-->

Palestina dan Kebangkitan Umat


Oleh : Sari Bara Mutiara

Kondisi Gaza dan Palestina secara umum hari ini menghadirkan duka mendalam yang sulit digambarkan dengan kata-kata. Genosida brutal yang dilakukan oleh entitas penjajah Zionis terhadap warga sipil Palestina telah berlangsung selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, tanpa jeda yang berarti. Ribuan nyawa melayang, mayoritas dari mereka adalah anak-anak, perempuan, dan warga sipil yang tidak berdosa. Rumah-rumah hancur, masjid-masjid diratakan, sekolah-sekolah dibom, bahkan tempat pengungsian pun tak luput dari serangan. Dalam situasi seperti ini, seharusnya dunia Islam bersatu, bangkit, dan bergerak. Namun kenyataannya, kita menyaksikan pengkhianatan besar-besaran dari para penguasa negeri-negeri Muslim yang hanya mampu menyuarakan kecaman kosong tanpa aksi nyata.

Pengkhianatan Para Penguasa Muslim: Diam di Tengah Pembantaian

Di saat rakyat Gaza berjuang mempertahankan kehormatan dan tanah mereka dengan darah dan nyawa, para penguasa Muslim justru berlomba-lomba menunjukkan loyalitas mereka kepada kepentingan politik internasional yang dikendalikan oleh Barat. Tidak ada satu pun penguasa negeri Muslim yang secara serius mengerahkan kekuatan militer atau mengambil tindakan konkret untuk menghentikan agresi Zionis. Bahkan negara-negara yang memiliki kekuatan besar seperti Turki, Mesir, Arab Saudi, Iran, dan lainnya hanya memainkan peran sebagai penengah yang sesungguhnya tidak berpihak pada pembebasan Palestina secara hakiki.

Perang antara Iran dan Israel, yang sempat membuat dunia menahan napas, ternyata tidak berdampak pada perubahan sikap terhadap Gaza. Iran, yang selama ini digambarkan sebagai lawan ideologis Zionis, tidak menunjukkan upaya riil yang dapat memperkuat perjuangan pembebasan Palestina. Semua itu mengonfirmasi satu hal: tidak ada satu pun penguasa negeri Muslim hari ini yang benar-benar serius ingin membebaskan Palestina. Mereka lebih takut kehilangan kekuasaan dan dukungan Barat daripada kehilangan harga diri dan tanggung jawab terhadap umat Islam yang tertindas.

Solusi Dua Negara: Jalan Palsu Menuju Perdamaian

Sebagian besar penguasa Muslim, termasuk Indonesia, justru kembali mendorong solusi dua negara sebagai penyelesaian konflik Palestina-Israel. Solusi ini sudah sejak lama dijadikan mantra diplomasi oleh PBB dan negara-negara Barat, namun terbukti tidak pernah menghasilkan kemerdekaan hakiki bagi rakyat Palestina. Bahkan, solusi ini lebih tampak seperti alat untuk membungkam perlawanan dan menormalisasi keberadaan penjajah Zionis di atas tanah yang secara historis, hukum, dan akidah adalah milik umat Islam.

Zionis Israel tidak akan pernah menerima negara Palestina merdeka secara penuh. Amerika Serikat pun, sebagai pendukung utama Israel, tidak akan membiarkan entitas Palestina berdiri sebagai negara berdaulat dengan kedaulatan politik, militer, dan ekonomi yang sesungguhnya. Sebaliknya, rakyat Palestina yang jujur dan istiqamah juga tidak akan pernah menerima solusi dua negara yang pada hakikatnya merupakan bentuk kompromi terhadap penjajahan. Mereka tidak akan mengkhianati perjanjian Umariyah yang menetapkan tanah Palestina sebagai bagian dari negeri kaum Muslimin. Mereka juga tidak akan menyia-nyiakan darah para syuhada yang telah gugur membela tanah itu. Maka, selama solusi dua negara tetap menjadi acuan, selama itu pula pembantaian dan perlawanan akan terus berulang.

Khilafah sebagai Solusi Hakiki: Mengakhiri Penjajahan dengan Jihad Terpimpin

Dalam situasi seperti ini, umat Islam harus mengalihkan pandangan dari solusi palsu menuju solusi hakiki. Solusi hakiki bagi Palestina dan seluruh negeri Muslim yang dijajah adalah tegaknya Khilafah Islamiyah yang akan memimpin umat dalam jihad fi sabilillah. Hanya Khilafah yang mampu menyatukan kekuatan militer, politik, ekonomi, dan spiritual umat Islam untuk membebaskan Palestina dari cengkeraman penjajah Zionis.

Seruan untuk menegakkan Khilafah bukanlah bentuk kepasrahan terhadap penderitaan rakyat Gaza, sebagaimana sering disalahpahami. Sebaliknya, inilah bentuk tertinggi dari tanggung jawab politik dan spiritual umat terhadap tanah suci yang sedang diinjak-injak oleh musuh Allah dan Rasul-Nya. Selama ini, solusi dua negara terus-menerus ditawarkan sejak Perjanjian Oslo, Camp David, hingga berbagai inisiatif lainnya. Namun, sepanjang itu pula pembantaian terus berlangsung dan tanah Palestina terus menyusut di bawah ekspansi Zionis.

