-->

Disfungsi Perlindungan Keluarga Dalam Sistem Kapitalisme

Oleh : Dinda Kusuma W T

Sungguh tragis nasib yang dialami empat orang balita di Kendari, Sulawesi Tenggara. Keempat balita tidak berdosa tersebut terpanggang dalam sebuah kebakaran hebat dirumahnya. Pasalnya, sang ibu (SA/23) yang merupakan seorang janda, meninggalkan keempat balitanya untuk membeli makanan bersama kekasihnya. Pergi selama kurang lebih 4 jam, sampai dirumah sang ibu mendapati rumahnya terbakar bersama 4 balitanya. Dua anak meninggal di tempat ditemukan saling berpelukan, sedangkan dua lainnya sempat dibawa kerumah sakit namun salah satunya meninggal dunia dalam perawatan. Hanya satu orang balita yang saat ini sedang kritis berjuang dengan luka bakar disekujur tubuhnya (TribunLampung.co.id, 10/ 05/ 2025).

Tentu saja, tidak sulit di tebak, netizen Indonesia ramai-ramai menghujat keteledoran si Ibu yang tega meninggalkan empat anaknya yang masih balita hingga 4 jam hanya dengan alasan membeli makanan. Jelas, si ibu memang sangat bersalah. Namun, ada banyak hal yang luput dari perhatian masyarakat indonesia. Bahwa sang ibu adalah orang tua tunggal yang terbilang belia harus merawat empat buah hatinya seorang diri. Tidak bisa dipungkiri kondisi tersebut pasti tidak mudah dihadapi secara fisik dan mental. Terlebih di era kapitalisme saat ini, janda sering kali luput dari perhatian. Alih-alih mendapat perlindungan dan pembiayaan dari negara, seorang wanita justru dituntut bekerja dengan dalih emansipasi dan pemberdayaan wanita.

Disisi lain, fitrah seorang wanita memang ingin selalu dicintai dan dilindungi. Pada era sekulerisme sekarang, fitrah itupun tergerus, wanita dituntut mandiri. Kehormatannya tidak lagi dijaga dan dilindungi sehingga muncul tren pacaran dan “kumpul kebo”. Ketiadaan iman dan penjagaan dari negara pada akhirnya berujung pada berbagai tragedi.

Inilah buah dari penerapan kapitalisme dan sekulerisme. Jauhnya individu dan masyarakat dari aturan agama, terutama islam, telah menimbulkan berbagai masalah dan kesengsaraan. Rapuhnya mental para ibu dibarengi minimnya ilmu, terutama ibu muda karena jauh dari syariat sebagai efek sekularisme yang telah mendarah daging. Alhasil, iman tidak kuat dan penjagaan jiwa tidak teraih. Padahal, ibu adalah pilar utama kemajuan sebuah negara. Di tangannyalah masa depan generasi bangsa bertumpu.

Sejatinya, seorang ibu membutuhkan support system dari suami, keluarga, maupun masyarakat sekitar dalam proses hadhanah dan tarbiyah anak. Apabila seorang ibu berstatus janda, maka nafkahnya ditanggung oleh wali, mantan suaminya juga masih wajib memberi nafkah untuk anak-anaknya yang masih balita. Dalam islam, apabila seorang wanita tidak menemukan wali untuk menafkahi diri dan anak-anaknya, maka negara wajib memberikan periayahan secara penuh. Dengan demikian, ibu hanya fokus untuk merawat dan mendidik anaknya.

Islam memiliki aturan kehidupan yang sempurna dan menyeluruh, untuk mengatur kehidupan dunia, dan menetapkan adanya pertanggungjawaban di akhirat. Dengan demikian, manusia terjaga dalam fitrahnya sebagai manusia yang merupakan sebaik-baik ciptaan. Untuk masalah keibuan yang kini mulai luntur, marilah sejenak kita kembali kepada Islam. Agama yang paripurna dalam mengurusi hidup manusia. Islam adalah rujukan segala sumber ilmu dan strategi menjalani hidup.

Setidaknya, bila diurai hanya ada dua problem mendasar yaitu pertama, sistem kapitalisme-sekuler yang mengakar di tengah kehidupan masyarakat. Di mana sistem ini mendoktrin manusia untuk cenderung melupakan Tuhan ketika mengatur kehidupan. Dalam sejarah peradaban Islam, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam dan Khulafaur Rasyidin menganggap seorang wanita itu sungguh mulia dengan posisinya sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Kita bisa melihat sosok ibu hebat yang bisa mengantarkan anak-anaknya menjadi pejuang kemuliaan Iqisa melihat sosok ibu hebat yang memotivasi buah hatinya agar bersemangat dalam mempelajari Islam dan Al-Qur’an dalam diri ibunda Imam Syafi’i.

Sudah saatnya umat ini kembali kepada aturan atau sistem agama yang benar. Yakni sistem (aturan) yang datang dari Sang Maha Pencipta, sistem Islam. Islam merupakan satu-satunya agama yang diridhoi Allah. Singkirkan racun pemisahan agama dari kehidupan dunia. Sesungguhnya manusia itu butuh agama. Butuh sistem (aturan) dari Rabb Sang Pencipta manusia dan alam semesta. Allah sebagai pencipta manusia dan alam semesta tak mungkin salah dalam memberikan aturan. 
Wallâhu a’lam bish-shawâb.