Palestina dan Kemunafikan Dunia, Saatnya Umat Bangkit Bersama Islam Kaffah
Oleh : M. U. Aulia Rosyadah
Dilansir dari tempo.co (02/07/2025) Sedikitnya 56.647 warga Palestina meninggal dunia akibat perang genosida Israel di Jalur Gaza sejak Oktober 2023, menurut Kementerian Kesehatan Palestina, Selasa, 1 Juni 2025. Sebuah pernyataan menyebutkan bahwa 116 jenazah dibawa ke sejumlah rumah sakit dalam 24 jam terakhir, dengan 463 orang luka-luka, menambah jumlah korban luka akibat serangan Israel menjadi 134.105 orang.
Isu Palestina telah menjadi luka abadi dalam tubuh umat Islam. Selama puluhan tahun, penjajahan Zionis atas tanah suci umat ini terus berlanjut, meninggalkan penderitaan yang mendalam bagi rakyat Palestina. Ironisnya, meski umat Islam di berbagai penjuru dunia terus menunjukkan solidaritas dan pembelaan, penguasa dunia justru tetap membisu. Bahkan, para penguasa negeri-negeri Muslim pun masih saja bergandengan tangan dengan penjajah Zionis, menunjukkan kemunafikan sikap mereka terhadap penderitaan saudara seiman.
Sikap pasif dan bahkan kolaboratif para pemimpin negeri Muslim terhadap penjajahan atas Palestina bukanlah tanpa sebab. Ketidakpahaman akan akar persoalan dan kuatnya cinta terhadap kedudukan serta kekuasaan telah membutakan mata dan hati mereka. Mereka lalai akan ikatan ukhuwah Islamiyah yang seharusnya menjadi penggerak utama dalam membela Palestina, bukan sekadar ikatan politik atau kepentingan duniawi.
Dalam kondisi seperti ini, peran umat Islam yang telah sadar menjadi sangat vital. Mereka—terutama para pengemban dakwah—harus menjadi garda terdepan dalam membangkitkan kesadaran umat secara luas. Penyadaran ini tidak cukup dengan seruan emosional atau solidaritas sesaat, melainkan harus dilandasi pemahaman yang benar dan menyeluruh, bahwa persoalan Palestina hanya bisa diselesaikan dengan solusi Islam yang hakiki: jihad fi sabilillah dan tegaknya Khilafah sebagai institusi politik umat.
Para pengemban dakwah harus terus menguatkan langkah dakwahnya, membangun opini umum bahwa solusi bagi Palestina bukan pada diplomasi kosong atau bantuan kemanusiaan semata, melainkan pada kembalinya umat kepada jalan yang telah ditempuh Rasulullah saw.—penegakan hukum Allah secara total dalam bingkai negara Khilafah. Hanya dengan Khilafah, jihad dapat dijalankan secara institusional dan terorganisir untuk membebaskan bumi Palestina dari penjajahan.
Tentu perjuangan ini tidak mudah. Dibutuhkan keistiqamahan dalam menapaki jalan dakwah sesuai thariqah Rasulullah saw., kemampuan membina umat, serta ikatan yang kuat dengan Allah SWT agar pertolongan-Nya segera tiba. Sebab kemenangan bukanlah hasil dari strategi atau kekuatan manusia semata, melainkan pertolongan Allah yang datang kepada hamba-hamba-Nya yang bersungguh-sungguh dalam menegakkan agama-Nya.
Kini saatnya umat Islam berhenti berharap pada para pemimpin boneka yang menjual kehormatan Islam demi kursi kekuasaan. Saatnya umat bangkit, membangun kekuatan berdasarkan Islam kaffah, dan menuntut ditegakkannya kembali institusi pemersatu umat: Khilafah. Demi membebaskan Palestina, demi membebaskan seluruh umat dari cengkeraman penjajahan dan kehinaan.
Posting Komentar