-->

Kapitalisme Gagal Lindungi Gizi Rakyat, Khilafah Hadir sebagai Solusi


Oleh : Fitri Kamage

Program Makan Bergizi Gratis atau yang dikenal dengan MBG kembali memakan korban. Menurut CNN Indonesia, jumlah korban keracunan yang diduga akibat mengonsumsi makanan bergizi gratis (MBG) di Kota Bogor bertambah menjadi 210 orang, berdasarkan perkembangan kasus hingga 9 Mei 2025.

"Total perkembangan kasus dugaan keracunan makanan dari tanggal 7–9 Mei 2025, secara kumulatif total korban yang tercatat sebanyak 210 orang," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor, Sri Nowo Retno, dalam keterangan tertulis, Minggu (11/5).
(Sumber: CNN Indonesia)

MBG adalah program makan siang gratis di Indonesia yang dicetuskan pada masa pemerintahan Prabowo Subianto. Program ini dirancang untuk membangun sumber daya manusia unggul, menurunkan angka stunting (tengkes), mengurangi tingkat kemiskinan, serta menggerakkan roda ekonomi masyarakat. Program ini mulai digulirkan sejak 6 Januari 2025 di 26 provinsi di Indonesia dengan target penerima siswa-siswi PAUD hingga SMA, serta ibu hamil dan menyusui. Program ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada 82,9 juta penerima.

Namun, alih-alih mewujudkan tujuan mulia tersebut, kenyataannya banyak terjadi penyimpangan di lapangan. Mulai dari kurangnya anggaran, maraknya praktik korupsi, hingga banyaknya vendor yang akhirnya gulung tikar. Terbaru, muncul kasus keracunan makanan yang menyasar para siswa.

Dari kasus ini, kita dapat melihat minimnya peran negara dalam menjaga kesehatan dan kesejahteraan rakyatnya. Alih-alih memperbaiki akar masalah, negara justru mengeluarkan kebijakan yang membuat masyarakat geleng kepala. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bahkan berencana mengasuransikan program MBG sebagai bentuk proteksi atas risiko keracunan. (Sumber: Bisnis.com)

Hal ini membuktikan bahwa program MBG adalah bagian dari praktik industri kapitalis yang lebih mengutamakan keuntungan daripada keselamatan dan kesehatan rakyat. Setiap sisi dari program ini diupayakan agar menghasilkan keuntungan dan menjadi ladang bisnis yang menggiurkan.

Rencana pengasuransian program MBG justru menunjukkan bahwa negara ingin lepas tangan dari segala risiko yang mungkin timbul, termasuk kasus keracunan. Bukannya mencari solusi preventif yang benar-benar melindungi rakyat, negara justru mengkomersialisasi risiko yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya.

Negara yang menerapkan sistem kapitalisme terbukti gagal dalam melindungi gizi rakyat. Pasar bebas membiarkan produk-produk makanan dari luar negeri masuk ke Indonesia tanpa pengawasan ketat. Produk-produk ini kerap tidak jelas standar kebersihan, kesehatan, bahkan kehalalannya. Namun tetap saja dapat masuk dan beredar dengan mudah.

Kapitalisme juga gagal dalam menyejahterakan rakyat. Hal ini terbukti dari minimnya lapangan pekerjaan dan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terus terjadi akhir-akhir ini. Padahal, sejatinya ketika rakyat hidup sejahtera, maka setiap keluarga mampu memenuhi kebutuhan pangan bergizi setiap hari.

Dengan gagalnya negara yang menerapkan sistem kapitalisme, maka tidak ada solusi lain selain kembali kepada syariat Islam dalam naungan Daulah Khilafah.

Mengapa Harus Khilafah?

Karena Khilafah adalah sistem yang mengatur seluruh aspek kehidupan dengan berorientasi pada kemaslahatan rakyat. Khilafah menerapkan syariat Islam yang diturunkan oleh Allah Swt. melalui Rasulullah Muhammad saw. Sistem ini menjadikan negara sebagai pengurus (raa’in) dan pelindung (junnah) bagi rakyatnya.

Khilafah akan bertanggung jawab penuh terhadap pemenuhan gizi dan kesehatan masyarakat, tanpa menyerahkannya kepada mekanisme pasar atau korporasi.

Selain itu, sistem ekonomi Islam dalam Khilafah menjamin terbukanya lapangan kerja yang luas melalui pengelolaan sumber daya alam yang melimpah dan pembangunan sektor-sektor produktif. Rakyat dalam Daulah Khilafah akan mampu bekerja dan mencukupi kebutuhannya sendiri. Bagi mereka yang tidak mampu bekerja, seperti lansia dan kaum lemah lainnya, jika keluarganya tidak mampu menanggung, maka negara (Daulah Khilafah) yang akan memenuhi kebutuhannya.

Wallahu a’lam bish-shawab.