-->

Khilafah Mampu Menghentikan Palestina Dari Penjajahan


Oleh : Kanti Rahayu (Aliansi Penulis Rindu Islam)

Kelompok Hamas menyatakan bahwa mereka telah mencapai kesepakatan untuk melepaskan 10 orang yang disandera sebagai bagian dari usaha gencatan senjata dengan Israel yang sedang dilakukan. Kelompok perlawanan Palestina ini mengungkapkan bahwa negosiasi gencatan senjata berjalan sulit akibat sikap keras dari Israel. Negosiasi yang saat ini berlangsung mencakup beberapa aspek penting, seperti distribusi bantuan, penarikan pasukan Israel dari Jalur Gaza, dan komitmen nyata untuk menciptakan gencatan senjata yang berkelanjutan. 10/7/2025 Dilansir Minanews. net.

Apakah kita percaya genjatan senjata ini akan di patuhi oleh israel? Tentu kita masih ingat pelanggaran genjatan senjata pada bulan maret 2025 yang dilakukan israel. Tabiat para penjajah Zionis Yahudi yang selalu melanggar perjanjian sebenarnya bukanlah hal yang mengejutkan. Sepanjang dekade sejarah gencatan senjata yang dimulai dari tahun 2008 yang diprakarsai oleh Mesir, gencatan senjata bersifat sementara. Seolah-olah menyembuhkan lalu kembali terluka parah.

Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, pada hari Selasa (1-7-2025) sedikitnya 56. 647 penduduk Palestina telah kehilangan nyawa akibat genosida Zion*s di Jalur Gaza sejak bulan Oktober 2023. Terbaru, Marwan al-Sultan, yang merupakan Direktur Rumah Sakit Indonesia di Gaza dan juga seorang dokter, tewas akibat serangan udara dari Israel pada Rabu (2-7-2025). Dalam insiden tersebut, istri dan beberapa anaknya juga kehilangan nyawa.SindoNews 3 juli 2025.

Konflik yang berlangsung lama ini telah dimulai beberapa dekade yang lalu. Namun, negara-negara Islam, terutama para pemimpin mereka, seolah tidak memperhatikan dan lebih fokus pada masalah internal mereka. Padahal, pada dasarnya, keterikatan akidah seharusnya mendorong mereka untuk peduli dan membantu menyelesaikan masalah Palestina, sehingga semua ancaman dan agresi Israel terhadap Palestina dapat diatasi. Ini menunjukkan secara jelas bahwa para pemimpin Muslim terjebak dalam pemikiran Barat, yang membuat mereka tidak peka dan tidak mendengar keluhan serta penderitaan saudara-saudara Muslim di Palestina.

Ini adalah pengkhianatan nyata oleh para pemimpin Muslim terhadap masyarakat Islam di Palestina. Di saat umat Islam di Gaza mengalami penderitaan yang parah akibat genosida oleh Zion*s, para pemimpin Muslim tersebut justru memilih untuk menjalin kesepakatan normalisasi hubungan dengan Zion*s. Bahkan, tangan penjajah yang “masih penuh darah” dari kaum Muslim Gaza terlihat saat mereka bersalaman dengan hangat dan menunjukkan senyum lebar. Ini adalah pengkhianatan nyata oleh para pemimpin Muslim terhadap masyarakat Islam di Palestina.

Demi mendapatkan keuntungan yang sangat kecil di dunia, seperti kekuasaan, dukungan politik, ekonomi, serta keamanan dari Amerika Serikat, para pemimpin Muslim itu bersedia mengkhianati saudara-saudara mereka di Palestina. Darah umat Islam yang mengalir di Gaza, serta tangisan anak-anak yang kehilangan keluarga dan masa depan, tidak cukup untuk menyentuh hati mereka agar mau membebaskan Palestina. Mereka merasa telah melakukan tindakan heroik dengan memberikan bantuan kemanusiaan dan kain kafan, padahal yang sangat dibutuhkan oleh Muslim Palestina adalah dukungan militer untuk berjihad melawan Zionis di wilayah tersebut. Pada konflik Iran-Israel, pengkhianatan terhadap Muslim Palestina kembali terlihat dengan jelas.

