-->

Para Penguasa Muslim tutup Mata dan Telinga terhadap Genosida Gaza


Oleh : Ummu Utsman

Kondisi Gaza makin mengerikan. Tanah Isra Mikraj terus dijajah, dibombardir selama kurang lebih satu setengah tahun sejak operasi "Badai Al-Aqsha" (7/10/2023). Korban syahid melebihi 46.000 jiwa, korban luka lebih dari 100.000, dan sekitar 11.000 korban hilang. Penjajah zionis makin brutal dan beringas di luar batas kemanusiaan. Kini sejak 2 Maret 2025 diberlakukan blokade yang memutus akses makanan, air, dan obat-obatan berakibat menambah derita yang mengancam jiwa.

Sungguh miris, akibat blokade tersebut menyebabkan 9.000 anak dirawat karena malnutrisi akut, 71.000 anak balita terancam kekurangan gizi buruk. Sekitar 500.000 warga di Gaza menghadapi kelaparan. Bahkan setidaknya 57 anak meninggal dunia akibat malnutrisi sejak blokade. Inilah yang sebenarnya diinginkan Zionis Israel target Gaza kelaparan hingga akhirnya meninggal, sungguh keji dan biadab.

Di manakah para penguasa negeri muslim? Ironis sekali, Gaza dalam kondisi seperti itu para penguasa muslim hanya diam berpangku tangan, atau hanya memberi kecaman tanpa aksi nyata, atau hanya memberikan bantuan sekadarnya dengan dalih kemanusiaan. Ironisnya, beberapa penguasa negeri muslim (Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab) justru berjabat tangan dengan mesra ketika penguasa imperialis Donald Trump, presiden AS berkunjung. Lebih dari itu penguasa Arab menghadiahkan berbagai investasi ekonomi untuk menghidupkan ekonomi AS yang sudah sekarat. (Laporan Al Jazeera, 18/5/2025)

Padahal, semua tahu bahwa AS-lah yang berada di belakang entitas Yahudi Israel, mendukungnya dengan memberikan bantuan senjata, pesawat tempur, dan bom-bom yang mematikan kaum muslimin di Palestina juga di Suriah, Irak, Afganistan, Yaman, dan negeri-negeri Islam lainnya.

Gaza masih tetap membara, membakar tubuh umat Islam termasuk anak-anak dan wanita. Bangunan tempat mengungsi dan rumah-rumah sakit yang seharusnya dilindungi justru dihancurkan secara biadab. Padahal, umat Islam di seluruh dunia tidak terkecuali Indonesia sudah meneriakkan seruan jihad sebagai solusinya. Namun, penguasa negeri muslim tetap menutup mata.

Pengkhianatan Para Penguasa Negeri Muslim

Meskipun Palestina telah diakui sebagai negara berdaulat oleh 147 dari 193 negara anggota PBB, tapi belum menjadi anggota penuh PBB. Artinya Palestina tidak memiliki hak suara dalam pengambilan keputusan. Karena adanya penolakan dari beberapa anggota termasuk AS yang memiliki hak veto di Dewan Keamanan.

Sementara Israel pada 11/5/1949 diakui sebagai negara dan menjadi anggota PBB. Aneh, sejatinya Israel tidak punya negara, keberadaannya di Palestina ilegal hasil konspirasi Inggris melalui Deklarasi Balfour (1917). Selanjutnya diakui oleh AS imperialis Barat dan sekutunya. Masihkah umat Islam percaya terhadap PBB yang faktanya tidak pernah berpihak pada Islam? Justru mereka membenci dan memusuhi umat Islam dan agamanya. 

Mereka tidak malu-malu mengungkapkan posisi strategis Israel, seperti yang dinyatakan oleh analisis Samuel P. Huntington, "Israel adalah frontier state," sebuah pos terdepan dari peradaban Barat yang sengaja ditanam di jantung dunia Islam untuk satu tujuan besar, yakni menghalangi kebangkitan peradaban Islam. 
Mantan Perdana Menteri Spanyol, Jose Marfa Aznar pada (2010), mengatakan "Kalau Israel runtuh, maka kita semua akan runtuh."

