Palestina dan Pengkhianatan Pemimpin Muslim
Oleh : Syamsam, S.S.,M.Si
Ketika gencatan senjata kembali digaungkan pada awal tahun tepatnya 19 Januari 2025, menuai berbagai macam reaksi dari Pemimpin negara Muslim khususnya negara Arab. Seperti halnya negara Qatar sebagai salah satu negara mediator atas gencatan yang terjadi. Qatar menaruh harapan baik akan terwujudnya perdamaian antara Palestina dan Israel. Namun, lagi dan lagi sebagaimana yang telah terjadi sebelum -sebelumnya, perjanjian kembali dilanggar dan dikhianati. Gencatan senjata tersebut dan negosiasi terkaitnya, kini telah dikesampingkan oleh serangan baru Israel terhadap Gaza.
Dilansir dari Al-Jazeera.com (4/5/2025). Kepala angkatan darat Israel, Eyal Zamir akan mengerahkan puluhan ribu tentara cadangan untuk memperluas serangan terhadap Jalur Gaza yang terkepung. Hal itu diperkuat dengan pernyataan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu yang berjanji untuk melanjutkan perang meskipun ada seruan dalam Israel untuk kesepakan agar tawanan Israel yang ditahan di Gaza dibebaskan."Kami akan menghancurkan semua infrastruktur (Hamas) di atas dan di bawah tanah." Tutur perdana menteri Israel.
Selain agresi militer yang menjadi jadi, blokade bantuan kemanusiaan, serta pencabutan listrik dan dihalanginya bantuan medis masuk ke wilayah Gaza semakin memperparah kondisi warga Palestina yang terkepung. Namun penguasa muslim baik negara yang berdekatan dengan Palestina maupun yang jauh tidak berkutik dan mengeluarkan sangsi tegas atas kejadian memilukan ini.
Padahal, berdasarkan Survei yang dilakukan oleh Arab Opinion Index pada tahun 2022 menunjukkan bahwa 84% warga negara Arab menolak normalisasi dengan Israel selama penjajahan Palestina berlanjut. Akan tetapi, hingga hari ini pemimpin negara Muslim seolah-olah hanya mengikuti keinginan Israel yang diaminkan dan didukung kuat oleh Amerika Serikat. Walau dilain waktu mengecam agresi militer Israel namun juga tetap melakukan normalisasi dan kerjasama terhadap Israel. Hal ini semakin menunjukkan bahwa langkah-langkah yang diambil oleh pemimpin Muslim tidak mencerminkan suara hati umat dan justru mengkhianati penjajahan yang dialami rakyat Palestina. Sebaliknya, umat Muslim di seluruh dunia merasa bahwa normalisasi justru mengkhianati nilai-nilai Islam dan hak-hak rakyat Palestina.
Nation State Penghalang Persatuan
Nation state (negara bangsa) telah mengubah pandangan kaum muslimin dan wajah dunia Islam, bukan berdasar pada nilai ukhuwah Islamiah dan ikatan akidah Islam. Melainkan lebih mementingkan kondisi dan kepentingan negara masing-masing.
Ini bermula dari perjanjian rahasia yang disepakati oleh Inggris dan Prancis pada 1916.Dalam perjanjian Sykes-Picot, Inggris dan Prancis sepakat untuk membagi wilayah tersebut menjadi zona pengaruh mereka masing-masing tanpa memperhitungkan aspirasi umat Islam di sana. Kekalahan Aliansi Poros pada Perang Dunia I membuat Khilafah makin terpojok dan membuka peluang bagi Inggris dan Prancis untuk memperbesar pengaruh mereka hingga Timur Tengah serta memperlemah Daulah Khilafah dengan berbagai konspirasi. Salah satunya ialah mengembuskan nasionalisme di kalangan bangsa Arab dan Turki agar terpecah belah dan memisahkan diri dari negara Khilafah. Sebagaimana yang terjadi saat ini. Walhasil, genosida yang terjadi di Palestina dan penjajahan kaum muslim lainnya bukanlah menjadi perkara yang mesti diselesaikan oleh Penguasa Muslim yang diluar dari batas teritorialnya.
