Relokasi Warga Gaza bukan Solusi Paripurna
Oleh : Aqidah
Rencana Presiden terpilih Prabowo Subianto mengevakuasi 1.000 warga Palestina korban perang Israel-Hamas di Jalur Gaza memicu kontroversi. Pengamat menganggap wacana itu sebagai blunder yang bisa memicu protes dari dalam dan luar negeri. Alasannya, rencana kontroversial ini muncul ketika masyarakat Indonesia sedang resah dengan berbagai masalah ekonomi dan politik, juga dikhawatirkan memantik protes dari luar negeri. Merelokasi warga Gaza diyakini berpotensi memupus harapan kemerdekaan Palestina. Belum ada yang bisa menjamin warga Gaza yang direlokasi dapat kembali ke tanah airnya.( BBC.com.id 11/04/25 ).
Sebagian publik menyambut rencana ini sebagai bentuk kepedulian kemanusiaan. Akan tetapi dari perspektif ideologi Islam, pernyataan ini tidaklah tepat. Rencana ini sebenarnya akan melancarkan agenda penjajah Zionis juga pengusiran permanen atas rakyat Palestina dari tanah airnya. Evakuasi bukanlah solusi, melainkan pelarian dari kenyataan pahit yang terjadi. Hal ini justru kontra-produktif terhadap seruan jihad hari ini yang semakin menggelora di tengah kesadaran umat manusia di seluruh penjuru dunia, solusi tuntas memberangus penjajahan Zionis atas Palestina hanya dengan konfrontasi militer terhadap penjajah. Jihad adalah solusi tegas dan jelas bahwa tanah Palestina bukan barang dagangan yang bisa dikompromikan, bukan pula ladang diplomasi bagi elite negara-negara boneka yang duduk nyaman di forum-forum internasional. Bukan warga Gaza yang dievakuasi tetapi Zionis lah yang harus diusir dari tanah yang mereka rampas secara brutal sejak tahun 1948.
Evakuasi ini erat kaitannya dengan permainan elite geopolitik global. Di balik rencana evakuasi ini, terselip agenda tekanan ekonomi. Amerika Serikat baru-baru ini menaikkan tarif impor dari Indonesia, dan Indonesia berhasil bernegosiasi terkait kebijakan ini, yang bisa jadi dijadikan alat barter dengan cara menerima warga Gaza sebagai bentuk “kompensasi diplomatik”. Inilah buah simalakama negeri yang tak mandiri, negeri yang pengekor dan pesakitan di hadapan sistem kapitalisme global. Kedaulatan hanya ilusi dalam negara yang seluruh keputusannya ditentukan oleh tekanan asing.
Hal ini menunjukkan kegagalan sistem demokrasi sekuler. Di tengah penderitaan umat Islam di Palestina, para pemimpin Muslim justru bersikap pasif, bersembunyi di balik jargon nasionalisme dan dalih “tidak ikut campur urusan negara lain”. Padahal Palestina adalah urusan kita. Darah mereka adalah darah kita. Rasulullah saw. pernah bersabda bahwa umat Islam itu seperti satu tubuh. Lantas, mengapa saat ini kita hanya diam menyaksikan salah satu bagiannya dibombardir oleh peluru dan rudal?
Sikap para pemimpin muslim merupakan bentuk pengkhianatan. Mereka lebih takut pada sanksi ekonomi daripada takut kepada Allah. Mereka lebih tunduk pada Piagam PBB daripada pada perintah jihad. Mereka adalah buah hasil sistem demokrasi sekuler yang rusak dan merusak.
Kita harus katakan dengan tegas bahwa selama sistem demokrasi liberal yang menguasai dunia, selama itu pula Palestina tidak akan pernah bebas dari cengkraman penjajah Zionis. Dewan Keamanan PBB, Liga Arab, Organisasi Kerja Sama Islam hanya menjadi panggung sandiwara. Umat Islam harus segera mengeluarkan dari lingkaran yang penuh kepalsuan ini.
Satu dan hanya satu solusi bagi Palestina adalah jihad fi sabilillah dan jihad itu harus terorganisir secara politik dalam negara Khilafah Islamiyah. Hanya Khilafah yang memiliki legitimasi syar’i untuk mengirimkan pasukan ke Palestina. Hanya Khilafah yang akan menolak tekanan asing dan menyambut seruan jihad sebagai kewajiban, bukan ancaman. Khilafah adalah janji Allah dan kabar gembira dari Rasul-Nya.
Maka Kaum muslim harus menolak rencana evakuasi ini dengan tegas. Suarakan dan serukan kepada penguasa negeri-negeri Muslim untuk mengirimkan pasukan, bukan pesawat evakuasi. Terus bangkitkan semangat jihad, bukan pelarian. juga, umat harus semakin menguatkan perjuangan menegakkan Khilafah.
Karena hanya dengan jihad dan Khilafah, Palestina akan benar-benar bebas dari cengkeraman penjajah. Oleh karena itu, saatnya kita menyudahi ilusi demokrasi, menanggalkan topeng kemanusiaan palsu, dan kembali kepada jalan yang telah Allah tetapkan dengan jihad, dan Khilafah. Inilah solusi yang benar, dan hanya inilah jalan menuju kemenangan.
Posting Komentar