-->

Menjadi Pintar, Tak Cukup Sekedar Rajin Belajar


Oleh : Zahra K.R (Aliansi Penulis Rindu Islam)

Banyak yang bilang jika ingin pintar, maka harus rajin belajar. Namun, apakah cukup hanya dengan belajar saja, mampu membuat generasi memiliki wawasan luas dan ilmu yang cemerlang? Sementara, sarana dan prasarana yang mereka dapatkan tidak memadai, kurikulum pendidikan yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan, akses layanan pendidikan pun belum tersebar merata, bahkan untuk memperoleh bangku pendidikan terbaik saja harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit?

Padahal, pendidikan tidak hanya berperan untuk memotori ilmu dan pengetahuan saja, melainkan juga sebagai pembentuk karakter bagi setiap individu agar mampu menjadi pribadi yang bijaksana dan mampu mengarahkan potensi dirinya pada arah yang benar. Sebab itu, pendidikan sangat berperan dalam pembentukan individu secara menyeluruh. Sehingga, pendidikan yang dibutuhkan tidak hanya pendidikan yang hanya mampu memperkuat aspek kognitif saja, melainkan juga aspek afektif dan spiritual. (Setneg.go.id 19/08/2024)

Tetapi, pendidikan yang seperti itu belum ada. Karena, masih banyak generasi muda hari ini yang bingung dan tidak tahu arah untuk menentukan hidupnya. Rendahnya masa pendidikan generasi adalah salah satu faktor penyebabnya. Jika hal ini tidak segera diatasi, maka masa depan generasi akan terancam bahaya. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024 kemarin, telah menampilkan bahwa rata-rata lama jenjang waktu dalam menempuh pendidikan oleh masyarakat Indonesia pada usia 15 tahun ke atas hanya setara dengan sekolah menengah pertama (SMP), dimana perkiraan jangka waktu tempuhnya hanya 9,22 tahun tahun. Hal ini menunjukkan jika masih banyak dari generasi muda Indonesia yang belum melanjutkan pendidikannya hingga ke jenjang yang lebih tinggi. (Beritasatu.com 02/05/2025)

Mengapa hal itu bisa menimpa generasi saat ini? Ternyata, ada beberapa faktor yang membuat generasi belum bisa melanjutkan pendidikannya. Salah satunya adalah lemahnya komitmen pemerintah dalam memberikan akses layanan pendidikan yang tersebar merata ke seluruh wilayah. Menanggapi hal ini, Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, mengatakan bahwa berbagai upaya harus diberikan demi memberikan layanan pendidikan yang merata di Tanah Air. Untuk mewujudkan hal itu, dibutuhkan adanya sebuah komitmen yang kuat dari para pemangku kekuasaan baik di tingkat pusat maupun daerah, selain itu peran masyarakat pun juga tidak kalah penting. (Metrotvnews.com 06/04/2025)

Namun, hingga saat ini masalah pendidikan generasi masih belum terselesaikan. Hal ini, dikarenakan pendidikan di dalam sistem Kapitalisme dijadikan sebagai barang komoditas yang dengan mudah diperjual-belikan. Sehingga, akses pendidikan yang diberikan tergantung pada kemampuan ekonomi masing-masing masyarakat. Bagi masyarakat yang ingin pendidikan dengan fasilitas memadai, maka mereka dipaksa untuk mengeluarkan biaya mahal. Sedangkan banyak dari masyarakat saat ini yang menghadapi kesulitan ekonomi. Tingkat kemiskinan yang tinggi menyulitkan mereka untuk menempuh pendidikan, bahkan untuk pendidikan dasar.

Berbagai program yang diberikan negara, seperti beasiswa, KIP, dan bantuan lainnya diharapkan mampu menjadi solusi. Tetapi, realitanya tidak menunjukkan hal itu. Nyatanya, masih banyak generasi muda hari ini yang bahkan putus sekolah hingga bertahun-tahun tanpa adanya bantuan maupun dari pemerintah untuk kembali menempuh bangku pendidikan. Rupanya, program tersebut hanya terbatas ke sebagian masyarakat saja, tidak meluas ke seluruh kalangan masyarakat. Karena, masih banyak masyarakat khususnya di daerah terpencil yang sama sekali belum pernah menempuh bangku pendidikan, terutama di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar).

