-->

Luka Hati Ibu dibalik Maraknya Filisida Maternal


Oleh : Dinda Kusuma W T

Ibu adalah sosok yang paling penuh cinta dan kasih sayang, tidak diragukan lagi. Tiada cinta tak bersyarat untuk setiap anak di dunia kecuali cinta dari sang ibu yang melahirkannya dengan bertaruh nyawa. Salah satu fitrah yang masih bertahan namun mulai rapuh digilas roda zaman yang makin keras bagi seorang wanita yang lemah. Dilemahkan fisik dan mentalnya secara sistemik oleh sistem kehidupan kapitalisme.

Adalah EN (34), seorang ibu muda di Banjaran, Kabupaten Bandung, Jawa Barat ditemukan bunuh diri setelah diduga meracuni kedua anaknya yang berusia 9 tahun dan 11 bulan. Polisi menemukan surat wasiat berisi ungkapan penderitaan dan kekesalan terhadap suami, diduga terkait tekanan ekonomi dan utang keluarga (metrotvnews.com, 09/09/2025).

Meski terdengar mustahil, fenomena ibu membunuh anaknya yang sering disebut filisida maternal, nyata dan diakui dalam literatur psikologi maupun hukum. Kata filisida berasal dari bahasa Latin filius (anak) dan cida (membunuh). Secara global, penelitian menunjukkan lebih dari separuh kasus pembunuhan anak dilakukan oleh orang tua kandung. Di Indonesia, KPAI bahkan menyebut sudah masuk fase "darurat filisida" karena dalam setahun rata-rata ada 60 kasus, atau lima hingga enam kasus setiap bulannya (kompasiana.com, 08/09/2025).

Bunuh diri sembari mengajak anak-anaknya tentu bukan sebuah keputusan yang bisa diambil dalam sehari. Bisa dibayangkan, berapa lama tekanan batin dan besarnya luka telah bersemayam dan ditahan sedemikian rupa oleh sang ibu. Memang rasa-rasanya, tekanan hidup semacam ini nyaris dialami oleh seluruh lapisan masyarakat di Indonesia, atau bahkan diseluruh negeri. Filisida maternal ini bukan hanya satu kasus kebetulan, namun masif dan makin marak. Dengan demikian, sangat perlu adanya analisa dan solusi.

Ada berbagai faktor yang menyebabkan hancurnya mental seorang ibu. Pertama, faktor merasa diabaikan oleh lingkungan sekitar. Permasalahan yang menumpuk dibarengi dengan perasaan berjuang sendiri tanpa bantuan orang terdekat bahkan suami, bisa menyebabkan seorang ibu merasa lelah yang berlebihan. 

Faktor kedua yang tidak bisa dipungkiri pada zaman ini adalah tekanan ekonomi. Maraknya praktek ribawi, judol dan gaya hidup hedon telah menyebabkan banyak rumah tangga terpuruk. Bayang-bayang hutang tanpa jalan keluar menjadikan bunuh diri sebagai jalan satu-satunya. Belum lagi ditambah penderitaan istri yang suaminya sering melakukan KDRT, berselingkuh, enggan mencari nafkah, dll. Hal-hal semacam ini sangat lumrah dijumpai pada saat ini.

Disisi lain, fitrah seorang ibu untuk melindungi anaknya pasti teramat besar. Ia tidak sampai hati meninggalkan anaknya tumbuh menghadapi kerasnya dunia tanpa perlindungan ibu kandungnya sendiri. Seorang ibu pasti meyakini bahwa tidak ada seorangpun yang bisa menyayangi anaknya sebagaimana dirinya sendiri. Sehingga dalam keputusasaan yang ditunggangi oleh syetan, ibu membunuh anaknya terlebih dahulu sebelum mengakhiri hidupnya sendiri. Sungguh sebuah tragedi yang sangat memilukan. 

Kerusakan yang masif di seluruh aspek, menunjukkan ada yang salah dalam sistem kehidupan yang dijalani. Bukan hanya satu sisi, namun secara keseluruhan. Patokan materi telah menjerumuskan manusia ke jurang nista. Pada saat ini, segala sesuatu diukur dari segi materi. Sukses dan bahagia dilihat bila seseorang memiliki banyak materi. Kenyataannya, sistem kapitalisme ini telah menghancur leburkan mental dan moral umat manusia hingga menyebabkan seorang ibu tega mengajak mati anak-anaknya.

Solusi logis yang harus segera diambil adalah mencabut kapitalisme, dari sistem kehidupan dan dari hati manusia hingga ke akarnya. Sebuah sistem yang mampu menjadi pondasi moral yang kuat, serta melahirkan tata cara kehidupan yang sempurna adalah sistem islam. Tidak hanya mengatur urusan ibadah ruhiyah, islam mengatur urusan terkecil manusia hingga yang terbesar berskala negara ataupun antar negara. Islam perlu diterapkan secara menyeluruh untuk menyelamatkan dunia dari kesengsaraan kemudian mewujudkan kebahagiaan hakiki yang diridhai oleh Sang Pencipta, Allah SWT. Wallahu a'lam bisshawab.