Umat Bersatu, Suarakan Solusi Gaza Yang Kelaparan
Oleh : Siti Nurjanah
Mata yang sayup memandang penuh harap kepada dunia agar mendapatkan pertolongan, tubuh yang hanya berbalutkan kulit sehingga tulang belulang mengukirkan bentuk aslinya. Bayi, anak-anak, remaja, dewasa, lansia, baik laki-laki maupun perempuan merasakan kondisi yang sama, dari tahun ke tahun tidak ada perubahan yang signifikan, malah semakin memburuk.
Seperti itulah gambaran ketika kita melihat masyarakat di Gaza Palestina. Serangan dari zion*s semakin sadis, terhitung lebih dari 55.000 warga Gaza yang gugur, termasuk didalamnya tim medis, jurnalis, dan relawan. Zion*s juga telah memblokade pasokan bantuan bahan makanan dan obat-obatan untuk warga Gaza. Akibatnya jutaan penduduk di Gaza terancam kelaparan akut.
Kebiadaban Zion*s Yahudi semakin meningkat, bahkan tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata, seolah mereka ibl*s berwujud manusia, membiarkan krisis kelaparan yang sangat mengerikan. Bahkan nampak kelaparan ini sebagai cara genosida baru. Gaza dengan 2 juta jiwa yang terjebak dalam blokade merasakan kelaparan dahsyat.
Dilansir daru REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Menteri Warisan Budaya Israel, Amichai Eliyahu, berpandangan Israel seharusnya tidak khawatir tentang kelaparan di Gaza, meski hal itu menuai beragam kecaman. Politisi sayap kanan dari Otzma Yehudit tersebut menyatakan bahwa Israel akan berlomba-lomba untuk menghapuskan Jalur Gaza. (26/07/2025)
Sejak gencatan senjata 6 pekan telah gagal diperpanjang dan Israel memberlakukan blokade penuh pada 2 Maret 2025, truk bantuan hanya diperbolehkan masuk dalam jumlah yang nyaris simbolik. Zion*s menjadikan kelaparan sebagai alat genosida yang keji. Walhasil kondisi Gaza makin suram, banyak anak-anak yang kelaparan, bahkan diantara mereka terbunuh pada saat mereka mencari tepung demi bisa bertahan hidup, ada juga yang meninggal ditempat antrean ketika hendak mengambil makanan. Akibat serangan brutal zion*s pula seluruh infrastruktur sipil dan lingkungan menjadi rusak parah bahkan tidak bisa di perbaiki.
Makin nyata bahwa kekejaman Zionis kebal jika hanya memberikan solusi dengan retorika, dan bantuan kemanusiaan. Apalagi Zionis senantiasa dibela Amerika Serikat dan hak veto Amerika. Perundingan dan tawaran gencatan senjata sepertinya akan berujung sama dengan perundingan-perundingan yang sudah-sudah. Entitas Yahudi tetap akan terus melancarkan upayanya menyerang Gaza, mereka tidak akan berhenti kecuali ada super power militer yang menghancurkan kekuatan zion*s dan para sahabat karibnya.
Disisi lain, polisi dunia PBB juga tidak mampu memberikan solusi hakiki bagi Gaza, karena PBB adalah bagian pilar dari kolonialisme untuk melanggengkan penjajahan negara imperial seperti Amerika dan sekutunya. Dan juga kepatuhan negara Barat hanya berlaku ketika ada kepentingan didalamnya. Hal ini semakin menampakkan kemandulan PBB dan terlihat jelas kepada siapa mereka berpihak.
Diamnya penguasa negeri muslim menambah duka yang mendalam bagi warga Gaza. Padahal rakyat diberbagai negara terus melakukan seruan-seruan dukungan terhadap Palestina. Bukan hanya diam, para penguasa Arab justru melakukan pengkhianatan terhadap Gaza, dan kaum muslim dengan menerima tawaran dari Trump maupun Netanyahu untuk melakukan normalisi hubungan dengan zion*s Yahudi. Jadi, secara tidak langsung mereka tutup mata dan telinga untuk penderitaan Gaza. Pemimpin muslim seperti sudah mati rasa, sehingga mereka abai terhadap perintah Allah dan RasulNya.