Biaya mahal, swastanisasi, kurikulum pasar, dan ketimpangan akses menjadikan sistem pendidikan dalam kapitalisme hanya sebagai alat pencetak tenaga kerja yang murah, sehingga pendidikan seolah tidak lagi menjadi hak dasar bagi rakyat. Terlebih lagi, hal itu justru diperburuk oleh efisiensi anggaran. Inilah bukti potret buruknya sistem pendidikan dalam penerapan sistem kapitalisme sekuler. Akibatnya, umat dan generasi tidak mampu menempuh pendidikan yang terjamin.

Berbeda dengan sistem pendidikan dalam Islam. Islam dengan sepaket aturan yang lengkap dan paripurna, mampu memberikan aturan terbaik bagi masa depan umat, khususnya dalam ranah pendidikan. Sistem Islam yang diterapkan dalam sebuah institusi bernama Khilafah, menjadikan pendidikan berhak dimiliki setiap umat, baik kaya maupun miskin. Karena, di dalam Islam, pendidikan merupakan tanggungjawab negara yang harus diberikan kepada umat secara cuma-cuma dan merata hingga ke pelosok-pelosok daerah tanpa terkecuali. Kurikulum pendidikan yang diberikan pun merupakan kurikulum terbaik dengan sarana dan prasarana yang lengkap.

Pendidikan di dalam sistem Islam memiliki peran penting dalam pembentukan manusia yang berilmu cemerlang, berwawasan luas, berketerampilan tinggi hingga mampu mencetak pribadi-pribadi yang memiliki aqidah kuat, bertaqwa, dan bersyakhshiyyah Islam. Jangka waktu yang dibutuhkan dalam menempuh pendidikan pun tidak dibatasi oleh Islam dan tidak memiliki durasi tertentu. Karena, Islam mewajibkan setiap individunya untuk menuntut ilmu hingga akhir hayat. Namun, dalam menuntut ilmu agama kewajibannya berbeda dengan menuntut ilmu dunia. Untuk menuntut ilmu agama, dihukumi fardhu a'in yaitu wajib bagi setiap individu Muslim. Sedangkan, dalam menuntut ilmu dunia dihukumi fardhu kifayah, dimana kewajiban tersebut akan gugur ketika ada sebagian kaum muslim yang sudah menunaikannya. 

Walaupun begitu, kemampuan ilmu duniawi yang dimiliki generasi Muslim di masa kepemimpinan Islam, tetap menjadi nomer 1 terbaik di seluruh dunia. Hal itu dibuktikan oleh banyaknya ilmuwan dan profesor yang lahir dari sistem pendidikan Islam. Hingga pada masa itu, peradaban Islam menjadi satu-satunya peradaban yang mampu menyinari dunia. Peradaban yang mampu menyelamatkan peradaban kelam manusia, menuju peradaban yang gemilang dengan cahaya Islam. 

Output generasi dalam Khilafah yang berpendidikan tinggi ini, tentunya tidak lepas dari tanggungjawab seorang khalifah. Khalifah yang merupakan seorang pemimpin, berperan sebagai ra'in (pengurus) rakyat dalam setiap urusan mereka. Pemimpin dalam Islam tidak abai terhadap amanah dan tanggungjawabnya. Karena, mereka memimpin bukan atas dasar ingin mencari materi atau keuntungan, melainkan atas dasar ketaqwaan yang telah tertanam kuat dalam dirinya. Sehingga, ia mampu menjalankan peran dengan upaya terbaiknya. 

Khilafah juga mampu menjamin pendidikan rakyatnya sepaket dengan segala keperluan yang dibutuhkan dengan kualitas terbaik. Hal itu dikarenakan, Khilafah memiliki sumber dana yang mumpuni yang diambil dari Baitul Mal, khususnya dari pos kharaj, fa'i, dan kepemilikan umum. Sehingga, segala keperluan yang dibutuhkan rakyat akan terjamin. 

Dengan demikian, menjadi pintar tak cukup hanya sekedar rajin belajar. Rajin belajar memang penting. Namun, segala hal yang mendukung suksesnya dalam kegiatan belajar dan mengajar juga tak kalah penting. Oleh karena itu, Khilafah tidak pernah meremehkan atau bahkan abai terhadap pendidikan umat. Karena, sistem pendidikan yang benar, berkualitas, dan terjamin akan menjadi awal keberhasilan dalam menentukan arah kehidupan. 

Wallahu a'lam bish-shawwab.