Pelaparan Gaza adalah Genosida yang Terencana
Oleh : Resti Yuslita
Kelaparan di Gaza makin tak terelakkan. Blokade selama 11 pekan yang diberlakukan oleh Israel terhadap warga Gaza telah berimbas pada hilangnya akses pasokan bahan makanan. Praktis kondisi ini sangat berpenagruh pada kondisi warga Gaza khususnya anak-anak. Diberitakan bahwa terdapat sekitar 900.000 anak di Gaza terancam kelaparan dan 70.000 diantaranya rentan terjangkit malnutrisi (bbc.com, 23/7/2025). Tidak terdapat satupun celah untuk masuknya distribusi makanan kecuali yang berasal dari Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF). Adapun Yayasan Kemanusiaan Gaza merupakan bentukan AS dan Israel yang tentu dipertanyakan komitmen mereka dalam hal menuntaskan kondisi kelaparan di Gaza.
Kelaparan di Gaza tidaklah sama sebagaimana musibah kelaparan di wilayah manapun. Jika kelaparan pada umunya terjadi sebabnya adanya bencana alam, kemiskinan, perubahan iklim ataupun adanya distribusi pangan yang tidak merata dalam suatu masyarakat. Akan tetapi apa yang terjadi Gaza lebih dari itu. Warga Gaza terpaksa dan dipaksa untuk hidup tanpa asupan makanan yang layak. Bahkan ketika bahan makanan itu dikirimkan mareka harus bertaruh nyawa sebab kantung gandum yang dijatuhkan dari pesawat pengangku bersamaan dengan jatuhnya bom ke titik tersebut. Ini bukan kondisi kelaparan biasa melainkan pelaparan alias mereka sengaja dibuat tak berdaya hingga mati perlahan. Ini hakikatnya genosida yang terencana.
Pelaparan Gaza tidak boleh dibiarkan. Dunia harusnya bertindak sekiranya masih memiliki nurani dan akal kemanusiaan. Namun berharap pada pertolongan dunia internasional bagai menegakkan benang basah karena mereka saling silang kepentingan. Inilah panggilan bagi kita umat Islam di seluruh dunia agar bersegera menolong saudaranya yang teraniaya. Nabi saw bersabda yang artinya, “Seorang muslim itu adalah saudara bagi muslim yang lain, tidak boleh menzaliminya dan tidak boleh menelantarkannya. Barang siapa yang membantu kebutuhan saudaranya maka Allah akan memenuhi kebutuhannya” (HR Muslim). Hadits ini setidaknya memperingatkan kita, utamanya para penguasa negeri muslim, agar tidak abai terhadap nasib penderitaan saudaranya seperti pelaparan di Gaza.
Umat Islam pantang terhasut oleh propaganda sesat yang diaruskan oleh kafir Barat. Bagaimana prematurnya solusi dua negara yang jelas batil dianggap sebagai satu-satunya pilihan terbaik bagi rakyat Palestina. Belum lagi konsolidasi yang dibangun oleh AS bersama para sekutu Arab-nya dalam Abraham Accords adalah pengkhianatan yang nyata. Umat harus segera disadarkan atas kezaliman yang menimpa diri mereka. Perubahan wajib diwujudkan tanpa bergantung pada belas kasih dunia internasional. Umat sejatinya hanya boleh bergantung kepada Dzat yang Maha Kuasa, Allah swt. Allah telah memerintahkan umat Islam untuk bersatu dalam naungan kepemimpinan yang berpijak pada penerapan hukum-hukum Islam, itulah khilafah Islamiyyah.
Tegaknya khilafah adalah wajib atas seluruh kaum muslim. Namun khilafah tidak tegak selama belum muncul kesadaran di tengah umat akan urgensitas memperjuangkannya. Oleh karena itu menjadi tanggung jawab kita bersama untuk senantiasa melakukan penyadaran di tengah umat atas mahkota kewajiban ini. Upaya dakwah secara terus menerus akan perlahan mengangkat pemikiran umat menuju titik tolak kebangkitan. Dakwah adalah jalan panjang terlebih kita hendak meneladani apa yang dilakukan oleh Rasulullah saw ketika menegakkan negara Islam yang pertama di Madinah. Maka tidak ada kata terlambat, kita ingin bersegera menolong saudara kita dari genosida yang terencana. Berjuang dan bersungguh-sungguh dalam dakwah adalah jalan kemuliaan hingga kelak Allah turunkan pertolongan-Nya. Allahu’alam.
Posting Komentar