Fenomena Bundir Di tengah Badai Kapitalisme
Fenomena Bundir Di tengah Badai Kapitalisme
Oleh: Susi Ummu Musa
Fenomena bundir di tanah air semakin mengkhawatirkan setiap hari pemberitaan di media sosial memperlihatkan bagaimana aksi bundir terjadi, berbagai latar belakang alasan kenapa mereka sampai berfikir pendek mengakhiri hidupnya dengan bundir.
Diberitakan "Diduga bunuh diri, ditemukan juga surat wasiat,"
Peristiwa itu pertama kali diketahui oleh YS, yang merupakan suami EN dan ayah kedua anak, yang baru pulang kerja pada Jumat (5/9) pukul 04.00 WIB, dan sempat kesulitan membuka rumah karena pintu terkunci dari dalam.
"YS langsung mengintip lewat ventilasi dan mendapati istrinya tergantung di kusen pintu kamar dan kemudian berteriak histeris," ujar Kasat Reskrim Polresta Bandung, Kompol Luthfi Olot Gigantara, dilansir detikJabar.
Warga yang mendengar teriakan YS langsung berdatangan. Warga lalu membantu mendobrak pintu secara bersama-sama.
"Langsung ditemukan juga dua anak korban juga sudah tidak bernyawa dengan tali yang masih menjerat di leher, diselidiki ternyata alasan bundir karena beban hidup yang terus menerus. (DetikNews)
Ini salah satu contoh kasus dari sekian banyaknya orang orang yang bundir. menurut laporan
Data yang dihimpun dari World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa 720 ribu jiwa meninggal karena bunuh diri setiap tahunnya. Bunuh diri sendiri menjadi salah satu penyebab kematian paling tinggi di dunia dan ditemui pada remaja hingga dewasa dengan rentang usia dari 15 sampai 29 tahun.
Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Badan Reserse Kriminal Kepolisian RI (Bareskrim Polri) menunjukkan seluruh kasus bunuh diri di Indonesia sepanjang tahunnya. Angka kasus bunuh diri terus meningkat setiap tahun, bahkan bertambah hingga 60% dalam lima tahun terakhir.
Pada tahun 2020 tercatat ada lebih dari 640 kasus bunuh diri yang ditangani Polri. Di tahun selanjutnya pada 2021 jumlah kasus bunuh diri turun tipis menjadi 629 kasus. Namun, angka tersebut menukik tajam setahun setelahnya.
Tahun 2022 sebanyak 887 jiwa melayang akibat bunuh diri. Jumlah kasus ini terus naik di tahun 2023 bahkan mencapai 1.288 kasus.
Kasus bunuh diri menunjukkan tren yang terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Di tahun ini, sepanjang Januari-Oktober 2024, angka kasus bunuh diri telah menyentuh angka 1.023 kasus.
Beban hidup yang mendera setiap manusia bukan dilihat dari kurangnya materi tapi, banyak alasan lain, sebab banyak juga yang bundir disaat hidup bergelimang harta dan popularitas karir yang baik baik saja.
Lihatlah kondisi orang yang hidupnya berada dalam kesulitan sekalipun dia tetap bisa bertahan ditengah kerasnya hidup.
Alangkah meruginya orang-orang yang ketika berfikir bundir akan terselamatkan dari beban padahal diakhirat dia akan mempertanggungjawabkan perbuatannya lebih berat lagi.
Sistem Kapitalisme Sekuler Akar Dari Problematika
Terpisahnya agama dari kehidupan membuat negri ini jauh dari keberkahan malah sebaliknya muncul permasalahan yang kian kompleks,bahkan dari segala lini kehidupan.
Umat jauh dari pesan agama yang seharusnya bisa menjadi benteng karena takut akan murka Allah swt, namun ternyata mereka menyamping kan peran agama sebagai tuntunan dalam hidup.
Disamping itu coba kita melirik
Para pemangku jabatan dan orang-orang yang duduk bergelimang kemewahan terkadang tak mau tahu apa yang dirasakan masyarakat nya dibawah.
