivis dari Indoneisa yang turut dalam Global Sumud Flotillah, Wanda Hamidah, saat di wawancara oleh TVOne mengatakan, bahwa saat ini tindakn yang tepat bagi pemerintah bukan lagi mengecam Isrel, melainkan mengirimkan pasukan bersenjata untuk membebaskan para aktivis yang disandera oleh Israel serta untuk menghentikan genosida di Gaza.
Inilah hikmah lainnya dari keberadaan aksi Blobal Sumud Flotilla. Kesadaran politik masyarakat semakin meningkat. Kita semakin menyadari bahwa aksi sosial tidak cukup dan kini bahkan kita tidak mampu sekedar untuk membuat saudara – saudara kita tidak kelaparan dan diobati luka – lukanya. Bantuan makanan dan obat – obatan yang dibutuhkn oleh warga Gaza tak bisa lagi kita berikan sebagaimana sebelumnya. Israel yang melakukan kejahatan dengan senjata harus dilawan dengan senjata pula. Maka merupakan kebutuhan mendesak hari ini, terhadap tindakan nyata para pemimpin negeri muslim untuk mengirim tentara ke Gaza.
Keempat, pemimpin dan sistem kepemimpinan Islam menjadi tumpuan harapan. Kita menyaksikan bahwa para pemimpin negeri muslim tetap tak merespon harapan masyarakat. Mereka tersandera oleh berbagai kepentingan sehingg takut bertindak sebagaimana mestinya. Pemimpin seperti ini sama sekali tak berguna untuk menjamin keselamatan manusia. Para pemimpin seperti ini merupakan bentukan kapitalis sekuler. Mereka berkuasa sekedar untuk meraih kelezatan dunia. Bila tidak demikian, bagaiman mungkin hti mereka tega dengan gonisida yang terjadi di Gaza. Mereka dipilih melalui mekanisme demokrasi yang memberi peluang terpilihnya pemimpin yang sekedar populer namun minim kualitas.
Tak diragukan lagi, para pemimpin negeri – negeri muslim yang sekuler ini tak layak diharapkan tindakan tegasnya dalam menyikapi kejahatan Israel. Sudah saatnya kita bergerak lebih massif lagi untuk menuntut perubahan sistem dari kapitalis sekuler kepada sistem Islam.
Sistem Islam lebih memungkinkan terpilihny pemimpin pemberani, yang ikhlas mendedikasikn dirinya untuk mengurus dan melindungi rakyatnya dan sesama manusia. Sebab syarat menjadi pemimpin dalam Islam ketat. Hanya orang – orang berkualitas yang bisa menjadi pemimpin. Pemimpin dalam sistem Islam akan menyerukan jihad yang akan segera menghentikan kejahatan Israel. Maka Khilafah dan jihad adalah kebutuhan mendesak bagi kesejahteraan hidup di dunia hari ini.
Posting Komentar