REMAJA MAKIN SADIS, BUKTI SISTEM YANG SAKIT
Oleh : Eyii Shelly (Aliansi Penulis Rindu Islam)
Saat ini maraknya kejahatan anak sungguh merupakan masalah serius. Sebagai contohnya di Pacet Mojokerto, hanya karena cek cok dan sakit hati, Chalimatus Sadiyah (CS), gadis 16 tahun tega menusuk kakak kandungnya sendiri, Setiawan (28 tahun) (beritasatu.com 22/12/2024). Sungguh miris, betapa tipisnya kontrol emosi yang dimiliki seorang gadis yang masih di bawah umur, sehingga dia tega melakukannya pada kakak kandungnya sendiri.
Sebelumnya pun kita dibuat tercengang dengan peristiwa pembunuhan di Lebak Bulus Cilandak Jakarta yang dilakukan oleh remaja14 tahun. Bagaimana bisa seorang anak dalam satu waktu bisa menikam ayah dan neneknya hingga meninggal dunia, sementara ibu kandung pelaku sendiri mengalami luka parah. Padahal anak tersebut dikenal baik dan pintar oleh semua orang di sekelilingnya (Beitasatu.com 30/11/2024). Yang lebih mencengangkan lagi, dia melakukannya karena mendengar suara-suara di telinganya yang menyuruhnya melakukan hal tersebut. Anak ini seolah mengalami masalah kesehatan mental. Karena sebelum kejadian tersebut, ibunya sempat dibawa ke psikiaater beberapa kali karena mengalami gangguan tidur. Ia sering tidur di kelas dan insomnia di malam hari (suara.com 10/12/2024).
Masih tentang kejahatan anak, di Palembang 4 remaja di bawah umur juga melakukan pembunuhan dan pemerkosaan pada seorang remaja putri berusia 14 tahun. Kejadian ini sungguh sangat memprihatinkan. Kejadian-kejadian ini seolah tak terbendung seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Remaja bisa menemukan apa saja baik itu video porno, ataupun tindak kekerasan dengan mudah melalui gawai mereka. Senada dengan hal ini, Dr Azwar Agus Pengamat Hukum dari Universitas Taman Siswa Palembang, menyatakan bahwa peran media sosial membuat para tersangka bisa dengan mudah mengakses film biru (porno), hal tersebut bisa menjadi pemicunya (Detik.sumbangse l5/9/2024).
Data Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) Kementerian Hukum dan HAM menempatkan kasus pembunuhan dengan pelaku anak di bawah umur pada peringkat ke empat dengan jumlah kasus paling banyak. Dalam kurun waktu 2020 hingga 2022 ada sebanyak 2.302 kasus anak sebagai pelaku kejahatan. Dengan perbandingan kasus 838 kasus pencurian, 341 kasus narkoba, 232 kasus penganiayaan, serta 491 kasus pelanggaran hukum yang lain. Pemerkosaan juga marak terjadi mencapai 199 kasus (Goddstats.id 24/9/2024).
Sungguh miris perilaku anak zaman sekarang. Mereka dengan mudahnya mengambil nyawa seseorang bahkan itu keluarga sendiri. Banyaknya kasus pembunuhan yang dilakukan anak di bawah umur ini menggambarkan rapuhnya keluarga Muslim dan rusaknya generasi Muslim.
Semua hal ini tidak terjadi dengan sendirinya. Hal ini terjadi karena sistem yang diterapkan di negeri ini adalah sistem sekuler-kapitalis yang telah merusak dan merobohkan pandangan mengenai keluarga muslim. Sistem ini telah melahirkan generasi-generasi yang miskin iman dan tidak mampu mengontrol emosinya. Mereka menjadi generasi yang rapuh dan kosong jiwa nya.
Mengapa bisa terjadi demikian? Kapitalisme sebagai ideologi yang menjadikan materi sebagai asas tujuan hidup, mengambil sekulerisme sebagai akidahnya. Akidah sekulerisme inilah yang menjadikan generasi saat ini menjadikan agama hanya dalam ranah ibadah dan tidak berperang dalam mengatur kehidupannya. Ketika manusia dibebaskan memilih aturan maka hanya kemanfaatan yang mereka kejar. Tidak ada lagi rem halal haram dalam perbuatan. Maka anak-anak tidak mengenal konsep yang jelas berkaitan birul walidain. Bagi mereka orang tua adalah penyedia kebutuhan anak semata.
Sistem semakin berkembang ketika sudah diterapkan sebagai asas pendidikan. Maka Sistem pendidikan tidak lagi bertujuan membentuk kepribadian Islam, namun justru menciptakan generasi yang siap kerja dan diterima oleh industri. Kemanfaatan atau keuntungan menjadi dasar perbuatan. Alhasil lahirlah generasi rusak . Rusak dalam membangun hubungan dengan Allah maupun dengan dirinya sendiri bahkan dengan manusia lain, seperti orang tua, keluarga atau bahkan masyarakat tempat ia hidup di dalamnya.
Penerapan sistem hidup kapitalisme telah terbukti gagal memanusiakan manusia. Fitrah dan akal manusia tidak terpelihara dengan baik. Sehingga menjauhkannya dari tujuan penciptaan dirinya sebagai makhluk, yaitu sebagai hamba dan khalifah pembawa rahmat bagi alam semesta. Mereka kehilangan jati dirinya sebagai hamba Allah yang setiap perbuatannya akan di pertanggung jawabkan di hadapan Allah kelak di akhirat. Mereka menjadi generasi yang berperilaku bebas, tanpa peduli halal haram, hanya berfikir bagaimana mendapatkan kesenangan materi sebanyak-banyaknya.
Inilah efek ketika negara yang hanya berperan sebagai regulator, dan abai dalam pembentukan kepribadian warga negaranya. Oleh karena itu selama sistem sekuler kapitalisme ini diterapkan, akan kerap kita temui kasus perilaku buruk anak terhadap orang lain.
Hal ini berbeda dengan gambaran generasi dalam naungan sistem syariat islam dalam institusi Khilafah. Islam mendidik generasi menjadi generasi yang memiliki kepribadian islam yang akan berbakti dan hormat kepada orang tuanya dan memiliki kemampuan mengendalikan emosi, pasalnya Islam telah melarang keras durhaka terhadap orang tua, Rasulullah bersabda "Dosa-dosa besar adalah menyekutukan Allah, durhaka kepada orang tua, membunuh manusia dan sumpah palsu" (HR. Bukhari).
Dalam Quran Surat An-Nisa ayat 23 juga di jelas kan aturan islam terkait hubungan antara anak dan orang tua kalau berkata ufh atau membentak orang tua saja itu tidak boleh apalagi sampai memukul hingga membunuh mereka tentu haram hukumnya.
Islam memiliki mekanisme dalam menjauhkan generasi dari kemaksiatan dan tindak kriminal. Melalui pendidikan Islam generasi dididik berlandaskan aqidah Islam. Hal ini menjadikan ketakutan mereka adalah ketika melanggar aturan Allah dan RasulNya. Sehingga mereka akan menyelaraskan seluruh aktivitasnya sesuaikan dengan halal dan haram dalam syariat Islam. Alhasil mereka tidak akan melalukan hal hal yang di larang oleh syariat. Karena tujuan hidup mereka semata-mata adalah ridho Allah bukan sekedar kemanfaatan atau kepuasan sesaat. Wallahu'alam
Posting Komentar