Gencatan senjata disepakati tanpa mencantumkan pembebasan Palestina. Terlihat jelas bahwa konflik ini lebih untuk kepentingan Iran, bukan untuk membela rakyat Palestina. Sementara itu, negara-negara Muslim lainnya, termasuk Indonesia, malah menjunjung tinggi solusi dua negara sebagai jalan keluar bagi masalah Palestina. Semua negara Muslim ini seolah lupa bahwa entitas Zionis adalah pelanggar utama dari berbagai perjanjian dan kesepakatan. Mereka juga dikenal sebagai kaum yang suka melakukan kekerasan, tidak hanya terhadap Muslim, bahkan mereka tidak ragu untuk membunuh nabi mereka sendiri. Ratusan resolusi PBB yang telah mereka abaikan menjadi bukti nyata bahwa mereka tidak memahami diplomasi dan hanya akrab dengan kekerasan.

Sungguh mengherankan, para pemimpin Muslim tetap mendukung ide dua negara, meskipun itu adalah sebuah solusi yang tidak mungkin. Entitas Zionis tidak akan pernah ingin hidup harmonis dengan umat Islam. Benjamin Netanyahu secara terbuka pada hari Minggu, 21 Januari 2024, menyatakan, "Israel harus menjaga kontrol keamanan atas seluruh area di sebelah barat Sungai Yordan agar tidak ada tindakan teror yang ditujukan kepada rakyat Israel."

Umat Muslim seharusnya tidak lagi terpengaruh oleh narasi Barat yang mengajak mereka mengikuti pendekatan yang ditawarkan oleh Barat. Umat Muslim tidak seharusnya menaruh harapan pada solusi Barat yang telah terbukti tidak berhasil memberikan kebebasan sejati bagi Palestina, bahkan justru menjadikan Palestina sebagai tempat genosida dan melindungi para pelakunya. Usaha untuk mencapai solusi dua negara justru akan menjauhkan umat dari jalan yang benar dalam menghadapi penjajahan di Palestina.

Umat Muslim perlu berkonsentrasi dan meyakini bahwa penyelesaian masalah Gaza dan Palestina adalah dengan berdirinya Khilafah yang akan memimpin jihad. Umat tidak boleh terpengaruh oleh pandangan bahwa seruan untuk jihad dan Khilafah akan berarti membiarkan rakyat Gaza terus-menerus dibantai, sebab itu tidak benar. Justru, jihad dan Khilafah yang akan membebaskan Palestina dari penjajahan dan kekejaman.

Kemandirian Palestina sesungguhnya bukanlah sesuatu yang mustahil karena pernah tercapai secara nyata, bukan melalui solusi dari negara-negara imperialis Barat, melainkan dengan pendekatan Islam. Kebenaran ini dapat dilihat secara jelas dalam perjalanan sejarah Khilafah dari era Khulafaurasyidin hingga Utsmaniyah. telah mengobarkan semangat jihad untuk membebaskan Palestina dari penjajahan Romawi Timur (Bizantium) melalui Perang Yarmuk yang dipimpin oleh Pedang Allah yang Terhunus, Khalid bin Walid ra. , pada tahun 636 M. Dasar jihad menuju Baitulmaqdis telah ditetapkan oleh Rasulullah saw. dengan pengiriman pasukan jihad Usamah bin Zaid pada tahun 632 M ke daerah Balqa (Yordania) yang diduduki oleh Bizantium. Akhirnya, Baitulmaqdis bisa dibebaskan secara damai setelah dikepung oleh pasukan jihad yang dipimpin oleh Abu Ubaidah al-Jarrah ra. Melalui momen penyerahan kunci Baitulmaqdis oleh Uskup Sophronius kepada Khalifah Umar bin Khaththab ra. Masyarakat Palestina hidup dalam keamanan dan kesejahteraan dengan perlindungan dari Khilafah atas harta dan jiwa mereka.

Khalifah umat Islam tidak percaya karena menyadari bahwa Herzl telah melaksanakan pertemuan dengan pemimpin-pemimpin Yahudi dan mengusulkan gagasan untuk mendirikan negara Israel yang membentang antara dua sungai, yaitu Nil dan Eufrat. Dia memahami bahwa tujuan Yahudi bukan hanya memperoleh wilayah, tapi juga menguasai seluruh Baitulmaqdis. Palestina baru bebas dari perlindungan Khilafah setelah Khilafah tumbang pada tahun 1924. Setelah itu, Palestina berada di bawah penjajahan Inggris yang kemudian mengakui berdirinya negara Zionis. Dengan melemahnya kekuatan Inggris dan meningkatnya pengaruh AS, Palestina pun terjerumus dalam kekuasaan AS yang terus mendukung keberadaan entitas Yahudi yang menjajah Palestina.

