Refleksi Diri di Tahun Baru Islam
Oleh : Heni Satika (Praktisi Pendidikan)
Tanggal 27 Juni 2025 bertepatan dengan tahun baru Islam, apakah tahun baru ini akan membawa kondisi kaum muslim menjadi lebih baik, atau justru terpuruk lebih dalam? Kalau melihat kondisi kaum muslim secara global. Kita berada pada titik terendah dalam sepanjang sejarah kaum muslim. Mengapa dikatakan terendah, coba bayangkan total populasi muslim tahun 2024 sekitar 2 milyar orang atau sekitar 25 persen dari total penduduk dunia. Tetapi tidak mampu membantu saudaranya di Palestina yang mengalami genosida oleh Israel. Notabenenya penduduk Israel hanya sekitar 9.512.469 atau sekitar 0.115 persen dari total penduduk dunia.
Bukankah itu sebuah kenyataan yang memilukan dan sekaligus memalukan.
Begitu pula angka kemiskinan di wilayah Asia Timur dan pasifik yang mayoritas muslim pada September tahun 2024 mencapai 20.3 juta orang. Sedangkan pada Juni 2025 naik menjadi 54 persen. Rendahnya tingkat pendidikan kaum muslim menyebabkan mereka rentan terhadap isu perpecahan dan mudah untuk diadu domba berbagai kepentingan.
Tahun baru Islam seharusnya menjadi momentum untuk introspeksi sekaligus refleksi diri, kenapa kondisi kaum muslim secara global terpuruk. Sumbangsih apa yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki umat ini. Sebagaimana kita ketahui bahwa penetapan tahun baru Islam ada di bulan Muharram, mengambil momentum hijrah Rasulullah dari Mekah ke Madinah. Hijrah ini menjadi titik awal perubahan pada kaum muslim hingga 13 abad kemudian.
Kejayaan Islam pada masa itu tidak bisa disangkal oleh siapapun, berbagai bukti dan fakta sejarah cukup menjadi tanda kemajuan kaum muslim di masanya. Bukan bermaksud untuk romantisme sejarah, tetapi ini sebagai sebuah bentuk refleksi diri bahwa ada system alternative yang layak untuk kita coba dan secara empiris sudah terbukti kehebatannya. Pada masa itu tidak akan ada bangsa yang bisa menginjak-injak harga diri kaum muslim. Berbeda sekali hari ini, bahkan dimata dunia, kaum muslim tidak punya kekuatan sama sekali. Bahkan sekedar menolong saudara mereka di berbagai belahan dunia tidak mampu dilakukan.
Kalau bukan system Islam yang kita pakai, mau menggunakan system apakah yang bisa membuat sebuah bangsa bangkit dengan kebangkitan yang hakiki. Bukan hanya maju secara ekonomi dan teknologi tetapi juga memiliki akhlak yang mulia. Tidak mungkin kebaikan itu memakai system demokrasi, karena dimanapun Negara di dunia ini tidak ada yang lebih baik dengan demokrasi. Jadi jangan salah Indonesia terpuruk bukan karena kurang demokratis tapi karena demokrasilah penyebab keterpurukan ini
Terwujudnya kemulian, kesejahteraan karena kaum muslim menjadikan Islam sebagai dasar ikatan mereka. Umat Islam bersatu dalam naunga daulah khilafah dan menyebarkan Islam ke seluruh dunia. Sehingga rahmatan lil’alamin benar-benar terasa sampai ke seluruh dunia. Maka mari kita sambut tahun baru hijriah dengan semangat baru dan makin mengobarkan semangat perjuangan kita demi kejayaan kaum muslim dalam naungan daulah khilafah
Posting Komentar