-->

Menjadi Pemuda Anti Maksiat

Oleh Putri Fika

Zaman sekarang, sebagian pemuda ada yang meluangkan waktu mereka untuk berfoya-foya, pergi ke club, bioskop, ataupun makan di restoran yang ternama dan hits, tidak memastikan kehalalan dan apakah tempat itu adalah sumber kemaksiatan atau tidak. Perilaku mereka ini tentu tidak harus diikuti karena seorang muslim, harus memperhatikan halal haramnya tindakannya.

Penulis jadi ingat kisah inspiratif tentang seorang lelaki yang menghadap Ibrahim bin Adham setelah menjerumuskan dirinya sendiri dalam kemaksiatan, lelaki itu meminta Ibrahim sebuah resep untuk mencegah kemaksiatan itu. Ibrahim bin Adham berkata kepadanya, “Kamu harus mampu melakukan lima hal ini sehingga kamu tidak menjadi ahli maksiat. ”. Lelaki itu bertanya, “Tolong katakan apa sajakah itu, wahai Ibrahim bin Adham!”. 

Ibrahim bin Adhampun berkata,”Yang pertama, ketika hendak berbuat maksiat, maka janganlah kamu memakan sedikitpun dari rejeki Allah.” Lelaki itu heran dengan perkataan Ibrahim bin Adham, kemudian bertanya, “Bagaimana anda bisa menyampaikan demikian wahai Ibrahim? Padahal semua rezeki berasal dari Allah!”. Ibrahim bin Adham menjawab, “Jika kamu telah mengetahuinya, maka apakah kamu pantas memakan rezeki Allah? Padahal kamu telah berbuat maksiat kepada-Nya?”. Lelaki tersebut merundukkan kepala sejenak dan menjawab, “Tentu tidak, saya tidak pantas. Lalu, apa yang kedua, wahai Ibrahim?”

“Yang kedua, jika kamu hendak berbuat maksiat kepada Allah, maka janganlah engkau tinggal di bumi-Nya”, Lelaki itu kembali heran, seketika menjawab, “Bagaimana anda bisa menyampaikan demikian, wahai Ibrahim? Padahal setiap inci bagian bumi ini milik Allah keseluruhan”. Ibrahim mengangguk, lalu menjelaskan kepada lelaki tersebut, “Jika kamu telah mengetahuinya, maka apakah kamu pantas tinggal di bumi-Nya? Padahal kamu telah melakukan maksiat terhadap-Nya?”. Lelaki itu kembali merundukkan kepala, lantas menjawab, “Tentu tidak, saya tidak pantas. Lalu apa yang ketiga, wahai Ibrahim? ”

“Yang ketiga,  jika kamu hendak berbuat maksiat kepada Allah, maka carilah tempat di mana Allah tidak dapat melihatmu, lalu berbuatlah maksiat di tempat itu sesuka hatimu”. Lelaki itu kembali heran untuk ketiga kalinya, “Bagaimana anda bisa menyampaikan demikian, wahai Ibrahim? Padahal Allah Maha Mengetahui lagi Maha Melihat segala sesuatu, Ia dapat mendengar semut yang merayap pada batu besar dan keras di malam hari yang begitu gelap! ”. Ibrahim bin Adham mengangguk, lalu menjelaskan kepada lelaki itu untuk ketiga kalinya, “Jika kamu telah mengetahuinya, maka apakah kamu pantas melakuan perbuatan maksiat terhadap-Nya?”.  Leaki itu terdiam, lalu menjawab, “Tentu tidak, saya tidak pantas. Lalu apa yang keempat, wahai Ibrahim? ”

“Yang keempat, ketika malaikat maut datang untuk mencabut nyawamu, maka katakan padanya untuk menundanya hingga waktu tertentu”. Lelaki itu terdiam, lantas berkata, “Bagaimana anda bisa menyampaikan demikian, wahai Ibrahim? Padahal Allah telah berfirman di dalam Al-Qur’an, surat Al-Araf ayat 34. Bahwa ketika ajal tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun”. Ibrahim bin Adham mengangguk sekali lagi, lalu menjelaskan kepada lelaki itu untuk yang keepmat kalinya, “Jika kamu telah mengetahuinya, maka apakah kamu masih mengharapkan keselamatan?” Lelaki itu merunduk ketakutan, kemudian menjawab, “Iya. Lalu, apa yang kelima, wahai Ibrahim?”

“Yang kelima dan terakhir, ketika malaikat Zabaniyah - yaitu malaikat penjaga - mendatangimu dan hendak menyeretmu ke dalam neraka Jahannam, maka janganlah engkau mengikuti mereka-”. Belum selesai lelaki itu mendengar nasihat tersebut, ia berkata kepada Ibrahim bin Adham sembari menangis, “Sudah cukup,Ibrahim. Saya memohon amput kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya.”

Pada akhirnya, perkataan lelaki itu terwujud. Ia akhirnya senantiasa beribadah dan memohon ampun kepada Allah hingga  tiba akhir hayatnya.

Point yang dapat kita petik dari cerita diatas ialah setiap perbuatan maksiat yang kita perbuat pasti terlihat oleh mata Sang Ilahi, tidak ada yang luput dari-Nya, detail sekecil apapun itu, pasti diketahui. Dan tentunya, balasan orang yang berbuat maksiat kepada Allah itu tidaklah murah bagai permen milkita. Ajal tidak ada yang mengetahui kapan datangnya, bisa saja besok, lusa, kapan saja. Kita juga tidak bisa request untuk tidak masuk Jahannam-Nya, atau bahkan meminta untuk menunda kematian kita. Allah sudah mempermudah kita dalam kehidupan untuk mencari pahala, hingga kita dapat membeli kembali rumah kita di syurga-Nya.

Wallahu a'lam bishowab.