-->

Kelaparan Sistemik di Gaza, Genosida Keji Tanpa Suara


Oleh : Nining Ummu Hanif

Apa yang dilakukan oleh zionis Israel laknatullah sungguh sangat keji diluar nalar. Bukan hanya genosida dengan bom dan peluru yang meluluh lantakkan infrastruktur, rumah sakit, sekolah, bahkan camp pengungsian di Gaza. Tapi dengan senjata yang lebih sunyi, brutal dan keji yaitu kelaparan. Akibatnya, jumlah warga Palestina yang meninggal akibat aksi genosida zionis Israel di Jalur Gaza terus meningkat. Sejak aksi keji Israel pada Oktober 2023, jumlah korban tewas kini menjadi 58.479 jiwa, dan 139.355 orang terluka.

Blokade penuh yang dilakukan Israel sejak 2 Maret 2025 membuat 71 persen wilayah Gaza menjadi daerah terlarang bagi warga Palestina. Truk-truk bantuan hanya diperbolehkan masuk dalam jumlah yang nyaris sangat terbatas. Malah sumber dari militer Israel mengklaim telah menghancurkan lebih dari 1.000 truk bantuan kemanusiaan dan memusnahkan ribuan paket bantuan makanan dan obat-obatan. Akibatnya lebih dari 2 juta jiwa warga Gaza terjebak dalam blokade tanpa makanan sama sekali, dan ketiadaan listrik dan air bersih. Anak- anakpun mengalami malnutrisi akut, tercatat lebih dari 80 persen warga Gaza mengalami kelaparan yang kronis. Mereka bertahan hidup hanya dengan pakan ternak, rumput, atau bahkan tidak makan apa pun. Sementara antrian bantuan justru menjadi sasaran tembakan Zionis yang pengecut dan biadab. Dalam pekan terakhir ini saja sudah hampir 900 warga Gaza tewas saat berusaha mendapatkan bantuan makanan di sebagian besar di pusat bantuan swasta yang ternyata dibentuk oleh Israel dan AS.(cnbcIndonesia.com,23/7/25)

Di sisi lain, Menteri Warisan Budaya Israel, Amichai Eliyahu menyatakan tidak peduli dengan kelaparan hebat di Gaza, malah dengan congkaknya ingin menghapus Jalur Gaza dan menjadikan seluruh Gaza menjadi Yahudi. (news.repubika.co.id,26/7/25)

Kelaparan Sistemik & Diamnya Dunia

Kelaparan kronis yang terjadi pada warga Gaza bukan bencana kelaparan biasa, tetapi “Kelaparan Sistemik“. Yaitu kondisi kekurangan pangan yang diakibatkan oleh sistem politik/ sistem ekonomi yang menindas. Bisa akibat penjajahan, blokade ekonomi ataupun embargo. Jadi jelas bahwa Israel menjadikan kelaparan sebagai “senjata politik“ bagi penduduk Gaza. Dengan kata lain Gaza sengaja dilaparkan oleh Israel untuk memusnahkannya.

Ironisnya kekejaman zionis Israel ini didukung penuh oleh Amerika dengan hak vetonya di Dewan Keamanan PBB. Lembaga kemanusiaan PBB hanya mampu memberikan bantuan yang terbatas tanpa mampu memastikan bantuan tersebut diterima oleh warga Gaza. Hal ini menunjukkan ketidakberdayaan organisasi Internasional itu dalam mengatasi problem di Gaza. 

Selain itu pemimpin negeri- negeri muslim abai bahkan mati rasa terhadap penderitaan saudara seiman mereka, mengabaikan seruan Rasulullah Saw bahwa :
"Orang Muslim sesama muslim adalah saudara tidak boleh saling menzalimi dan dizalimi." (HR. Bukhari & Muslim).

Kaum muslimin telah terkotak- kotak kedalam sekat nasionalisme yang diciptakan oleh barat ,tanpa adanya lagi kepemimpinan tunggal yang bisa menyatukan negeri- negeri itu. Para pemimpin negeri muslim itu telah termakan oleh propaganda barat, yang justru melemahkan mereka. Sejatinya mereka hanya dimanfaatkan saja oleh barat untuk diambil sumber daya alamnya dengan barter kekuasaan yang dilindungi. Oleh karena itu mereka hanya fokus pada kepentingan masing- masing hingga abai terhadap kondisi umat di wilayah lain yang sedang di dzalimi. 

Dunia hanya mampu bersimpati atas penderitaan warga dengan mengirimkan bantuan- bantuan makanan, obat-obatan yang hanya merupakan solusi jangka pendek yang tidak menyentuh akar masalah. Problem Gaza adalah problem sistemik, maka harus diselesaikan dengan solusi jangka panjang yang sistemik pula. Lantas, berapa banyak lagi anak-anak Gaza yang harus mati kelaparan sebelum dunia bergerak?

Menyuarakan Solusi Hakiki

Dunia harus membuka mata, karena diam adalah persetujuan dari tindakan. Maka bersuaralah untuk Gaza, karena setiap suara adalah pembelaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Kaum muslimin sejatinya mempunyai kekuatan besar karena didasari oleh akidah yang sama yaitu akidah Islam.

Sejarah juga telah membuktikan bahwa negara Islam/ Khilafah yang dipimpin oleh seorang Khalifah mampu menjadi negara adidaya yang berkekuatan besar dan menguasai 2/3 dunia selama kurang lebih 13 abad. Oleh karena itulah genosida yang terjadi di Gaza seharusnya bisa dijadikan moment untuk menyadarkan umat, bahwa solusi hakiki di Palestina hanya dengan Jihad. Sedangkan jihad hanya bisa dilakukan apabila sudah ada negara Khilafah. Karena Khilafah yang bisa memobilisasi kekuatan militer ke Gaza, memutuskan hubungan diplomatik dengan negara penjajah dan sekutunya, serta melindungi umat. Karena sesungguhnya itu semua adalah tanggung jawab Negara Islam. “Sesungguhnya Imam (Khalifah) itu perisai, umat berperang di belakangnya dan berlindung kepadanya.” 
(HR. Bukhari & Muslim).

Oleh karena itu umat Islam harus segera disadarkan akan ancaman dan kejahatan zionis. Dibangkitkan pemikirannya agar tergerak untuk berjuang terwujudnya kembali berdirinya Khilafah Islamiyah bersama jamaah dakwah ideologis. Karena dengan adanya Khilafah maka dapat mengembalikan penerapan Islam secara kaffah mengikuti thariqoh dakwah Rasulullah Saw. Sehingga kemuliaan Islam dan kesejahteraan umat di seluruh dunia dapat terwujud.
Wallahu 'alam