Carut Marut Tahunan Penerimaan Siswa Baru
Oleh : Dinda Kusuma W T
Bak tradisi, berbagai cerita tentang perjuangan orang tua dan anak mencari sekolah negeri berseliweran setiap akhir tahun ajaran. Ada cerita lucu, mengherankan, menyenangkan dan tidak sedikit yang menyedihkan. Bukan rahasia jika sistem penerimaan siswa baru di Indonesia selalu problematik. Mulai dari problem persyaratan yang berubah-ubah tiap tahunnya, hingga isu orang dalam dan suap atau jual beli kursi.
Tidak jauh berbeda tahun ini, ada raut bahagia ada juga raut wajah kecewa anak maupun orang tua yang kesulitan masuk di sekolah yang diharapkan. Pasalnya, tahun ini ada berbagai jalur yang harus ditempuh menyebabkan para pendaftar harus memilih strategi yang tepat demi bisa lolos. Ada jalur afirmasi untuk anak dalam keluarga penerima bantuan sosial, domisili yaitu jalur yang memperhitungkan jarak rumah ke sekolah, tes akademik, dan perhitungan usia. Mirisnya, banyaknya jalur justru membuka lebar jalan curang yang tidak transparan.
Disadur dari tempo.com, Ombudsman RI menerima banyak laporan dugaan pungutan liar selama proses SPMB, mulai dari uang pembangunan, seragam, hingga biaya perpisahan. Di Aceh, tercatat 109 laporan masuk hingga pertengahan Juni 2025. Di Jawa Barat, Kepala Ombudsman Dan Satriana menyebut gangguan server dan pendaftaran menghambat proses seleksi. Bahkan, ada dugaan jual beli kursi di tiga SMP Negeri di Kota Bandung, dengan harga Rp 5–8 juta per kursi (tempo.com, 03/07/2025).
Mendapat pendidikan berkualitas adalah impian setiap anak dan orang tua. Lebih dari itu, pendidikan merupakan tonggak utama tegaknya sebuah negara. Tanpa generasi dengan pendidikan yang baik, mustahil sebuah negara akan maju dan berkembang. Sayangnya, hal penting ini tidak mendapat perhatian khusus dari pemerintah.
Problem penerimaan siswa baru yang terus berulang setiap tahun, menunjukkan tidak adanya perhatian serius terhadap sistem pendidikan. Pada dasarnya, siswa tidak akan kebingungan mencari sekolah negeri apabila daya tampungnya setara dengan jumlah pendaftar tiap tahun. Kondisi ini bukti masih kurangnya pembangunan infrastruktur sekolah padahal pendidikan adalah kebutuhan dasar seluruh rakyat.
Di sisi lain, bagi siswa yang akhirnya tidak lolos di sekolah negeri terpaksa harus masuk sekolah swasta yang notabene membutuhkan biaya jauh lebih besar. Mirisnya, tidak jarang anak-anak harus putus sekolah karena ketiadaan biaya. Sungguh hal ini bisa dikatakan sebagai sebuah kedzaliman yang besar.
Ikut andilnya swasta menyelenggarakan pendidikan adalah bukti bahwa pemerintah tak segan mengkapitalisasi pendidikan. Sekolah swasta tentu adalah instansi yang meraup keuntungan dalam penyelenggaraan pendidikannya. Sebab sekolah swata membiayai seluruh operasional sekolah melalui biaya mandiri tanpa subsidi pemerintah. Bahkan saat ini banyak swasta yang lebih diminati orang tua ekonomi menengah keatas karena menilai sistem pendidikan swasta jauh lebih berkualitas. Artinya, pendidikan telah menjadi komoditas ekonomi yang diperjualbelikan. Dengan kata lain, pemerintah berlepas tangan terhadap kewajibannya menyediakan pendidikan gratis berkualitas.
Melihat fakta sengkarut sistem pendidikan saat ini, jelas Indonesia masih jauh dari kata maju dan makmur. Prinsip kapitalisme yang diterapkan saat ini tidak akan mampu mencetak generasi unggul. Sistem kapitalisme memandang segala sesuatu dari sudut pandang keuntungan materi. Dengan demikian pendidikan gratis sangat mungkin dianggap sebagai beban negara. Sistem pengelolaan negara ini harus diganti dengan sistem yang lebih sempurna dan berpihak pada kebaikan seluruh rakyat, yaitu sistem islam.
Pendidikan salah satu hal yang mendapat perhatian khusus dalam islam. Ilmu memiliki kedudukan yang sangat penting. Islam memandang, ilmu adalah pondasi peradaban. Ilmu lah yang akan menentukan seseorang mengenal penciptanya, mampu mentaatinya, dan menyelamatkan manusia dunia dan akhirat. Sejarah telah mencatat bagaimana penghargaan islam terhadap ilmu.
Pada masa kejayaannya, Daulah Islam menjadi pusat pendidikan seluruh dunia. Misalnya pada masa Khalifah Umar bin Khatab, selain pendidikan disediakan gratis, guru pun digaji tinggi, sekitar 15 dinar atau kurang lebih 30juta rupiah jika dikurskan dengan mata uang sekarang. Sarana prasarana pendidikan sangat diperhatikan. Salah satu universitas tertua di dunia, Al Azhar Mesir, masih menjadi tujuan utama para penuntut ilmu seluruh dunia.
Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan budaya Islam mampu mempengaruhi peradaban dunia. Jauh berbeda dengan sistem kapitalisme, negara islam tidak akan menjadikan pendidikan sebagai lahan bisnis. Pendapatan negara diambil dari berbagai sumber kekayaan yang dikelola sendiri oleh negara, tanpa campur tangan swasta asing sedikitpun. Dengan demikian, semua hasilnya bisa dinikmati oleh seluruh rakyat, salah satunya untuk biaya pendidikan. Hanya negara yang menerapkan sistem islam yang mampu mewujudkan mimpi pendidikan gratis dan berkualitas. Yang pada akhirnya mampu menciptakan kesejahteraan hakiki bagi seluruh umat manusia. Wallahu A'lam bishsawab.
Posting Komentar