Sejak runtuhnya Khilafah, tidak ada lagi aksi militer yang dilakukan untuk berjihad dalam mempertahankan Palestina dari musuh. Tidak ada satu pun pemimpin muslim di lebih dari 50 negara yang menyerukan jihad untuk menghapuskan penjajah Yahudi dan mengusir mereka dari tanah Palestina. Semua pemimpin muslim menahan kekuatan militer dan senjata mereka, bukannya mengirimkannya ke Palestina. Seorang gadis kecil dari Gaza bahkan berkata, “Berikan senjata kalian pada kami, biar kami yang bertarung. Seharusnya kita malu sebagai umat islam dengan perkataan anak tersebut. 

Konsep nasionalisme yang kufur telah mengikat mereka sehingga tidak ada inisiatif untuk mengirimkan angkatan bersenjata demi berjihad di Palestina. Akhirnya, tanpa bantuan militer dari para saudara muslim, Gaza berjuang sendirian menghadapi pendudukan dan genosida. Dengan hanya menggunakan batu, tangan kosong, dan tubuh yang kelaparan, mereka berdiri teguh melawan para penjahat yang menduduki Al-Aqsa.

Khilafah akan membebaskan Palestina dengan cara menyatukan negara-negara Muslim dan memimpin jihad besar. Khalifah akan mengerahkan tentara dengan perlengkapan dan persenjataan yang diperlukan untuk mengalahkan penjajah Zionis serta negara-negara yang mendukungnya. Pengerahan pasukan jihad akan difokuskan pada negara-negara Muslim yang paling dekat dengan Palestina, seperti Mesir, Lebanon, Yordania, Suriah, negara-negara di Jazirah Arab, kawasan Teluk, dan Turki. Jika diperlukan, kewajiban jihad ini juga berlaku bagi seluruh negara Muslim yang lebih jauh, contohnya Sudan, Yaman, Oman, negara-negara Stan di Asia Tengah, bahkan Indonesia. Jihad akan terus diintensifkan oleh Khilafah hingga Palestina sepenuhnya bebas dari penjajahan dan kembali di bawah kekuasaan Islam. Jihad yang berupa ribath (penjagaan perbatasan) akan terus dilakukan demi memastikan wilayah Palestina selalu aman dari serangan musuh.

Khilafah akan menyediakan sumber daya tanpa batas untuk mendukung jihad. Pembiayaan jihad berasal dari semua sumber pendapatan, termasuk fai dan kharaj, kepemilikan publik, serta zakat. Apabila kas baitulmal mengalami kekosongan dan kebutuhan untuk jihad sangat mendesak, negara dapat mengenakan pajak (dharibah) sementara kepada pria Muslim yang memiliki kekayaan. Jika pengumpulan dharibah memakan waktu lama dan kebutuhan untuk jihad tetap mendesak, negara dapat berutang kepada masyarakat tanpa bunga. Utang ini akan dilunasi setelah penerimaan dharibah terkumpul. Di samping itu, negara juga berhak mengumpulkan sedekah dan wakaf dari masyarakat untuk mendukung jihad. Apabila kebutuhan untuk jihad belum tercukupi, seluruh umat Muslim diwajibkan untuk memberikan infak sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dengan cara ini, jihad akan tetap berlangsung dengan semangat tanpa terhambat oleh masalah keuangan.

Kejadian tragis di Gaza seharusnya menjadi awal dari kebangkitan umat Islam yang menyadari bahwa mengandalkan solusi dari Barat justru menjauhkan dari penyelesaian sebenar terhadap penjajahan di Palestina. Solusi sejati yang ada adalah mendirikan institusi Khilafah, yang merupakan warisan Nabi Muhammad saw. , yang telah terbukti menjadi pelindung umat dan telah membawa mereka menuju kebangkitan yang sesungguhnya. Penegakan Khilafah seharusnya menjadi prioritas utama bagi seluruh umat Islam di dunia. 

Umat perlu memberikan dukungan pada usaha untuk menegakkan Khilafah melalui dakwah yang memiliki pendekatan politik. Tidak hanya cukup memberikan dukungan, umat Islam juga harus aktif terlibat dan bergerak dalam perjuangan untuk menegakkan Khilafah bersama kelompok dakwah Islam yang ideologis. Ini adalah tanda keseriusan kita dalam membantu umat Muslim di Gaza dan Palestina.