-->

KELUARGA IDEAL HANYA TERWUJUD DALAM SISTEM ISLAM


Oleh : Evi Derni S.Pd

DISKOMINFO muara sipongi kirab bangga kencana dalam rangka peringatan Hari Keluarga Nasional tahun 2025 harus menjadi simbol nyata penguatan keluarga sebagai pondasi dalam membangun bangsa. Hal itu disampaikan oleh Penanggung jawab Sekda Kabupaten Madina (Drs.M.Salman Pasaribu) membacakan pidato H.Saifullah Nasution dalam peringatan harganas ke-32 di kelurahan pasar menara sipongi kecamatan muara sipongi pada senin 23 Juni 2025.

Dalam kesempatan itu Bupati melalui pidato tersebut menyampaikan tiga pesan penting. Pertama, memperkuat peran keluarga dalam mencegah serta menanggulangi stunting. Kedua, melaksanakan program KB dengan pendekatan preventif humanis dan mengedepankan hak-hak masyarakat untuk memilih jumlah anak. Ketiga, mewujudkan keluarga berkualitas dengan menjadikan rumah sebagai tempat yang aman, nyaman dan menunjang tumbuh kembang anak baik fisik maupun mental.

Perwakilan BKKBN Sumut (Jefri) mengatakan BKKBN juga melahirkan 5 program quick win dalam upaya meningkatkan kualitas keluarga. Pertama gerakan orang tua asuh cegah stunting (genting). Kedua, taman asuh anak (tamasya). Ketiga, gerakan ayah teladan Indonesia (GAT). Keempat, All super apps tentang keluarga. Kelima, lansia berdaya atau si daya. (infomadina.https.go.id)

Kita tidak dapat menutup mata bahwa kondisi keluarga Muslim Hari ini sedang tidak baik-baik saja. Berbagai permasalahan mendera bahkan belakangan banyak kejadian yang membuat kita miris dan prihatin. Ada suami tega membunuh istrinya, orang tua tega berbuat jahat pada anaknya bahkan menodainya atau sebaliknya anak yang tega menelantarkan orang tuanya yang sudah lanjut usia. Belum lagi masalah gizi buruk yang menimpa anak-anak negeri. Wajar jika muncul berbagai upaya untuk mengurai berbagai persoalan ini termasuk oleh Pemerintah.

SOLUSI TAMBAL SULAM ALA KAPITALISME 

Sepintas quick win tampak akan mampu menyelesaikan berbagai persoalan keluarga. Karena secara konsep akan menangani banyak hal, mulai dari masalah anak sampai lansia. Program GENTING misalnya dapat mengajak masyarakat menjadi orang tua asuh bagi anak stunting atau beresiko stunting. Lalu program TAMASYA dinilai akan mampu menciptakan ruang edukatif yang aman untuk pengasuhan anak. Program GATT yang mengajak peran aktif ayah dalam pengasuhan dan pembangunan keluarga. Kemudian program SI DAYA yang akan memberdayakan lansia agar tetap aktif dan sehat secara fisik maupun mental hingga All super apps keluarga Indonesia, sebuah aplikasi digital sebagai pusat informasi dan layanan KB pembangunan keluarga hingga konsultasi stunting.

Berbagai fakta yang ada menunjukkan program TAMASYA tiKalimat yang ibu tandai itu seharusnya kelanjutan dari kalimat yang terbaru seorang ayah di kabupaten Purwakarta Jawa Barat tega menganiaya anaknya yang berusia 22 bulan DH melakukan aksi penganiayaan dengan menginjak anaknya di bagian wajah hingga perut baru dilanjutkan dengan kalimat begitupun program got tahun lalu dan seterusnya tidak akan mampu mengatasi disfungsi keluarga dan juga tidak akan mampu mengatasi maraknya kasus kekerasan terhadap anak, bahkan di tengah keluarga sekalipun. Kasus terbakarnya 4 anak di Kelurahan Punggolaka Kota Kendari pada bulan Mei lalu adalah fenomena disfungsi keluarga. Yang terbaru, seorang ayah di Kabupaten Purwakarta Jawa Barat tega menganiaya anaknya yang berusia 22 bulan. DH melakukan aksi penganiayaan dengan menginjak anaknya di bagian wajah hingga perut. Begitupun program GATT tahun lalu, program cuti ayah bagi ASN pria untuk mendampingi istrinya melahirkan dan mengasuh bayi. Juga bagi mereka yang istrinya keguguran. Terbukti tidak mampu melejitkan peran ayah dalam keluarga. Bagaimana pula dengan program GENTING dengan mencari orang tua asuh bagi anak stunting atau dengan gejala stunting juga tidak mampu menyelesaikan masalah, malah mengandalkan keluarga lain. Hal ini justru memberi peluang pengabaian Negara terhadap rakyatnya.