Dalam permasalahan Gaza membuktikan bahwa sistem kapitalisme yang memayungi dunia saat ini gagal total, bertentangan dengan fitrah manusia, dan menimbulkan banyak kerusakan. Dalam asas sistem kapitalis yaitu sekularisme menjadikan akal dan moral manusia tidak sesuai dengan fitrahnya, seperti saling mengasihi, saling tolong-menolong, amanah, berbalik menjadi mementingkan diri sendiri, kebencian, tidak berperasaan, bohong, khianat, dan saling tidak percaya.
Selain itu, umat Islam termakan propaganda Barat sehingga menjadi lemah tak berdaya. Padahal umat Islam memiliki kekuasaan yang luar biasa yang bersumber dari akidah yang kokoh. Namun, penguasanya tidak menggunakan aqidah yang kokoh (Islam) sebagai dasar perjuangan. Akhirnya nasionstate berhasil mengebiri kekuatan umat.
Kekuatan akidah dan kesempurnaan aturannya akan terwujud jika negara (Khilafah) berdiri. Sejarah panjang membuktikan bahwa umat Islam memiliki kekuatan besar yang mampu menjadikan khilafah sebagai negara adidaya selama 12 abad, sejak abad ke- 7, sampai pertengahan abad ke- 18 Masehi. Daulah Islam menjadi kebanggaan dunia, memancarkan cahaya laksana matahari yang menerangi bumi.
Didalam sistem Islam negara mempunyai aturan yang harus diterapkan. Ketika ada peperangan, Islam tidak membolehkan membunuh orang-orang yang bukan termasuk bagian dari tentara perang, seperti wanita, anak-anak, lansia, para rahib digereja, memutilasi mayat, serta dilarang untuk merusak bangunan, dan menebang pepohonan.
Sebetulnya umat sudah banyak melihat kerusakan yang terjadi akibat diterapkannya sistem kapitalisme. Umat menginginkan perubahan, tetapi mereka belum mampu membaca akar masalahnya serta belum paham solusi apa yang tepat untuk berbagai permasalahan tersebut. Padahal untuk perubahan yang menyeluruh dibutuhkan kesadaran dan pemikiran yang mendalam, serta ideologi yang shahih/benar. Perubahan tanpa sandaran ideologi Islam akan mengalami kegagalan.
Mengarahkan fokus umat terhadap urgensi khilafah harus melalui dakwah pemikiran. Didalam kitab karangan Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani, Nizham Al-Islam bab 1 menyatakan bahwa : “bangkitnya manusia tergantung pada pemikirannya tentang hidup, alam semesta, dan manusia”. Artinya jika dakwah hanya membahas masalah nafsiyah tetapi pemikirannya tidak dibangun, maka umat tidak akan bangkit malah akan menimbulkan masalah baru yaitu individualisme karena mereka hanya fokus memperbaiki diri mereka sendiri.
Oleh karena itu dibutuhkan sekelompok aktivis dakwah ideologis agar umat kembali kepada syari'at Allah yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah. Sebagaimana firman Allah SWT didalam Al-qur'an surat Al-imron : 104 yang artinya berbunyi : “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan ummat/parpol yang menyeru, menyuruh kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran, mereka itulah orang-orang yang beruntung”.
Jamaah dakwah ideologis harus terus memimpin umat untuk mengembalikan kemuliaan yang akan terwujud ketika khilafah tegak kembali. Kebangkitan pemikiran umat harus diwujudkan sehingga akan terus berjuang mengikuti thoriqoh dakwah Rasulullah saw.
Sudah saatnya seluruh komponen umat bersatu bersama partai politik yang berasaskan ideologi Islam, konsistem memperjuangkan penerapan Islam kaffah dalam kehidupan, serta menyerukan persatuan hakiki seluruh umat Islam sedunia dibawah naungan khilafah yang telah diwariskan Rasulullah saw.
Ketika khilafah tegak, khalifahlah yang akan menyatukan umat dan memimpin mereka menjadi negara adidaya menebar keadilan keseluruh penjuru dunia. Khalifah jugalah yang akan mengusir seluruh bentuk penjajahan zion*s laknatullah dari bumi Palestina dengan kekuatan militer yang tidak diragukan lagi, karena militer didalam khilafah dibekali dengan akidah yang shohih nan kuat. Semangat jihad para mujahid membara bagaikan api yang bergejolak, karena mereka tau bahwa jihad adalah kewajiban, dan pahalanya luar biasa. Ketika tentara muslim menang akan mendapatkan kemulian, dan jika gugur mendapatkan kemuliaan pahala mati syahid. Inilah solusi hakiki yang harus diwujudkan untuk permasalahan Gaza.
Wallahu'alam
Posting Komentar