-->

Polemik Banjir Tiada Akhir, Bagaimana Islam Mengatur Pembangunan?


Oleh : Patima Rahadi

Banjir menjadi sebuah pristiwa rutin bagi sebagian wilayah dengan dataran rendah. Pasalnya hujan yang mengguyur sebagian wilayah Jabodetabek pada 7 Juli 2025 dengan intensitas tinggi dan berangsur lama menyebabkan beberapa wilayah Bekasi tergenang air.

Berdasarkan data, banjir di Bekasi masih terasa hingga Selasa siang tanggal 8 Juli 2025. Banjir di Kampung Lebak, Teluk Pucung, Bekasi Utara masih mencapai 1,5 meter dan belum menunjukkan tanda-tanda surut. Ketinggian air yang masih bertahan di angka 1,5 meter tersebut, membuat aktivitas warga tersendat dan memaksa sebagian dari mereka tetap bertahan di rumah bertingkat. (Detiknews,08/08/2025)

Peristiwa ini selalu menjadi momok besar dan menakutkan yang akan terus menghantui masyarakat karena terus berulang pada setiap musim hujan.

Bila dilihat lebih jeli, banjir bukan hanya masalah yang diakibatkan karena buang sampah sembarangan seperti yang diajarkan di sekolah, tetapi lebih dari itu, banjir bisa disebabkan oleh pembangunan para kaum kapitalis yang menihilkan pertimbangan kerusakan alam dan lingkungan, sebab orientasi pembangunan bukan pada kemaslahatan umat, melainkan keuntungan beberapa pihak.

Penguasa kerapkali abai dalam menangani kasus banjir. Adapun solusi yang diberikan tak jauh hanya pada solusi pragmatis yang bersifat sementara.

Sedangkan dalam sistem Islam yang dipimpin oleh Khilafah Islamiyyah tentu memiliki kebijakan efektif dan efisien. Kebijakan tersebut berupa cakupan sebelum, ketika dan pasca banjir.

Semua diamati dari berbagai macam aspek, mulai dari kasus banjir yang disebabkan keterbatasan daya tampung tanah terhadap curah air, baik akibat hujan, gletser, rob dan lain sebagainya. Khilafah akan membangun bendungan-bendungan yang mampu menampung curah air tersebut.

Khilafah akan memetakan daerah-daerah rendah yang rawan akan genangan air kemudian selanjutnya membuat kebijakan larangan masyarakat membangun pemukiman di wilayah-wilayah tersebut.

Khilafah akan membangun kanal, sungai buatan, saluran drainase untuk mengurangi dan mencegah penumpukan volume air, serta membangun sumur-sumur resapan di kawasan tertentu yang kemudian digunakan juga sebagai tandon air, sewaktu-waktu bisa digunakan terutama pada musim kemarau.

Waallahu'alam.