Generasi Produktif, Sukses Dunia dan Akhirat
Oleh : Syifa Islamiati
Produktif hari ini memiliki arti yang sempit. Makanya apapun dilakukan oleh generasi asalkan bisa menghasilkan uang dan pencapaian materi. Sebagian besar generasi yang produktif hari ini bekerja keras banting tulang seolah tak kenal lelah. Mindset mereka tentang produktif yaitu harus memiliki side job, ikut webinar, magang dan sejenisnya semata-mata agar dianggap sibuk yang berfaedah.
Tentu saja mindset seperti itu keliru. Mindset ini hanya dilahirkan oleh sistem buatan manusia, sistem kapitalisme sekuler. Dalam sistem ini, hidup ditentukan dari seberapa banyak penghasilan. Begitu pula dengan nilai diri yang diukur hanya dari seberapa banyak harta, followers, validasi dari masyarakat dan pencapaian duniawi lainnya. Sistem ini pula yang mengajarkan bahwa tujuan hidup manusia semata-mata hanya untuk mengejar kesenangan materi sebanyak-banyaknya.
Tidak sedikit generasi hari ini yang dikondisikan memiliki mindset produktif ala kapitalisme karena mereka hidup di tengah-tengah sistem tersebut. Lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, media sosial mendefinisikan sukses dengan ukuran duniawi. Sedari kecil mereka diajarkan untuk bekerja keras bukan semata karena Allah Swt. tetapi agar bisa bekerja di tempat yang bonafit. Mereka didorong agar memiliki goals finansial bukan goals ukhrawi. Tidak heran jika banyak yang insecure dan merasa hidupnya tak punya arti jika tidak bisa menghasilkan.
Fungsi negara yang seharusnya hadir sebagai pelindung dan pengurus rakyat pada kenyataannya justru sebaliknya. Kesejahteraan justru diserahkan kepada masing-masing individu dan swasta. Mau makan, rakyat harus berusaha sendiri. Mau sekolah, mereka memikirkan biayanya sendiri. Mau sehat terpaksa mesti berhutang jika tidak mampu. Negara seolah hanya duduk manis tak peduli keluhan-keluhan rakyatnya yang jungkir balik demi bertahan hidup. Rakyat jadi produktif bukan karena panggilan ibadah tetapi karena takut kelaparan dan masa depannya suram.
Berbeda dengan kapitalisme, produktif dalam perspektif Islam yaitu menggunakan waktu dan tenaga sebaik mungkin agar mendapat rida Allah Swt. Bukan menunggu viral demi menghasilkan cuan, tetapi juga harus bernilai ibadah. Karena generasi muslim memahami bahwa hidup bukan semata mengejar materi duniawi melainkan untuk beribadah kepada Allah Swt. Dalam Al-Qur'an surat Az-Zariyat ayat 56, Allah Swt. berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku."
Produktivitas yang hakiki berdasarkan syariat yakni belajar mengkaji Islam, mengajak teman ke kajian, membantu orang tua, mengisi waktu untuk senantiasa berdakwah dan lainnya. Walau tidak dianggap keren di dunia tetapi banyak hal positif yang didapat dan tentunya sangat bernilai di sisi Allah Swt.
Dalam sistem Islam pula, masyarakat saling mendukung dan memotivasi dalam ketaatan. Orang tua dan guru pun saling mengingatkan dengan cara yang makruf. Semua aktivitas generasi berada dalam kebaikan untuk memperbanyak amal shalih. Maka produktivitas menjadi terarah dan bernilai, tidak melulu soal hasil duniawi.
Selain itu, fungsi negara dalam sistem Islam, turut hadir sebagai pengurus rakyat dan pelindung. Segala kebutuhan pokok rakyat dijamin oleh negara. Pendidikan, kesehatan dan keamanan diatur langsung oleh negara yang tentunya sesuai mekanisme syariat. Sumber daya alam dikelola dan didistribusikan secara adil dan merata oleh negara.
Rakyat tidak lagi terbebani oleh kecemasan akan masa depan. Mereka bisa fokus pada hal yang lebih besar, bukan sibuk mengejar dunia yang fana. Bukan pula soalan berapa banyak uang yang dihasilkan tetapi lebih kepada seberapa bernilai aktivitas kita di sisi Allah Swt.
Semua itu hanya bisa terjadi jika hidup ini diatur oleh aturan yang benar, aturan yang bersumber dari Allah Swt. Maka, jangan hanya produktif secara dunia, tetapi juga dalam ibadah dan menuntut ilmu demi menegakkan kembali kehidupan Islam di tengah-tengah masyarakat. Sebab bagi generasi muslim kesuksesan itu dunia dan akhirat.
Di mulai dari diri sendiri dan berdakwah secara optimal bersama kelompok dakwah Islam ideologis serta istiqomah dalam perjuangan menegakkan Islam kaffah. Inilah produktivitas yang hakiki, bukan hanya bisa mengubah hidup kita tetapi juga bisa mengubah dunia.
Wallahu a'lam bishowab.
Posting Komentar