KRISIS GAZA (PELAPARAN SISTEMIS) DAN MOMENTUM KEBANGKITAN UMAT
Oleh : A. Salsabila Sauma
Otoritas kesehatan di Gaza mengkonfirmasi bahwa jumlah korban tewas akibat serangan militer zionis Israel telah mencapai 60.430 jiwa, dengan 148.722 orang lainnya mengalami luka-luka. Sebagian besar korban merupakan perempuan dan anak-anak. Jumlah ini terus bertambah seiring dengan kembali menggilanya serangan Israel sejak gencatan senjata dua bulan lalu.
Selain itu, zionis Israel bukan hanya melakukan pembunuhan massal dengan militernya tetapi juga dengan pemaksaan krisis pangan. Hingga hari ini, 10 Agustus 2025, otoritas zionis Israel ataupun otoritas Mesir tidak juga mengizinkan truk-truk bantuan untuk masuk ke Gaza. Padahal kondisi jasmani rakyat Gaza sudah amat mengkhawatirkan. Kondisi Gaza sudah tahap krisis level mematikan. Hal ini membuat banyak kematian di Gaza karena kelaparan, bukan lagi karena serangan militer saja.
Pembunuhan sistematis ini yang sedang rakyat Gaza alami. Namun, meski sudah sejelas ini kejahatan yang terjadi, pelaku genosidanya tetap berkeliaran bebas dimana-mana, mengumbar omong kosong tentang perdamaian dunia.
KRISIS MAKANAN DI GAZA BUKAN TRAGEDI
Apa yang terjadi di Gaza tidak bisa hanya dipahami sebagai krisis kemanusiaan. Jumlah korban yang tiap waktu bertambah ini bukan sekadar dampak tragis dari perang. Zionis Israel dan sekutunya menggunakan kelaparan secara sengaja sebagai alat control politik dan demografis. Krisis makanan ini dirancang untuk menghancurkan masyarakat Palestina secara sistematis. Bentuk nyata dari genosida struktural. (Serikatpetaniindonesia)
Semua mata telah melihat bagaimana target serangan Israel selalu tempat-tempat yang diindungi hukum internasional. Entah itu sekolah, rumah sakit, dan tenda pengungsian. Tak hanya itu, militer zionis juga menyerang sumber makanan rakyat gaza, yaitu lahan pertanian.
Menurut laporan berbagai lembaga internasional independen, lebih dari 95 persen lahan pertanian di Gaza telah dihancurkan dan tidak lagi bisa digunakan. Bukan hanya ekonomi, rakyat Gaza dipaksa terlepas dari kebebasan mereka akan pangan.
Diamnya organissa internasional akan hal ini pun turut memperparah kondisi di Gaza. Organisasi setingkat PBB pun hanya mampu mengecam tanpa bertindak lebih lanjut. Padahal dapat dilihat dengan jelas bahwa krisis makanan yang terjadi di Gaza adalah bagian dari rencana Israel untuk menghapuskan warga Gaza dari tempat lahir mereka.
Begitupun organisasi turunan PBB, seperti UNICEF. Perlindungan hak anak yang sering meraka gaungkan nyatanya tidak berlaku untuk anak-anak di Gaza. Korban terbesar serangan militer zionis Israel adalah anak-anak dan organisasi tersebut sama sekali tidak bertindak apapun terhadap kejahatan ini. Kemampuan meraka hanya sebatas mengecam tanpa berindak.
POSISI NEGARA ARAB DAN MUSLIM
Ironisnya, negara-negara Arab, termasuk Arab Saudi, Qatar, dan Mesir, pertama kalinya resmi mendesak Hamas untuk melucuti Hamas dan menyerahkan kekuasaan atas jalur Gaza kepada Otoritas Palestina (0). Seruan terssebut disampaikan dalam deklarasi bersama yang diumumkan dalam konferensi PBB di New York pada 29 Juli 2025. (cnbcindonesia)
Deklarasi ini ditandatangani oleh 22 negara anggota Liga Arab, seluruh Uni Eropa, serta 17 negara lainnya, dan menjadi sinyal perubahan signifikan dalam sikap dunia Arab terhadap kelompok militant yang telah menguasai Gaza sejak 2007. Deklarasi ini juga mengutuk serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023 dan mengusulkan pembentukan misi stabilitas internasional sementara di Gaza di bawah naungan PBB (cnbcindonesia)
Sungguh miris sekali tindakan negeri-negeri Arab ini. Besar harapan rakyat muslim terhadap mereka karena posisinya yang paling dekat dengan Palestina dan dianggap yang paling tahu keadaan di Gaza. Namun hingga kini yang dilakukan mereka justru semakin menyakiti dan menyengsarakan rakyat Gaza.
Seluruh dunia sudah tahu bahwa penjahat dalam cerita ini adalah zionis Israel. Hamas, yang mereka bilang teroris, merupakan lambang perlawanan Gaza terhadap penjajahan yang dilakukan etnis Israel. Aneh rasanya membicarakan ingin perdamaian di Gaza tapi yang ditangkap malah pahlawannya, bukan penjahatnya.
Tindakan seperti inilah yang kerap kali membuat kecewa umat muslim Gaza dan masyarakat di seluruh dunia.
KESATUAN UMAT MUSLIM
Umat muslim adalah satu tubuh namun tindakan para penguasa muslim malah mencerminkan sebaliknya. Mereka seperti tidak memiliki ikatan iman yang sama dengan muslim Gaza. Padahal Allah telah mengingatkan bahawa ikatan persaudaraan Islam merupakan landasan hubungan antar muslim. Kepentingan dunia seperti telah membuat mereka buta dan tuli terhadap kenyataan di Gaza.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah Ali ‘Imran ayat 110, “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia ….”. Namun gelar terbaik hanyak akan terwujud apabila umat sadar akan janji Allah SWT. Sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah Muhammad SAW dan para sahabat, juga para khalifah sepanjang peradaban.
Kemuliaan umat harus diperjuangkan kembali. Umat harus didorong untuk mewujudlkannya. Upaya itu membutuhkan kepemimpinan sebuah jamaah dakwah ideologis yang tulus mengajak umat untuk berjuang. Sebab kesatuan umat tidak dapat terjadi bila perjuangan dilakukan sendiri-sendiri.
Kemudian, dengan rahmat Allah dan sepanjang menapaki metode Rasulullah, jalan dakwah akan mendapatkan hasil. Umat harus mengetahui bahwa ideology Islam yang bisa menyatukan umat muslim dengan kokoh. Ideologis Islam inilah yang nantinya bisa membuat umat bersatu untuk menolong saudara muslim di Gaza. Sebagaimana yang telah dilakukan Rasulillah SAW kepada para sahabat, pembebasan Al Aqsa oleh Umar ra. dan Shalauhiddin Al Ayyubi.
Umat harus memnafaatkan momentum ini –genosida Gaza- untuk membangkitkan Umat dan mewujudlkan kemuliaan Islam.
Wallahu’alam bi showab
Posting Komentar