-->

Berbuat Curang Demi Kesuksesan, Bukti Kapitalisme Gagal Mencetak Generasi Berkarakter

Oleh : Alimatul Mufida (Mahasiswi)

Dikutip dari laman detik. com, pelaksanaan UTBK SNBT 2025 baru memasuki pekan kedua. Namun, telah terdeteksi berbagai modus kecurangan dalam seleksi masuk perguruan tinggi negeri tersebut. Setidaknya ditemukan ada sekitar 50 peserta yang melakukan praktik kecurangan. 10 joki ujian juga ditangkap basah. 13 titik lokasi UTBK terkonfirmasi ditemukan adanya berbagai praktik kecurangan.

Pelaku-pelaku kecurangan ini memiliki berbagai modus dalam menjalankan aksinya, tentunya dengan memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada. Modus-modus ini diantaranya adalah mengambil soal, memberikan jawaban kepada peserta, menggantikan posisi peserta bahkan lebih parah lagi membobol jaringan UTBK. Kursi PTN impian diamankan dengan jalan menyebarkan soal ujian dan juga menyewa joki dengan tarif yang relatif mahal.

Seleksi masuk perguruan tinggi ini sarat terjadi praktek-praktek kecurangan dan ini sudah menjadi suatu tradisi. Tahun demi tahun hampir tidak pernah absen dari tradisi ini dengan berbagai macam variasi, ditambah lagi semakin canggihnya teknologi justru memperluas peluang untuk berbuat curang. Berbuat kecurangan tanpa memikirkan dampak buruk yang ditimbulkan. Bahkan  pahala atau dosa sudah tidak lagi menjadi perhatian. Perkara halal haram tidak lagi dipertimbangkan, semua diterjang mencapai sebuah kesuksesan. Lantas kesuksesan seperti apa yang sebenarnya diidam-idamkan itu? 

Standar kesuksesan di mata kapitalisme hanya sebatas materi. Seperti sebagus apa universitas tempat menempuh pendidikan, di mana ia kerja, seberapa besar slip gaji yang diterima, dan sederetan standar kesuksesan yang bersandar pada prestise duniawi. Semuanya bersifat individualistis, tidak peduli dengan kondisi orang lain alias mengedepankan ego.

Gambaran sistem pendidikan yang individualistis dan berorientasi pada materi  tetapi abai pada perkara halal dan haram merupakan buah dari sistem hidup yang rusak dan merusak yang saat ini tengah diterapkan. Sistem yang menjadikan ukuran keberhasilan/ kebahagiaan  berorientasi pada hasil/ materi saja, tidak peduli akan nasib orang lain, tetapi “semuanya demi aku”. Kecurangan nampak menjadi hal yang lumrah. Sebaliknya, keadilan, kejujuran, dan sikap saling tolong menolong antar individu sanagat jarang ditemukan. Kapitalisme nyatanya telah gagal mencetak generasi yang berkepribadian tangguh.

Berbeda halnya saat hukum Islam diterapkan. Masyarakat akan berlomba-lomba dalam hal kebaikan, menuntut ilmu dalam rangka mencerdaskan diri dan juga umat. Menerapkan keilmuan yang di dapat untuk memudahkan umat dalam mencapai taat, saling berpegangan tangan dalam meraih surga-Nya. Kebutuhan pokok tercukupi, pendidikan gratis, kesehatan gratis, akses pada sumber ilmu juga mudah, maka pemicu untuk menjadi berilmu bukan lagi sebatas prestise duniawi maupun untuk mendapatkan materi semata, tetapi untuk kejayaan umat dan ridha Allah. Negara Islam akan memastikan agar setiap individu senantiasa terikat dengan aturan Allah di manapun berada dan kapanpun. 

Sistem Pendidikan Islam berasaskan akidah murni dan lurus yang mencetak generasi unggul dan berkepribadian Islam. Senantiasa terikat pada hukum syara’, memiliki kecakapan mumpuni yang mengantarkan generasi kepada pribadi-pribadi yang mampu menjadi agen perubahan. Dengan kepribadian islam yang kuat maka kemajuan teknologi akan dimanfaatkan sesuai dengan tuntunan Allah SWT. Keberadaan teknologi yang canggih akan digunakan untuk kemaslahatan umat dan juga untuk meninggikan kalimat Allah Azza wajalla. Wallahu a'lam bishawab. []