Kebijakan yang hanya membuat rakyat sengsara menjadi dasar utama alasan rakyat menuntut ekonomi dinegri ini diperbaiki, alih alih diperbaiki malah PHK massal dimana mana.
Ini yang menjadi bakal tingkat kriminal bertambah.
Ekonomi masyarakat menurun alhasil pembunuhan, pembegalan, bundir meningkat,judol dan pinjol marak serta masih banyak kasus lainnya terjadi.
Semua karena sistem yang diemban dinegri ini adalah sistem buatan manusia Demokrasi Kapitalisme yang pada prinsipnya Bebas dan hanya Manfaat belaka.
Lantas seperti apa pandangan bundir dari para pemerhati?
Menyoroti banyaknya kasus bunuh diri, cendekiawan muslim Ustaz Ismail Yusanto (UIY) mengatakan:
“Kita bisa melihat setidaknya ada dua pemicu, yaitu faktor eksternal dan faktor internal
Ia melanjutkan, faktor eksternal turut berpengaruh terhadap ketahanan mental. “Kehidupan yang serba materialistis, hedonistik, pencitraan yang begitu rupa, ia terima melalui media khususnya media sosial itu kan sangat masif.
Di media sosial itu, ucapnya, orang menggambarkan kehidupan yang serba enak, liburan, makanan, rumah, dan keluarga.
“Ini akan memberikan pengaruh kepada seseorang tentang bagaimana citra diri yang berpengaruh terhadap harapan-harapannya di masa yang akan datang. Sementara itu, kehidupan riil dirinya tidak seperti itu sehingga terjadi gap antara realitas dengan keinginan.
Kemudian faktor internal yaitu Mentalitas yang mempengaruhi seseorang dalam hidup.
Lemahnya mentalitas generasi saat ini, menurutnya, karena generasi sekarang adalah generasi yang sudah lepas dari persoalan dasar yang tidak dialami sebagaimana kakek moyangnya yang lahir tahun 1960-an atau 1970-an.
Dalam pandangan UIY, penting untuk menanamkan mindset yang benar dalam diri seseorang. “Mindset bagaimana menghadapi situasi sesulit apa pun pasti ada kemudahan, bahwa ikhtiar harus dilakukan dengan sepenuh-penuhnya, dan sebagainya, yang itu apabila tidak ditanamkan, maka ia tidak akan punya basis mentalitas yang kuat".Tuturnya.
Kemudian jika kita merujuk
Dalam sebuah hadist
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu, Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,
مَنْ تَرَدَّى مِنْ جَبَلٍ فَقَتَلَ نَفْسَهُ فَهُوَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ يَتَرَدَّى فِيهِ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا وَمَنْ تَحَسَّى سُمًّا فَقَتَلَ نَفْسَهُ فَسُمُّهُ فِي يَدِهِ يَتَحَسَّاهُ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا وَمَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِحَدِيدَةٍ فَحَدِيدَتُهُ فِي يَدِهِ يَجَأُ بِهَا فِي بَطْنِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا
“Barangsiapa menjatuhkan diri dari gunung, hingga membunuh jiwanya (bunuh diri), maka ia akan jatuh ke neraka jahanam. Ia kekal serta abadi di dalamnya selama-lamanya. Barangsiapa menegak racun hingga meninggal dunia, maka racun tersebut akan berada di tangannya, dan ia akan menegaknya di neraka jahanam. Ia kekal serta abadi di dalamnya selama-lamanya. Dan barangsiapa bunuh diri dengan (menusuk dirinya dengan) besi, maka besi itu akan ada di tangannya, dengannya ia akan menghujamkan ke perutnya di neraka jahanam. Ia kekal dan abadi di dalamnya selama-lamanya.” (HR. Bukhari no. 5778 dan Muslim no. 109)
Allah SWT dalam surah An Nisa ayat 29 melarang manusia untuk membunuh diri sendiri, hal itu dikarenakan Dia menyayangi para hamba-Nya.
...وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَنْفُسَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيْمًا - 29
Artinya: "... Janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
Wallahu a lam bisaawab
Posting Komentar