Derita Gaza, Seruan untuk Solusi Hakiki
Oleh : Misita (Mahasiswa)
Kondisi Gaza kian parah. Hari demi hari, dentuman bom dan serangan brutal dari Israel terus mengguncang tanah yang telah lama terkepung itu. Tak ada tempat aman, tak ada jeda dari penderitaan. Bahkan, kamp kamp pengungsi pun tak luput dari serangan Israel. Akibatnya pada jum'at 12 September lalu, 23 orang dikabarkan telah meninggal dunia.
Tidak sampai situ saja penderitaan penduduk Gaza, berbagai laporan menunjukkan bahwa situasi kemanusiaan di Jalur Gaza semakin memburuk. Kelaparan akut, kebutuhan akan air, makanan, obat-obatan meningkat, serta sistem kesehatan yang tertekan turut menghantui Gaza. Akhir akhir ini pun sering kita jumpai postingan anak anak Gaza dengan kondisi tubuhnya yang teramat kurus.
Ditambah lagi, pada 6 September 2025, militer Israel mendapat perintah dari Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk merebut Kota Gaza. Netanyahu menyebut Kota Gaza sebagai basis utama Hamas dan menegaskan penguasaan wilayah itu sangat penting untuk menghancurkan kelompok militan tersebut. Karena itu, warga sipil didesak mengungsi ke selatan. Serangan ini mengancam menggusur ratusan ribu warga Palestina yang selama hampir dua tahun berlindung di kota itu. (news.republika.co.id, 6/9/2025)
Bantuan Kemanusian Untuk Gaza
Situasi memilukan Gaza mendapat simpati dari masyarakat internasional. Banyak bantuan kemanusiaan diberikan sebagai respons terhadap penderitaan penduduk. Mulai dari bahan makanan, obat‑obatan, hingga pakaian. Namun demikian, distribusi bantuan tersebut terhambat oleh blokade Israel. PBB menyebutkan bahwa penutupan total akses keluar‑masuk Gaza menghalangi kedatangan pasokan vital dan bahkan menolak sebagian besar upaya organisasi kemanusiaan untuk mengirim bantuan. (m.antaranews.com, 5/5/2025)
Sehingga, banyak dari bantuan tersebut akhirnya pun tidak sampai ke warga Gaza yang sangat membutuhkan karena aturan blokade dan pembatasan akses.
Sebagai respons atas blokade yang terus diberlakukan, sejumlah aktivis internasional berinisiatif mengirimkan bantuan secara langsung melalui jalur laut. Salah satunya adalah melalui Global Sumud Flotilla (GSF).
Flotilla ini terdiri dari lebih dari 50 kapal dan ratusan relawan dari 44 negara, termasuk di antaranya aktivis, tenaga medis, jurnalis, hingga tokoh politik. Mereka membawa bantuan kemanusiaan dan berlayar menuju Gaza sebagai bentuk perlawanan damai terhadap blokade Israel yang sudah berlangsung hampir dua dekade. (rri.co.id, 2/9/2025)
Namun demikian, upaya ini pun tidak lepas dari ancaman. Pemerintah Israel berkali-kali menyatakan bahwa mereka tidak akan mengizinkan flotilla menembus blokade. Hal ini menambah daftar panjang hambatan atas masuknya bantuan, mempertegas bahwa solusi kemanusiaan saja tak cukup untuk menghentikan krisis di Gaza.
Solusi Hakiki Derita Gaza
Berbagai penderitaan yang mencekik Gaza sekarang, benar benar membutuhkan solusi hakiki untuk bisa segera membebaskannya. Khususnya bagi kita umat muslim, sudah menjadi kewajiban kita untuk membantu saudara kita yang membutuhkannya. Karena sesama muslim kita adalah ibarat satu tubuh. Jika satu bagian tubuh sakit, maka seluruh tubuh ikut merasakannya.
Bantuan kemanusiaan yang diberikan pun tentu sangat berarti. Makanan, obat-obatan, pakaian, dan berbagai donasi terus dikirimkan. Tapi semua itu tidak akan cukup untuk menolong Gaza secara menyeluruh. Karena akar masalah antara Zionis dan Palestina bukan sekadar krisis pangan atau kesehatan. Tetapi merupakan bentuk penjajahan yang nyata. Dan selama penjajahan itu masih ada, maka penderitaan pun akan terus berulang.
Dalam Islam, penjajahan adalah kezaliman besar yang wajib dihentikan. Dan solusi syar’i yang ditetapkan oleh Islam untuk menumpas penjajahan hanyalah satu, yaitu jihad fii sabilillah. Bukan dengan jalan kompromi, bukan pula hanya dengan kecaman. Allah Swt. berfirman:
"Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu dan jangan melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas." (Qs Al-Baqarah: 190).
Oleh karena itu, solusi hakiki untuk menghentikan genosida dan penjajahan di Gaza tidak cukup hanya dengan bantuan kemanusiaan saja. Gaza membutuhkan bantuan militer, yang dapat menyeimbangkan kekuatan dengan pasukan penjajah Zionis. Karena kekuatan militer hanya bisa dihadapi dengan kekuatan militer pula.
Dan hal ini hanya akan terwujud jika seluruh umat Islam bersatu di bawah satu kepemimpinan Islam. Daulah Islam–Khilafah adalah satu-satunya sistem yang akan menjadi junnah atau perisai yang akan melindungi umat muslim dari penjajahan. Seorang khalifah (pemimpin umat Islam) akan mengirimkan tentaranya untuk menolong rakyatnya yang terjajah dan tertindas. Dengan demikian, umat muslim tidak akan dibiarkan terlalu lama hidup dalam bayang bayang ketakutan dan penderitaan. Sebab, Daulah Islam akan menjaga kehormatan dan keselamatan umatnya.
Sungguh, solusi hakiki untuk mengakhiri penjajahan di Gaza–Palestina adalah dengan tegaknya jihad dan Khilafah. Maka mari, kita semua kaum muslimin bersatu, menyatukan tekad, dan bersama-sama mewujudkan solusi yang diridhai Allah ini. Hanya dengan cara inilah, penderitaan saudara-saudara kita bisa benar-benar berakhir.
Posting Komentar