Itulah fakta persekutuan para penjajah untuk menghancurkan Islam dan berhasil meruntuhkan kekhilafahan. Sungguh mereka percaya Khilafah akan tegak kembali, maka menghadangnya. Jadi, telah jelas sejatinya Israel adalah penjajah yang direstui AS dan sekutunya tinggal di tanah Palestina milik kaum muslimin. Tanah yang diberkahi sebagaimana tercantum dalam QS. Al-Isra ayat 1. Allah berfirman: 
"Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Aqsha yang telah kami berkahi sekelilingnya...."
Ayat ini menegaskan bahwa Palestina memiliki kedudukan istimewa dalam Islam, sebagai tanah yang diberkahi dan tempat suci dengan sejarah panjang yang terkait dengan nabi-nabi dan peristiwa penting dalam agama Islam.

Oleh sebab itu, membiarkan penjajahan di Palestina atau memberikan solusi dua negara (two-nation state) sama artinya mereka para penguasa negeri muslim secara nyata membiarkan genosida di jalur Gaza dan melegalkan penjajah Zionis Israel tetap tinggal di tanah kaum muslim. Inilah bentuk pengkhianatan terhadap Allah, Rasulullah, dan umat Islam seluruh dunia.

Kebangkitan dan Kemenangan Islam

Seharusnya kaum muslim terlebih pemimpinnya berkewajiban untuk melindungi dan menyelamatkan Al-Aqsha dengan cara mengirimkan tentaranya untuk berjihad mengusir zionis Israil dari bumi Palestina yang diberkahi.

Seperti perintah-Nya dalam QS. Al-Baqarah 190,) Allah Swt. berfirman, "Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu dan jangan melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas." (QS. Al-Baqarah [2]: 190)

Sebab, problem Palestina adalah problem agama. Masalah keimanan, yakni wajib menjaga dan membantu saudaranya yang terzalimi apalagi dijajah. Bukankah sesungguhnya sesama muslim bersaudara? Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Hujurat ayat 10.

Anehnya justru kaum imperialis yang bersatu dan dapat meruntuhkan kekhilafahan Ustmani di Turki, 3 Maret 1924 hingga bercerai-berai menjadi lebih dari 50 negara non state. Selanjutnya negeri-negeri muslim dijajah dan diadu domba karena hilangnya persatuan akibat nasionalisme dan sekularisme yang ditanamkan kaum penjajah kapitalisme di benak umat Islam. 

Inilah tugas para pengemban dakwah dan pejuang Islam senantiasa memahamkan kepada umat bahayanya paham sekularisme, nasionalisme, pluralisme, liberalisme, dan isme-isme yang lainnya.

Telah terbukti bahwa persatuan adalah kunci kemenangan. Jika sekiranya negeri-negeri muslim bersatu karena akidah Islam, maka tidak hanya mengalahkan Israel, tetapi juga mengalahkan adidaya AS dan sekutunya. 

Saatnya umat Islam bangkit dengan merajut persatuan kembali untuk mewujudkan kepemimpinan umum umat Islam, yakni Khilafah. Niscaya Islam akan bangkit kembali menjadi negara super power. Hal ini karena Islam memiliki fikrah (pemikiran) dan Thariqah (metode) yang jelas, sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah saw.

Hal ini telah tercatat dengan tinta emas dalam peradaban Islam yang gemilang. Di antaranya, Khilafah berhasil membebaskan Baitul Maqdis dan wilayah Syam  sekitarnya termasuk Palestina dari penjajah zalim Imperium Romawi.  Khalifah Umar ra. kala itu Rajab 16-17 H (636-637 M)  Palestina bebas dengan perjanjian Umariyah.  

Sunatullah kemenangan senantiasa dipergilirkan Allah Swt. Baitul Maqdis pernah jatuh dikuasai pasukan salibis. Atas kepemimpinan Sultan Shalahudin al-Ayyubi berhasil membebaskan Palestina pada 27 Rajab 583 H (2/10/ 1187 M).

Itulah fakta sejarah yang harusnya menjadikan motivasi dan ghirah umat Islam dan para penguasa negeri Islam untuk bersatu dalam memperjuangkan pembebasan Palestina dan negeri-negeri muslim lainnya. Hanya dengan jihad dan Khilafah niscaya umat Islam kembali memimpin dunia. Bersama kita merajut ukhuwah Islamiyah untuk menyongsong janji dan bisyarah Rasulullah saw.  ".... 
“ ...   ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ "
"Selanjutnya akan ada kembali Khilafah yang mengikuti  kenabian, Beliau kemudian diam." (HR Ahmad dan Al-Bazar).
Wallahualam bissawwab.