Khilafah bukan sekadar simbol masa lalu, melainkan institusi politik Islam yang telah terbukti menjadi pelindung umat. Di masa Khilafah, Palestina terbebas dari penjajahan, kaum Nasrani dan Yahudi dilindungi hak-haknya selama mereka tunduk pada hukum Islam, dan tanah itu dihormati sebagai milik seluruh umat. Kini, tanpa Khilafah, umat Islam bagaikan anak-anak yatim tanpa pelindung, tercerai-berai dalam sekat nasionalisme, dan tidak memiliki satu pun pemimpin yang peduli terhadap darah Muslim yang tertumpah.

Pembantaian Gaza: Momentum Kebangkitan Umat

Peristiwa demi peristiwa yang terjadi di Gaza seharusnya menyadarkan umat Islam bahwa sudah saatnya meninggalkan ketergantungan pada solusi-solusi buatan Barat. Pembantaian yang tidak pernah berhenti adalah bukti bahwa semua jalan diplomasi yang dikendalikan oleh kekuatan sekuler dunia hanyalah jalan buntu. Umat Islam harus bangkit dari keterpurukan, membuka mata terhadap kenyataan, dan mulai membangun kesadaran politik Islam yang sejati.

Fajar kebangkitan umat kini mulai menyingsing. Di berbagai belahan dunia, umat Islam semakin menyadari pentingnya persatuan politik, pentingnya penerapan syariat Islam secara kaffah, dan pentingnya tegaknya institusi Khilafah. Kebangkitan ini ditandai oleh semakin meluasnya dakwah ideologis yang menyerukan kembalinya kehidupan Islam, semakin kuatnya arus penolakan terhadap sistem kapitalisme-sekuler yang telah terbukti gagal, dan semakin jelasnya kehendak umat untuk keluar dari cengkeraman sistem internasional yang zalim.

Peran Umat: Terjun dalam Perjuangan Ideologis

Lalu, apa peran umat Islam hari ini? Apakah cukup dengan menyumbang materi dan mendoakan? Ataukah harus ada langkah yang lebih strategis dan fundamental? Jawabannya jelas: umat Islam harus terjun aktif dalam perjuangan menegakkan Khilafah bersama kelompok dakwah ideologis yang istiqamah. Ini bukan sekadar pilihan, tetapi kewajiban yang lahir dari keimanan dan tanggung jawab sebagai umat Muhammad ﷺ.

Dukungan terhadap perjuangan penegakan Khilafah bukanlah utopia. Ini adalah bentuk nyata dari kesadaran politik Islam yang telah diajarkan oleh Rasulullah ﷺ dan dilanjutkan oleh para sahabatnya. Khilafah adalah warisan kenabian yang tidak boleh hilang dari sejarah dan masa depan umat. Tanpa Khilafah, umat akan terus hidup dalam kehinaan, dalam sistem sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan, yang menjadikan umat Islam lemah, terpecah, dan mudah dijajah.

Fajar Itu Telah Menyingsing – Saatnya Umat Bergerak

Palestina adalah cermin dari kondisi umat Islam hari ini. Ketika Palestina diinjak-injak, sesungguhnya seluruh umat Islam sedang diinjak-injak. Ketika Gaza dibombardir, sesungguhnya harga diri umat sedang diluluhlantakkan. Maka, membela Palestina bukan hanya tentang membantu satu wilayah kecil di Timur Tengah. Membela Palestina adalah bagian dari perjuangan global umat Islam untuk mengembalikan kejayaan, kehormatan, dan kekuasaan Islam yang hakiki.

Kita tidak boleh lagi tertipu oleh solusi dua negara, oleh perundingan damai palsu, dan oleh janji-janji Barat yang penuh kebohongan. Kita juga tidak boleh lagi berharap pada para penguasa boneka yang lebih takut kehilangan kekuasaan daripada kehilangan amanah dari Allah. Kita harus sadar bahwa hanya Khilafah yang mampu membebaskan Palestina, menyatukan umat, dan mengembalikan kemuliaan Islam sebagaimana pernah terwujud dalam sejarah.

Fajar kebangkitan umat itu kini telah menyingsing. Kita bisa merasakannya dalam suara lantang umat di berbagai belahan dunia, dalam semangat dakwah yang tak pernah padam, dan dalam tekad generasi muda yang kembali mencintai Islam dan sejarahnya. Maka, mari kita sambut fajar itu. Mari kita jawab panggilan zaman ini dengan langkah nyata. Bergabunglah dalam barisan perjuangan ideologis, tegakkan kembali Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah, dan bebaskan Palestina serta seluruh negeri-negeri Islam dari cengkeraman penjajahan.

Fajar kebangkitan itu kini benar-benar di depan mata. Tinggal apakah kita mau menjadi bagian dari cahaya itu, atau terus memilih hidup dalam kegelapan sistem yang menindas.