Genosida Masih Berlangsung di Palestina, Di mana Penguasa Muslim Dunia?
Oleh : Alimatul Mufida
(Mahasiswi)
Genap dua tahun genosida di Palestina dan masih terjadi hingga saat ini. Lebih dari 61.400 nyawa melayang, sebanyak 153.000 orang mengalami luka-luka. Sebagian besar merupakan wanita dan anak-anak. Sisanya tak terhitung jumlahnya menderita kelaparan hingga gizi buruk yang berakhir kematian. Akses masuk bantuan berupa makanan dan obat-obatan jalur darat maupun laut sangat terbatas, mengandalkan jalur udara yang berisiko. Ratusan tewasdan ribuan mengalami luka-luka saat berebutan mendapatkan bantuan makanan. Fasilitas kesehatan nyaris runtuh. 94% rumah sakit rusak dan tidak layak beroperasi. Sekitar 79% masjid hancur dan 3 gereja habis diluluh lantakkan. Hampir 70% bangunan di Gaza rusak. Bukan hanya kehilangan tempat tinggal tetapi kehilangan sosok ayah, ibu, anak, dan sanak saudara sudah menjadi kesiapan untuk dihadapi. Krisis pangan, air bersih, dan penyebaran penyakit. Ini semua bukan hanya angka tetapi nyawa manusia (Al-Jazeera, 9/8/2025). Setelah sekian banyak nyawa yang syahid, bagaimana sikap penguasa dunia terutama penguasa muslim? Tidak lebih hanya sekadar mengecam. Bahkan tidak sedikit para penguasa yang menyetujui two state solution (solusi dua negara). Seperti Indonesia, Presiden Prabowo Subianto mendeklarasikan akan mengakui keberadaan negara Israel apabila Israel menghentikan serangan ke Palestina, na'udzubillah. Padahal, ini bukan tentang berbagi wilayah tetapi tentang menghapuskan segala bentuk penjajahan di muka bumi. Bukankah sudah jelas sesuai dengan undang-undang konstitusi apabila seluruh penjajahan harus dihapuskan? Bukan hanya Indonesia, penguasa Arab justru mengadakan pertemuan dan menjalin hubungan perdagangan dengan Israel laknatullah. Penguasa Mesir alih-alih membuka gerbang perbatasan dan mengerahkan pasukan untuk menolong Palestina, justru menutup rapat-rapat, memperkuat pertahanan disertai penjagaan militer. Memasukkan bantuan berupa makanan dan obat-obatan pun tidak mampu. Ironis, disaat warga sipil berbondong-bondong mengadakan aksi protes besar-besaran dan bahkan melaksanakan aksinyata dengan cara berlayar berusaha mengirimkan bantuan makanan dan obat-obatan. Seperti Global Sumud Flotilla, gerakan maritim sipil terbesar yang terorganisir untuk memecahpengepungan ilegal Israel terhadap Gaza dengan semboyannya yang terkenal “When Government Fail, We Sail”. Ironis, para penguasa muslim di seluruh dunia hanya diamseolah-olah menikmati pemandangan mengerikan yang terjadi di Palestina. Sudah cukupbukti bahwa penguasa-penguasa muslim di dunia tidak memiliki keberanian dan kebebasan dalam menentukan sikap politik. Mereka hanya bersembunyi sementara menikmati harta kekayaan dan takut kehilangan takhta. Sejatinya yang dibutuhkan Palestina tidak hanya kebutuhan makanan dan obat-obatan tetapi pembebasan permanen berupa penghapusan penjajahan dan pengusiran Zionis Yahudi daritanah Palestina. Palestina butuh bantuan militer yang berani melawan entitas Zionis YahudiIsrael. Namun, pengerahan pasukan militer tidak dapat terjadi tanpa adanya keberanian penguasa muslim yang memerintahkan. Satu-satunya solusi yang dapat membebaskan Palestina adalah jihad dan Khilafah. Saat syariat islam diterapkan dan institusi Khilafah ditegakkan maka kaum muslimin termasuk Palestina memiliki perisai yang dapat melindungi nyawa, harta, dan jiwa. Bukan hanya melindungi kaum muslimin di Palestina tetapi di Uyghur, Pattani, Burma, Rohingya, dan seluruh dunia. Dahulu saat Kekhilafahan Utsmani masih ada, mustahil tanah Palestina dirampas oleh Zionis Yahudi. Khalifah menjaganya dengan segenap nyawanya hingga pada akhir masa kepemimpinannya. Setelah Kekhilafahan terakhir runtuh, Barat dengan mudahnya memiliki wilayah kekuasaan Khilafah Utsmaniyah. Wilayah kekuasaan Khilafah Utsmaniyah terbagi-bagi menjadi beberapa negara yang dikuasai oleh para penjajah sehingga persatuan itu tidak lagi ada.
Hingga akhirnya kaum muslimin menjadi lemah, terpecah belah, dan tidak memiliki perisai yang dapat melindungi. Oleh karena itu, apabila genosida di Palestina terjadi akibat ketiadaan Khilafah maka tidak ada cara lain selain menerapkannya kembali. Wallahu A'lam Bissawwaab
Posting Komentar