Apapun tawarannya selama sistem kehidupan yang diterapkan bersandar pada pola pikir manusia yaitu sistem Sekuler Kapitalisme tidak akan mampu mewujudkan keluarga ideal. Tumbuh suburnya sekularisme yang ditopang oleh Negara Demokrasi Kapitalisme dalam mengatur kehidupan bermasyarakat dan bernegara sungguh telah merampas format keluarga ideal, sekaligus menyesatkan setiap keluarga Muslim. Kapitalisme yang menjunjung tinggi kebebasan telah menjadikan eksistensi keluarga terancam. Padahal keluarga adalah pondasi dasar suatu Negara.

Munculnya berbagai kebijakan Negara yang mencerabut fungsi kepemimpinan atau qawamah seorang ayah. Dalam banyak kasus detik ini banyak anak yang tidak lagi bangga dengan ayahnya. Ayah gagal adalah fenomena buruk yang sangat menghantui sejumlah keluarga muda. Banyak rumah tangga rusak sebab laki-laki 
gagal menjadi suami dan ayah. Tidak sedikit anak yang hanya dibesarkan badannya oleh ayahnya tetapi jiwanya terlantar hingga begitu mudah dirampok oleh ide liberal dan sekuler. Begitupun membebaskan perempuan dari keterikatan terhadap aturan Islam. Dimana posisi perempuan atau kaum ibu di tengah keluarga memang sentral. Namun jika dirinya tidak ditempatkan sebagaimana mestinya berbagai ketimpangan justru terjadi. Buktinya ketika perempuan dipaksa keluar rumah untuk berkarir atau bekerja, posisinya sebagai tulang rusuk juga akan terpaksa menjadi tulang punggung. peran domestiknya sebagai ibu akan terganggu. Remaja putri yang tidak lain adalah para calon ibu jika mereka tidak paham cara menjadi istri atau ibu sebagai bagian dari visi keimanan dan ketakwaan maka akan banyak kesulitan yang dihadapi hingga bisa berdampak pada rendahnya mental health pada dirinya.

Alhasil peringatan Harganas tahun ini hanya seremonial belaka sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Persoalan keluarga Indonesia tidaklah sesederhana yang kita bayangkan. Munculnya berbagai kasus dan krisis generasi yang bersumber dari keluarga menjadi sekedar fenomena gunung es karena yang lebih buruk dan tidak terungkap sangat mungkin jauh lebih banyak.

KEMBALI KEPADA SOLUSI ISLAM

Keluarga berkualitas adalah keluarga yang mampu memenuhi hak-hak seluruh anggota keluarganya sesuai tuntutan syariat menjadi tempat pembinaan dan pendidikan bagi anggota keluarganya, sehingga terlahir generasi yang soleh dan sholehah, yang peduli pada umatnya. Keluarga yang berupaya mewujudkan kebahagiaan hidup di dunia dan menjaga mereka dari siksa api neraka.

"Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar dan keras. Mereka tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepadanya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan"(TQS. At Tahrim:6). 

Keluarga seperti ini hanya akan terwujud dalam sistem Islam, maka umat harus segera bangkit dari keterpurukan dengan jalan kembali kepada solusi yang ditawarkan sistem Islam. Keluarga Muslim harus kembali berfungsi sebagai benteng umat yang kokoh yang siap melahirkan generasi terbaik dan individu-individu yang bertakwa yang memiliki visi hidup yang jelas sebagai hamba Allah yang mengemban misi ke Khalifahan di muka bumi yang siap mengembalikan kehidupan Islam.

Islam juga sangat memperhatikan pentingnya hidup bermasyarakat dan menjaga kesehatan masyarakat dengan Amar ma'ruf nahi mungkar. Amar ma'ruf yang dilakukan secara menyeluruh baik keluarga, lingkungan, kaum Muslimin dan jamaah dakwah saling bahu-membahu. Demikian halnya media massa akan membentuk kesadaran umum di tengah masyarakat bahwa aturan Allah dan Rasul-Nya harus diterapkan di muka bumi.

Begitupun Negara sebagai pelindung bagi rakyatnya. Negaralah yang menjamin terpenuhinya hak-hak warganya. Berdasarkan aturan Islam, Negara pharus berperan aktif dan turut campur dalam melindungi aqidah umat dan menjaga ketakwaannya hingga tidak mudah tergerus oleh berbagai macam godaan dan musibah yang melanda. Negara memastikan setiap anggota keluarga mampu menjalankan peran dan fungsinya dengan baik. Yaitu suami atau ayah sebagai pencari nafkah, istri atau ibu sebagai ummun warobatul bait. Kehidupan suami istri ( kehidupan persahabatan) sakinah mawaddah warohmah dan mampu melahirkan generasi berkualitas.
Wallahu a'lam bishawab