Peluncuran Kurikulum Berbasis Cinta, Perwujudan Deradikalisasi Islam
Oleh : Heni Satika (Praktisi Pendidikan)
Menurut menteri agama Prof Nassaruddin Umar sebagaimana dilansir dalam antara news.com (25/7/2025) mengatakan peluncuran Kurikulum Cinta menjawab isu global hari ini tentang intoleransi agama dan krisis kemanusiaan yang terus berlangsung. Menurutnya kekerasan yang terjadi antar umat beragama dikarenakan wujud intoleransi umat beragama sehingga cara pandang terhadap umat beragama lain dirubah bukan dengan menggunakan bahasa keimanan tetapi menggunakan bahasa yang lebih universal atau umum yakni cinta.
Maka kemudian Kurikulum ini dibuat berdasarkan panca cinta. Yakni cinta kepada Tuhan YME, cinta pada dirinya dan manusia lain, cinta kepada ilmu pengetahuan, cinta kepada alam dan cinta kepada negeri.
Menurut saya ini adalah cara pandang yang sudah bercampur dengan nilai-nilai sekularisme. Karena disana bentuk ketidakpercayaan kalau bahasa iman sebenarnya lebih mampu mengatasi segala permasalahan. Adanya kesalahan cara pandang dalam melihat akar permasalahan. Apa penyebab kekerasan itu terjadi, bukan siapa pelaku kejadian.
Dengan bahasa iman sebagaimana Rasulullah contohkan wujud perdamaian benar-benar terjadi di kota Madinah, dimana ada orang Islam, yahudi, nasrani, kaum pagan bahkan majusi berkumpul disana. Tetapi kondisi Madinah terjaga oleh Islam. Masing-masing mereka tetap menganggap kepercayaan yang mereka anut adalah yang terbaik. Tetapi kepercayaan itu tidak lantas membentuk sikap buruk terhadap penganut agama lain. Palestina dibawah pemerintahan Khalifah Umat bin Khattab juga bisa menjawab itu. Selama puluhan tahun, tidak ada kekerasan. Pembunuhan yang terjadi akibat dari klaim tentang nafsu kekuasaan bukan semata karena agama. Kristen Protestan di Bizantium tidak suka dengan Katolik Roma karena sikap buruk penganutnya bukan karena agamanya. Sikap baik penganut Kristen roma terhadap khalifah Muhammad Ali Fatih juga bukan karena semata agama, karena keyakinan keduanya berbeda. Artinya disini semakin teguh keimanan seorang muslim. Akan membentuk sikap taat kepada Allah dan Rasulullah.
Ketaatan tersebut membawa kepada ketakwaan. Artinya mengikuti perintah Allah SWT. Sedangkan salah satu perintahnya tidak menyakiti manusia lain atau memaksakan agama. Tetapi ketika terjadi pelanggaran maka sikap muslim akan keras. Ini menunjukkan kekuatan bukan permusuhan. Bagaimana Yahudi bani Qainuqa dihukum Rasulullah di Madinah karena perilaku mereka yang melanggar perjanjian. Bukan karena Rasulullah menganggap mereka Yahudi dan itu berbeda, bukan itu. Penegakkan hukum akan membuat wibawa kaum Muslim terjaga dan wujud keadilan adalah berpihak pada kebenaran.
Jadi peluncuran Kurikulum berbasis cinta merupakan pengebirian dan pengkerdilan hukum Islam. Dikhawatirkan umat Islam tidak mengenal agamanya, karena bahasa yang digunakan bahasa umum dan generasi muda makin jauh dari agamanya sehingga mudah terombang-ambing dengan wacana hari ini. Membentuk pribadi yang rapuh tidak memiliki pegangan keimanan.
Wallahu alam bishawab
Posting Komentar