IMAM MASJID DIBUNUH DENGAN 50 TUSUKAN LEBIH, KAPITALISME GAGAL MELINDUNGI UMAT!
Oleh : Eki Efrilia (Pegiat Literasi)
Kasus pembunuhan seorang Muslim di Perancis bernama Aboubakar Cisse pada tanggal 25 April 2025 meninggalkan kesedihan bagi kita semua. Beliau ditusuk sebanyak 57 kali oleh pelaku yang diketahui bernama Olivier Hadzovic (warganegara Perancis keturunan Bosnia) pada sebuah masjid di sana (www.cnnindonesia.com, 28/4/2025).
Yang sangat menyedihkan, si pelaku berpura-pura meminta diajarkan sholat, tapi ternyata saat korban sujud, pelaku menikamnya berkali-kali tanpa ada rasa kasihan sedikitpun. Hal ini bisa dilihat dari hasil rekaman CCTV masjid, yang saat ini telah beredar di beberapa media online, termasuk di Instagram dakwahideologisofficial.
Si pelaku ternyata sempat melarikan diri ke Italia dan menyerahkan diri ke kepolisian setempat. Saat ini ia menunggu ekstradisi ke Perancis untuk diadili.
Sayangnya, sepertinya ada indikasi-indikasi kalau si pelaku bakal mendapat hukuman ringan, bahkan bisa bebas setelah ada "suara-suara" yang bisa mempengaruhi peradilan yang mengadili nantinya bahwa si pelaku "gila". Sudah jamak dalam sebuah peradilan, apabila si pelaku terbukti "gila" maka ia bisa dibebaskan dari tuntutan pidana karena ia dianggap melakukan kejahatan di luar kesadaran atau mentalnya terganggu. Bahkan ada seorang jaksa Perancis yang telah mengklaim si pelaku bukanlah teroris (www.tempo.co, 3/5/2025).
KAPITALISME BUKANLAH PELINDUNG SEJATI
Apabila banyak muncul "suara-suara" yang mengklaim pelaku bukan teroris, maka sama seperti kejadian-kejadian sebelumnya yang terjadi di sana, pemerintah Perancis untuk yang kesekian kalinya seakan-akan berusaha menolak tudingan bahwa di negara tersebut terjadi islamofobia. Padahal kejadian mengenaskan bagi umat Islam di wilayah tersebut bukan hanya terjadi pada almarhum Aboubakar Cisse, tapi banyak terjadi jauh sebelumnya. Diskriminasi terhadap kaum Muslim sudah sering terjadi di sana bahkan selain masalah keamanan, ada diskriminasi lain bagi kaum Muslim. Menurut Yasser Louati, seorang analis politik asal Perancis, muslim di negara itu juga didiskriminasi dalam pendidikan, pekerjaan, perumahan serta akses layanan kesehatan (www.kompas.tv, 14/3/2023).
Dalam laman mui.or.id, Profesor Sudarnoto Abdul Hakim (Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional Majelis Ulama Indonesia) menyatakan bahwa islamofobia saat ini telah menjadi krisis global yang mengancam kehidupan sosial, stabilitas dan keberlangsungan hak-hak personal dan publik. Menurut beliau, islamofobia sekarang terjadi dalam berbagai bentuk seperti pelecehan Al Qur'an, bullying (perundungan) terhadap umat Islam dan genosida.
Profesor Sudarnoto mendorong semua pihak melawan islamofobia dan menyayangkan terjadinya aksi islamofobia di Perancis, menurutnya dengan semboyan Perancis liberte (kebebasan), egalite (kesetaraan) dan fraternities (persaudaraan) sudah seharusnya Perancis menjamin kebebasan beragama. Ia meminta, agar para pelaku islamofobia ditangkap dan dihukum sebagai bukti bahwa Perancis menerapkan semboyannya tersebut.
Permintaan Profesor Sudarnoto tentu saja sulit dipenuhi oleh Perancis, karena sejauh ini, aksi kebencian kepada Islam di sana seperti ada "pembiaran". Hal ini bisa terjadi karena seperti negara-negara yang lain, Perancis adalah negara pengusung kuat Kapitalisme, yaitu sebuah sistem yang meletakkan keuntungan materi atau harta di atas segala-galanya. Sesuatu yang tidak menguntungkan negara dan bahkan mereka khawatirkan akan mengancam keberlangsungan sistem kapitalis di negara tersebut, sudah pasti akan mereka libas. Mereka tahu, Islam bukan hanya sebuah agama atau keyakinan saja tapi Islam adalah sebuah sistem kehidupan yang khas, yang merupakan kebalikan dan sangat bertentangan dengan kapitalisme. Mereka khawatir Islam akan kembali bangkit dan para pengusung kapitalisme akan tersingkir dengan sendirinya.
