-->

ESENSI MAULID NABI


Oleh : Irawati Tri Kurnia
(Ibu Peduli Umat)
 
Walau hampir sebulan momen Maulid berlalu, kemeriahannya masih terasa hingga saat ini. Banyak Masyarakat masih memeriahkannya, bahkan ada masjid yang menghabiskan biaya jutaan untuk biaya pembuatan acaranya. Ada juga yang memeriahkannya sampai 40 hari berturut-turut, dari tiap RT sampai RW merayakannya. Hal ini patut disyukuri. Berarti umat Islam masih begitu mencintai Rasulullah Muhammad saw, Nabi dan Rasul, manusia paling mulia, suri tauladan bagi umat Islam.

Tapi sayangnya, memperingati Maulid biasanya sebatas ritual. Megah di perayaan, minim realisasi. Hanya menyampaikan seputar sosok beliau dan anggota keluarganya, terutama keunggulan akhlak Beliau; hingga melupakan aspek terpenting. Yaitu harusnya kita mengingat visi misi beliau hadir di dunia ini. Ini tertuang dalam surat Fath ayat 28 : 
“Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar, agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.” 
 
Sepanjang kehidupannya, Rasulullah senantiasa menyampaikan Islam. Sebagai petunjuk dan agama yang benar ini secara istikamah, hingga ajal menjemput. Kehidupan Beliau adalah kehidupan dakwah. Bahkan saat Beliau dirayu kaum kafir jahiliyah dengan menyodorkan harta, tahta dan wanita; Beliau tidak bergeming. Beliau bersabda :
“Walau matahari di tangan kananku, dan bulan di tangan kiriku, tidak akan menghentikan dakwahku, sampai aku hancur karenanya.”
 
Tidak sebatas Nabi dan Rasul, Beliau juga sebagai kepala negara. Karena ini sesuai dengan yang disampaikan Beliau, di mana Islam tidak sebatas akidah yang ranahnya sangat individual, tapi juga syariah yang mengatur segala aspek kehidupan; plus metode penerapannya sebagai penetu kesuksesan penerapan Syariat secara totalitas (penerapan secara kafah alias menyeluruh serta sempurna), yang hanya bisa dengan tegaknya Daulah atau negara Islam yang sepeninggal Beliau disebut Khilafah. Penerapan secara kafah alias menyeluruh serta sempurna. Saat kaum muslim punya negara, memudahkan penegakan Syariat. Yang bisa mengalahkan seluruh agama. Tidak ada yang bisa mengalahkan Islam. Ini karena selain Islam unggul, juga didukung umatnya adalah umat terbaik. Karena Khilafah juga disebut “Tajrul Furud” atau Mahkota Kewajiban; karena tanpanya, Islam hanya seperti macan ompong alias kehilangan keberkahannya.
 
Saat Daulah tidak ada, maka umat Islam melemah karena tidak ada pelindungnya. Tidak mampu lagi mengalahkan negara lain. Tidak ada lagi Daulah Islam. Yang ada negara bangsa, negara wathoniyah, negara kebangsaan. Terpecah-belah, tanpa Khilafah sebagai symbol pemersatu uamt. Seperti saat ini. Seperti Palestina, tidak lagi ada yang membela. Terjajah dan terzalimi selama hamper 75 tahun lamanya. Bahkan saat umat marah dengan solusi dua negara yang membela perampok negara, tapi mereka tak berdaya. Mereka hanya bisa berdoa, sambil menyampaikan protes melalui aksi demo dan aksi damai, serta mengirimkan bantuan kemanusiaan-yang ironisnya-kebanyakan digagalkan oleh rezim zionis Israel.
 
Musuh Islam menyadari bahaya Khilafah bagi eksistensi mereka. Maka mereka berusaha mempertahankan agar umat Islam terpecah selamanya dan menghalangi tegaknya Daulah Islam. Mereka memahami, bahwa Islam kuat jika ditopang dengan negara, yaitu Khilafah. Maka umat harus lebih giat berdakwah. Bukan sebatas menyeru pada akhlak Rasul, cara ibadah Rasul; tapi yang lebih penting adalah kehidupan dakwah Beliau. Jika dulu Beliau berdakwah untuk mewujudkan kehidupan Islam, kini tujuan untuk melanjutkan kehidupan Islam. Karenanya umat Islam jangan mau tunduk pada kemauan musuh-musuh Islam, jika harus mengabaikan misi penting ini : untuk melanjutkan kehidupan Islam.
 
Dakwah untuk menegakkan Khilafah pun harus meneladani Rasulullah, yaitu diperlukan jamaah dakwah untuk menunaikannya. Beliau berdakwah tidak sendirian, tapi Bersama jamaah para sahabat. Makanya kini dibutuhkan dakwah bersama sebuah kelompok dakwah yang sahih, yang memperjuangkan penerapan Islam kafah dalam bingkai Khilafah ini. Kelompak dakwak Islam ideologis, yang menempatkan Islam sebagai mabda alias ideologi; Islam yang mempunyai akidah, syariah, juga metode penerapannya.

Inilah esensi Maulid Nabi yang sesungguhnya. Semoga umat Islam bisa segera menangkap esensi ini, agar Kembali menjadi umat yang terbaik. Sesuai firman-Nya :
“Kalian adalah umat yang terbaik, yang melakukan amar marif nahi mungkar (berdakwah), dengan demikian kalian menjadi menjadi golongan yang beruntung.” (Terjemah Ali Imran : 110).