-->

Tak Masuk Akal, Pemerintah Sarankan Pengangguran ke Luar Negeri

Oleh : Dinda Kusuma W T

Kamboja, apa yang terlintas di benak masyarakat Indonesia ketika mendengar nama negara ini disebutkan? Ya, mudah ditebak, pasti yang terlintas adalah kengerian tentang perdagangan orang, markas server judi online, situs penipuan, bahkan perdagangan organ manusia. Salah satu yang ramai di media sosial baru-baru ini adalah nasib yang dialami oleh Azwar, seorang pria yang berasal dari Medan, Sumatera Utara.

Azwar awalnya diiming-imingi pria berinisial A yang juga berdomisili di Kota Medan untuk bekerja sebagai penyanyi di Malaysia dengan bayaran 800 dolar AS (sekitar Rp12,9 juta). Naasnya, Azwar malah diberangkatkan ke Kamboja dan bekerja di perusahaan scammer. Diduga kuat akibat mengalami tekanan dan penganiayaan, Azwar melompat dari lantai tiga kantornya dan meninggal seketika (antaranews.com, 01/07/2025).

Terdapat sebuah cerita pilu sebelum kematian Azwar. Pasalnya Azwar sempat melakukan panggilan video dengan keluarganya, yaitu adik kandungnya untuk mengabarkan kondisi dirinya yang sedang sakit. Dalam panggilan video, mendiang Azwar yang terlihat sangat pucat memohon kepada keluarga untuk mengirim uang tebusan ganti rugi kontrak sebesar 40 juta rupiah agar dirinya bisa pulang ke Indonesia. Namun, selain kesulitan keuangan, keluarga menyatakan keraguannya bahwa Azwar akan dipulangkan setelah membayar tebusan tersebut. Adik kandungnya mengatakan, banyak kasus dimana uang tebusan dikirim namun yang bersangkutan tetap tidak bisa pulang dan malah meninggal tanpa alasan jelas. Kini, setelah Azwar diberitakan meninggal dunia keluarga hanya bisa pasrah dalam kesedihan dan duka yang amat dalam. Harapan merajut impian mendapat kehidupan yang lebih baik pupus sudah.

Azwar, hanya salah satu dari sekian banyak cerita pilu. Ada ratusan atau bahkan mungkin ribuan orang yang bernasib sama seperti Azwar. Keputusasaan memperoleh pekerjaan yang layak di dalam negeri membuat banyak orang memutuskan secara impulsif untuk bekerja keluar negeri. Berbagai resiko yang kadang terlintaspun tidak lagi dihiraukan demi harapan penghidupan yang lebih baik. Siapa orangnya, yang rela dengan senang hati mencari nafkah sembari berjauhan dengan keluarga hingga ke luar negeri? Tentu sebenarnya tidak ada. Mereka hanya terpaksa dan merasa putus asa. 

Disisi lain, pemerintah lagi-lagi hanya bertindak sebagai "penonton yang duduk manis". Sejak awal banyaknya kasus warga Indonesia yang menjadi korban perdagangan orang di Kamboja, pemerintah tidak menunjukkan solusi atau terobosan apapun. Menyaksikan warga negaranya meninggal satu persatu dengan cara yang mengenaskan, pemerintah hanya bisa beretorika dengan himbauan-himbauan tanpa aksi nyata.

Yang lebih menyakitkan hati, serasa tidak masuk di logika, baru-baru ini Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Abdul Kadir Karding, menyarankan pengangguran di Indonesia untuk mencari pekerjaan ke luar negeri.  Seolah tanpa empati sedikitpun, dia menyebutkan bahwa di luar negeri tersedia banyak sekali lowongan pekerjaan yang bisa dimasuki. Pernyataan tersebut disampaikan Karding dalam acara talkshow dan peresmian Migrant Center di Gedung Prof. Soedarto, Universitas Diponegoro (Undip), Semarang, Kamis (26/6/2025). "Di Jateng ada (hampir) 1 juta (pengangguran) yang belum terserap, anda (mahasiswa) calon (tenaga kerja) yang tidak terserap, maka segera berpikir ke luar negeri," tutur Karding (kompas.com, 02/07/2025).

Fakta ini adalah ironi yang sangat memilukan dan memalukan bagi bangsa Indonesia yang pada dasarnya memiliki kekayaan alam yang berlimpah. Di tengah begitu banyaknya tambang dibuka oleh swasta dan asing, banyaknya TKA (Tenaga Kerja Asing) yang menyerbu masuk ke dalam negeri, rakyat Indonesia sendiri justru kesulitan mencari pekerjaan dan secara halus "diusir" ke luar negeri oleh pemerintahnya sendiri. 

Inilah kesengsaraan nyata yang berakar dari sistem kapitalisme.  Negara dikelola dan diatur oleh kaum kapitalis (pemilik modal besar) yang semata-mata hanya memandang untung rugi materi sebagai tolak ukur kebijakan. Praktis, pengelolaan negara hanya menguntungkan para kaum kapitalis dan penguasa itu sendiri. Setelah sekian dekade sistem ini diterpakan, lihatlah bagaimana keterpurukan rakyat kecil dan kesenjangan ekonomi yang kian tinggi. Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin. Rakyat Indonesia Ibarat ayam mati di lumbung padi.

Sistem kapitalisme telah nyata gagal dalam mewujudkan kesejahteraan umat manusia. Satu-satunya jalan yang paling benar untuk menyudahi kesengsaraan ini adalah menerapkan sistem islam dibawah seorang pemimpin islam atau Khalifah. Sistem inilah yang akan mengembalikan kekayaan kaum muslimin ke tangan umat dan demi kesejahteraan umat.

Kelak dalam sistem islam, yang disebut juga Khilafah, seluruh kekayaan negera akan dikelola sepenuhnya oleh negara tanpa campur tangan swasta atau asing. Dengan demikian lowongan kerja akan tersedia luas bagi rakyat. Seluruh aturan islam diterapkan secara total dan menyeluruh mulai dari sistem ekonomi, pendidikan, sosial dan politik. Selain aturan yang benar-benar berpihak kepada kemaslahatan seluruh umat manusia, sistem islam adalah seruan dari Sang Pencipta, Allah Swt, maka tentu dengan menerapkan aturanNya keberkahan akan tercurah dari langit dan bumi. 
Wallahu A'lam bishawab.