Sebuah harapan kosong, apabila kita berharap Perancis dengan Kapitalisme-nya akan melindungi umat Islam khususnya, karena sejatinya Kapitalisme adalah musuh dari Islam.
ISLAM ADALAH RAHMATAN LIL ALAMIIN
Sikap Pemerintah Perancis yang "membiarkan" Islamofobia terjadi di negaranya tersebut seperti lupa akan sejarah. Padahal dalam sejarah, berulangkali Kekhilafahan Islam memberi pertolongan kepada Perancis. Seperti kisah sejarah yang tertuang dalam portal-islam.id di mana di sana dikisahkan bahwa Sultan Sulaiman Al Qanuni, yang merupakan Sultan ke 10 Kekhilafahan Turki Utsmani pernah menyelamatkan Raja Perancis I dari tiang gantungan musuhnya. Aksi heroik tanpa meminta imbalan tersebut dilakukan pada peperangan Pavia pada tahun 1525.
Kebaikan sang Sultan tidak hanya sampai di situ saja, beliau pernah mengirimkan 100.000 keping emas kepada raja Perancis tersebut agar bisa beraliansi dengan pangeran Inggris dan Jerman.
Juga sepanjang abad 16 tersebut, Kekhilafahan Utsmani mengirimkan Angkatan Laut-nya di perairan Perancis untuk mengusir serangan dari Kekaisaran Habsburg (Kekaisaran dengan kekuasaan yang luas yaitu Austria, kekaisaran Romawi Suci, Spanyol dan koloni di Amerika).
Menilik sejarah, berarti Perancis seperti "kacang lupa kulitnya", tidak tahu terimakasih kepada "penolongnya".
Tapi memang seperti itulah sikap para pengusung Kapitalisme, yang berusaha menghapus jejak sejarah, agar ia tetap berkuasa dan merajai dunia.
Kisah sejarah di atas membuktikan bahwa Islam pernah sangat kuat di masa lalu. Hal ini bisa terjadi karena Islam dijadikan sebuah Mabda (Ideologi) bagi para pemeluknya dan bukan sebagai agama mahdhoh seperti sekarang ini. Agama mahdhoh adalah agama yang hanya mengatur secara ritual saja seperti tatacara ibadah sholat, puasa, zakat dan lain-lain. Akan tetapi, sudah seharusnya Islam dipandang sebagai sebuah sistem kehidupan yang mengatur manusia hidup di dunia, dari bangun tidur sampai tidur lagi. Selain mengatur tentang peribadatan, Islam juga telah mengatur dengan rinci tentang sistem sanksi, ekonomi, pendidikan, keamanan, politik dan lain sebagainya. Apabila Islam dilaksanakan sebagai sistem kehidupan yang utuh, maka kebangkitan Islam akan terwujud dan akan mampu menguasai dunia kembali, otomatis juga dihormati oleh seluruh bangsa di dunia, seperti contoh kepemimpinan Sultan Sulaiman al Qanuni di atas. Beliau hanya salah satu dari sebagian besar pengikut Nabi Muhammad Saw. yang mengukir tinta emas Peradaban Islam. Sesungguhnya peradaban Islam mampu tegak selama 13 abad, yang dimulai dari didirikannya Kekhilafahan Islam oleh Nabi Muhammad Saw. dengan beribukota Madinah Al Munawarrah sampai terakhir di bawah kepemimpinan Sultan Hamid II, Khalifah Turki Utsmani yang digulingkan oleh Mustafa Kemal Laknatullah sehingga Khilafah runtuh dan Turki berubah menjadi negara Republik.
Sudah menjadi kewajiban bagi seluruh kaum muslimin, untuk lepas dari segala keterpurukan dan diskriminasi musuh-musuh Islam, berupaya kuat mengembalikan kehidupan Islam sehingga menjadi rahmatan lil alamiin bagi umat manusia, dengan jalan berdakwah. Dakwah tersebut adalah dakwah untuk mengembalikan kehidupan Islam yang harus dilaksanakan secara kaffah (menyeluruh), sampai kekhilafahan Islam tegak kembali seperti janji Allah Swt. dalam sabda Nabi Muhammad Saw. sebagai berikut:
تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ
"Di tengah-tengah kalian terdapat zaman kenabian, atas izin Allah ia tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti minhaj kenabian. Ia ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) yang zalim; ia juga ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya.
Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) diktator yang menyengsarakan; ia juga ada dan atas izin Alah akan tetap ada. Selanjutnya akan ada kembali Khilafah yang mengikuti minhaj kenabian." Beliau kemudian diam.
(HR Ahmad dan Al-Bazar)
Wallahu'alam bishshowwab
Posting Komentar