Derita Gaza Belum Sirna
Oleh : Ida Nurchayati
Kejahatan dan kebiadaban zionis kian tak terkendali. Dikutip dari Aljazeera (14/9/2025), Zionis kian mengintensifkan serangan ke kota Gaza dan memaksa penduduknya untuk mengungsi ke selatan. Setidaknya 52 orang syahid karena penembakan artileri dan tembakan pasukan zionis. Namun demikian penduduk setempat masih banyak yang tinggal mengingat tempat evakuasi sudah sangat padat dan kurang sumber daya air bersih.
Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan, setidaknya 62.819 warga Palestina syahid dalam perang genosida Israel di Jalur Gaza sejak Oktober 2023 (www.aa.com.tr, 1/9/2025).
Derita penduduk Gaza belum sirna sementara penguasa Arab dan muslim tidak berbuat nyata untuk membantu mereka. Mereka sibuk beretorika sebatas mengutuk dan mengecam terhadap kebrutalan pasukan zionis. Ironisnya, bukannya mengirim pasukan mereka justru menyeru Hamas agar meletakkan senjata untuk mengakhiri kekuasaannya di Gaza serta tercapainya solusi dua negara (dw.com, 31/7/2025).
Padahal tanah Palestina adalah tanah kharaj, tanah kaum muslim yang diperoleh melalui futuhat, haram diserahkan pada siapapun terlebih penjajah terkutuk zionis.
Dukungan AS terhadap zionis
Arogansi zionis semakin nyata. Meski mendapat kecaman dari dunia internasional, Perdana Menteri Israel Netanyahu tidak menghentikan tindakan brutalnya. Netanyahu melakukan tindakan genosida di Gaza baik melalui serangan militer maupun strategi pelaparan penduduk Gaza. Zionis semakin jumawa karena mendapat dukungan sepenuhnya dari negara kapitalis AS.
Presiden AS Donald Trump berulangkali menyatakan agar memindahkan penduduk Gaza secara permanen dari wilayah tersebut. Trump menegaskan tidak ada pilihan lain bagi penduduk Gaza selain meninggalkan daerah kantong Palestina yang telah hancur akibat serangan militer zionis (reuters, 4/2/2025). Bukan rahasia lagi, selama ini AS dan kroninya secara terang-terangan mendukung penjajahan serta kebiadan zionis terhadap Palestina.
Solidaritas Internasional terhadap Gaza
Kekejaman zionis dan diamnya dunia memunculkan solidaritas internasional atas penderitaan penduduk Gaza. Demonstrasi besar-besaran terjadi hampir ditiap negara mengutuk kebiadaban zionis.
Dukungan internasional atas tragedi kemanusiaan di Gaza terwujud dengan adanya konvoi 40 kapal Flotila Sumud Global yang mengangkut 500 hingga 700 aktivis kemanusiaan dari 40 negara. Misi mereka adalah menembus blokade zionis serta menyampaikan bantuan kemanusiaan di Gaza.
Solidaritas para aktivis kemanusiaan ini patut diapresiasi ditengah pengkhianatan penguasa- penguasa Arab dan muslim. Sebenarnya penguasa muslim mampu untuk menolong saudaranya di Gaza dengan kekuatan pasukan dan persenjataan yang mereka miliki. Namun sayang mereka lebih memilih bergandengan tangan dengan penjajah barat yang tangannya berlumuran darah kaum muslimin. Hati mereka dikuasai penyakit wahn, yakni cinta dunia dan takut mati. Padahal menolong saudaranya yang terzalimi hukumnya wajib, sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al Anfal ayat 72 yang artinya,
" ..Jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan".
Namun sayang, mereka lebih memilih duduk bersama kaum penjajah melakukan perundingan, menerima tawaran penjajah dengan solusi dua negara. Padahal zionis adalah kaum yang tidak mengenal bahasa perundingan, mereka hanya mengenal kekerasan. Terbukti berulangkali PBB mengeluarkan resolusi gencatan senjata, berulangkali zionis melanggarnya. Pengkhianatan penguasa Arab dan negeri muslim lainnya semakin memperpanjang penderitaan penduduk Gaza.
Solusi Paripurna Derita Gaza
Masalah Palestina tidak akan pernah selesai melalui meja perundingan. Solusi dua negara adalah solusi utopis yang ditawarkan penjajah. Solusi hakiki Palestina yang sesuai syariat Islam adalah jihad dengan mengirimkan pasukan kaum muslim untuk mengusir zionis laknatullah dari bumi Palestina.
Sesama muslim bersaudara, menolong penduduk Gaza hukumnya wajib. Solidaritas kaum muslim dan dunia internasional dengan mengirimkan bantuan kemanusiaan belum cukup karena rakyat Gaza tetap terjajah. Ibaratnya, saudara kita rumahnya dirampok, perampoknya merajalela melakukan kezaliman terhadap pemilik rumah, sementara kita hanya sibuk memberikan obat dan makanan.
Maka umat harus menuntut kepada penguasa Arab dan negeri muslim lainnya agar mengirimkan pasukan untuk mengusir zionis dari bumi Palestina. Serta melawan dominasi negara kapitalis penjajah pendukung zionis yakni AS.
Urgen bagi negeri-negeri muslim bersatu dalam satu kepemimpinan membentuk negara adidaya berideologi Islam agar mampu melawan hegemoni negara adidaya AS. Cara ini akan mengakhiri penderitaan rakyat Gaza sebagaimana dulu Umar bin Khattab, Salahuddin Al Ayyubi juga Sultan Abdul Hamid II mampu merebut dan melindungi tanah Palestina. Hal ini terwujud karena umat bersatu dibawah satu komando seorang khalifah, tidak terkotak-kotak dan terpecah dalam nation state buatan penjajah.
Maka mengirimkan pasukan untuk membebaskan Gaza adalah solusi yang bisa mengakhiri penderitaan rakyat Gaza. Sekaligus mendatangkan keridhaan dari Allah dengan memenuhi tuntutan Allah SWT dalam Surat Al Baqarah 190, yang artinya,
"Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu dan jangan melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas".
Wallahu a'lam
Posting Komentar