Kemiskinan dalam Permainan Standar Ala Kapitalisme, Islam Wujudkan Kesejahteraan
Oleh : Anisyah Hapsari
Tirto.id- Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Esther Sri Astuti, meragukan rilis Badan Pusat Statistik (BPS) soal data kemiskinan lantaran dinilai tidak sesuai dengan realita di lapangan.
"Karena saat ini kan banyak PHK (pemutusan hubungan kerja) besar-besaran, terus ketika dibuka lowongan pekerjaan sedikit, malah banyak yang antre. Artinya berarti ketika saya lihat, oh ternyata garis kemiskinannya itu kan tidak ter-update ya," kata Esther kepada Tirto, Sabtu (26/07/2025).
Garis kemiskinan pada Maret 2025 berdasarkan survei sosial ekonomi nasional (Susenas) sendiri adalah Rp609.160 per kapita per bulan, atau sekira Rp20.305 per hari. Nah, sementara kalau kita pakai ukuran itu ya tentu saja banyak orang yang pendapatannya lebih dari Rp600. Sedangkan pendapatan orang Rp 1.000.000 saja mereka dapat apa? Mereka akan tetap jadi miskin. Jadi ukuran kemiskinannya yang nggak benar, sambung Esther.
Menurutnya, tingkat kemiskinan merupakan komoditas politik, sehingga pihaknya menanti komitmen pemerintah untuk mengganti standar yang ada,karena terkadang orang yang dikategorikan penduduk miskin itu tidak serta merta dia miskin dalam multidimensional aspect. Misalnya di desa-desa yang terbiasa adnya gotong royong sehingga setiap penduduknya bisa mendapatkan sanitasi yang baik serta akses air bersih. Jadi meskipun mereka tergolong penduduk miskin, tetapi secara multidimensional aspect itu tidak miskin. Seharusnya hal itu kedepannya juga di ukur sebagai indikator kemiskinan," kata Esther.
Penurunan Kemiskinan di Desa Yang Signifikan
Menurut Peneliti CORE Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, beranggapan bahwa data BPS tentang kemiskinan pada Maret 2025 perlu ditelaah lebih dalam.
"Karena meskipun angka secara nasional turun, gambaran nyatanya tidak sesederhana itu. Penurunan ini sepenuhnya ditopang oleh pedesaan, sementara kemiskinan di kota justru naik,"terang Rendy dalam keterangan tertulis yang Tirto terima, Sabtu (26/07/2025).
Ia bilang, di desa, angka kemiskinan turun signifikan, salah satunya karena petani. Sebagai mayoritas penduduk desa, mereka mendapat angin segar dari naiknya harga gabah dan komoditas perkebunan seperti, kopi, karet, sawit, dan kelapa. Kenaikan harga ini meningkatkan pendapatan mereka, dan terlihat juga dari membaiknya Nila Tukar Petani (NTP).
"Namun, situasinya berbeda dengan di perkotaan,yang jumlah tingkat kemiskinan justru meningkat. Penyebabnya adalah naiknya angka setengah pengangguran, meningkatnya informalitas, dan badai PHK yang memang lebih banyak terjadi di kota. Ini mencerminkan bahwa masyarakat miskin di kota semakin tertekan oleh dinamika pasar kerja yang tidak stabil, "sambung Rendy.
Sebelumnya, BPS mengumumkan jumlah penduduk miskin pada Maret 2025 sebanyak 23.85 juta orang, setara 8,47 persen dari total penduduk pada September 2024. Angka itu turun 0,10 persen atau sekitar 200 ribu orang, jika dibandingkan dengan September 2024 yang mencatat jumlah penduduk miskin sebanyak 24,06 juta orang atau 8,57 persen dari total penduduk.
Angka ini dikatakan terendah selama dua dekade terakhir. Tak hanya itu, jumlah penduduk miskin Maret 2025 juga mengalami penurunan setelah sempat melonjak pada September 2022 lalu, di mana saat itu mencapai 26,36 juta orang atau setara 9,57 persen dari total penduduk masuk dalam kategori miskin.
Jika dirinci, jumlah penduduk miskin di perkotaan pada Maret 2025 sebesar 6,73 persen, naik dari posisi September 2024 yang hanya sebanyak 6,66 persen. Sementara itu, jumlah penduduk miskin di pedesaan turun dari September 2024 sebanyak 11,34 persen menjadi 11.03 persen.
Fakta Miris
Dari apa yang dipaparkan oleh BPS yang mengatakan bahwasanya kemiskinan di negeri ini mengalami penurunan, padahal itu semua hanyalah permainan angka semata. Karena realita yang ada, banyak warga negeri ini yang masih kekurangan baik dari pangan, papan, sandang yang merupakan kebutuhan dasar. Jangankan mau berfikir untuk mendapatkan pendidikan yang layak, untuk makan saja masih banyak yang susah.
Inilah buah dari diterapkannya sistem kapitalisme, yang hanta memikirkan materi semata, tanpa memikirkan kesejahteraan rakyatnya.
Masalah kemiskinan di negeri ini butuh solusi tuntas untuk menyelesaikan permasalah ini hingga ke akar.
Lalu solusi seperti apa yang mampu mengatasi masalah kemiskinan ini?
Solusi Tuntas
Masalah kemiskinan yang terjadi di negeri ini hanya dapat diselesaikan dengan di terapkanya Islam secara menyeluruh. Islam memiliki mekanisme praktis dan solutis untuk mengentaskan kemiskinan. Adapun mekanisme tersebut antara lain:
* Pertama, Islam mengatur masalah kepemilikan harta secara adil dan mencegah peredaran kekayaan hanya pada orang orang-orang tertentu,sehingga tidak akan ada individu yang mampu menguasai kepemilikan bersama menjadi miliknya,seperti apa yang terjadi di dalam sistem kapitalis.
* Kedua,Islam memiliki syariat zakat, infak, dan sedekah. Syariat inilah yang berperan dalam merestribusi dan pemerataan kekayaan di tengah masyarakat. Orang kaya didorong untuk menyalurkan hartanya kepada orang miskin melalui infak maupun sedekah baik secara langsung atau melalui pos zakat baitul mal negara.
* Ketiga, Islam mewajibkan setiap laki-laki mencari nafkah. Peran negara terhadap syariat ini, menjamin seluruh laki-laki mendapatkan pekerjaan dan gaji secara layak. Maka dari itu,negara Khilafah akan menyediakan lapangan kerja bagi warganya melalui kebijakan ekonomi berorientasi sektoril seperti perdagangan, pertanian, jasa, dan industri. Dengan jaminan pekerjaan dapat dipastikan roda ekonomi akan berputar dan kemiskinan akan berkurang.
* Keempat, Islam mewajibkan negara menjadi pihak yang menjamin kebutuhan dasar publik secara langsung,seperti papan, pangan, pendidikan, kesehatan, dan keamanan secara gratis sehingga setiap warga negara mendapatkan kebutuhan tersebut dengan kualitas yang sama.
Seperti inilah mekanisme pengentasan kemiskinan di dalam syariat Islam. Dan syariat ini hanya dapat berjalan jika ada negara yang menerapkan syariat Islam secara kaffah yakni Daulah Khilafah. Karena sudah menjadi kebutuhan bagi umat untuk memperjuangkan kembali Daulah Khilafah. Insyaallah kembalinya Daulah Khilafah di tengah umat akan mampu menyelesaikan semua permasalahan hingga tuntas termasuk masalah kemiskinan.
Wallahu'alam bishawab
Posting Komentar