Padahal,Islam mengajarkan kita untuk menjaga ukhuwah (persaudaraan) di antara umat Muslim. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an, “Sesungguhnya, orang-orang beriman itu bersaudara” (QS. Al-Hujurat: 10). Persaudaraan ini tidak hanya bermakna saling mendukung dalam keadaan damai, tetapi juga memberikan perlindungan dan pembelaan ketika ada penindasan. Nabi Muhammad Saw menegaskan hal ini dalam hadisnya, “Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya; ia tidak akan menzhaliminya atau menyerahkannya kepada musuh.” Hal ini menjadi dasar dan menguatkan untuk menjadikan ikatan Akidah Islam sebagai ikatan yang mampu mempersatukan kaum muslimin. Bukan ikatan nasionalisme yang sejatinya mencerai beraikan tubuh dan kekuatan kaum muslim.
Dakwah Pembebasan Palestina dengan Persatuan Sistem dan Kepemimpinan Islam
Penderitaan kaum muslim di Palestina tak kunjung berakhir. Sementara penjajah Zionis Israel justru makin brutal, berbuat di luar batas kemanusiaan. Hingga kecaman dunia tak dihiraukan.
Di sisi lain, para penguasa muslim tetap hanya mencukupkan diri dengan kecaman tanpa aksi nyata. Bahkan meski Umat Islam hari ini sudah mulai menyerukan jihad sebagai solusi. Sebagaimana pertemuan dan majelis ulama diberbagai negara menyerukan hal tersebut. Sebagaimana Allah memerintahkan umat islam memberi pertolongan pada saudaranya sesama muslim. Allah juga menyatakan umat muslim adalah bersaudara. Rasulullah saw. juga bersabda bahwa umat Islam adalah satu tubuh. Oleh karena itu wajib menolong saudaranya.
Akan tetapi, selama umat masih terikat pada nasionalisme warisan penjajah, mereka tidak akan pernah benar-benar bersatu, dan jihad pun tidak akan digerakkan.
Maka, umat Islam harus mencampakkan nasionalisme, menyadari bahwa penjajahan hanya bisa dihentikan dengan persatuan umat dalam satu kepemimpinan global. Serta
Umat wajib menyeru kepada semua muslim di seluruh dunia dengan seruan yang sama. Umat harus terus mengingatkan akan persatuan umat dan kewajiban menolong mereka. Umat harus bergerak menuntut penguasa muslim melaksanakan kewajiban menolong Palestina dengan melaksanakan jihad dan menegakkan pemerintahan Islam yang satu. Agar gerak umat muslim terarah maka harus ada yang memimpin gerakan tersebut. Pemimpin dakwah itu adalah jamaah dakwah ideologis yang menyerukan jihad dan tegaknya Kepemimpinan Islam. Para pengemban dakwah harus terus bergerak dengan mengerahkan seluruh kemampuannya agar persatuan umat terwujud dan berjuang bersama menegakkan Institusi Islam Global agar persoalan umat termasuk palestina segera terselesaikan dan kehidupan islam dapat dilangsungkan kembali.
Oleh karena itu, untuk membentuk kesadaran politik secara kolektif membutuhkan perjuangan kelompok dakwah ideologis yang konsisten menyampaikan kebenaran Islam, membongkar makar kafir penjajah, dan menyuarakan bahwa solusi hakiki bagi Palestina adalah terwujudnya persatuan sistem dan kepemimpinan seluruh Ummat Muslim di seluruh dunia. Sehingga dengan hal itu akan mampu melindungi negeri-negeri Islam dari kezaliman dan penjajahan sebagaimana yang pernah diwujudkan oleh Rasulullah ﷺ di Madinah. Wallahu 'alam
Posting Komentar