Ironi Sang Pemberi Ilmu Di Hari Guru
Oleh : Ummu Anggun
Tepat pada tanggal 25 November setiap tahunnya di peringati sebagai Hari Guru, dimana gegap gempitanya terjadi di mana -mana. Ada guru yang pake seragam siswa mulai dari seragam sd, smp atau sma, sampai ada guru yang memotong rambutnya dengan potongan rambut siswanya yang terkesan ugal -ugalan.
Namun jika kita perhatikan, sungguh ironis kondisi para guru saat ini dimana gaji guru seringkali tidak sepadan dengan pengorbanan mereka sebagai seorang pendidik, bahkan banyak guru honor yang menerima gaji di bawah lima ratus ribu perbulan dan di bayarkan pertiga bulan sekali. Maka tidaklah mengherankan jika ada guru yang kemudian merangkap profesi lain sebagai usaha tambahan, entah itu sebagai tukang ojek, tukang becak ataupun pengumpul barang bekas.
Yang lebih miris lagi saat ini sang pemberi ilmu yang seharusnya di hormati sebagai pelitanya kehidupan, yang seharusnya di gugu dan di tiru malah di kriminalisasi dan masuk bui.
Maraknya kasus kriminalisasi terhadap para guru mencoreng muruah sang pemberi ilmu, pola mendidik anak seringkali di salah artikan oleh orang tua siswa sebagai tindakan kekerasan terhadap anak didiknya, padahal guru hanya berniat mendisiplinkan anak didiknya.
Maraknya kasus kriminalisasi terhadap guru, menyebabkan para guru makin takut mendisiplinkan anak didiknya. Dan jika kondisi ini terus dibiarkan, maka akan berdampak pada munculnya fenomena “masa bodo” dari para guru. Jika sudah demikian, akan sangat berpengaruh terhadap dunia pendidikan.
Pendidikan dalam sistem sekuler
Munculnya berbagai kasus kriminalisasi dan tindakan tidak terpuji baik itu yang di lakukan oleh para orangtua siswa maupun siswa itu sendiri kepada para gurunya, adalah buah dari sistem sekuler kapitalis saat ini.
Di pisahkannya agama dari kehidupan membuat anak didik tidak lagi memahami bagaimana memuliakan sang pemberi ilmu. Bahkan dalam sistem sekuler kapitalis sekarang ini, juga melahirkan anak didik yang krisis moral dan berakhlak buruk.
Kesalahan tentu bukan hanya dari para orangtua siswa yang dengan kekuasaanya bisa dengan mudahnya menjebloskan para pendidik untuk masuk bui, tapi jika kita lihat sistem ini jugalah yang kemudian melahirkan para pendidik, yang sudah tidak lurus niatnya dalam mendidik siswa. Sistem sekuler kapitalis saat ini melahirkan para pendidik yang berorientasi materi. Apalagi dalam sistem saat ini terjadi perbedaan status antara guru honor dan PNS.
Tujuan utama untuk mencerdaskan anak bangsa seharusnya menjadikan generasi cemerlang pembangun peradaban. Namun saat ini hal tersebut luntur tergerus sistem. Dimana yang terjadi hanyalah, guru menggugurkan kewajiban sebagai tenaga pendidik, yakni keberlangsungan belajar mengajar dan mengejar nilai-nilai di atas kertas secara akademik, tanpa memikirkan bagaimana membangun akhlak yang baik dan menanamkan nilai -nilai keimanan kepada Allah SWT.
Inilah bukti lemahnya negara dalam sistem sekuler kapitalis saat ini, negara yang seharusnya menjadi pilar utama tegaknya sebuah peraturan, tidak bisa memfasilitasi para guru sebagai tenaga pendidik. Sang pemberi ilmu pada kehidupan, layak bagi mereka hidup yang lebih mapan dan pemenuhan terhadap kebutuhan mereka.
Pendidikan dalam sistem islam
Islam mempunyai aturan yang sangat jelas dalam sistem pendidikannya, dan seorang guru tentu sangat di muliakan di dalam islam.
Pada masa Rasulullah SAW seorang guru bergaji sangat besar sebagai apresiasi baginya yang telah mendidik dan mencerdaskan generasi, karena di tangan para gurulah lahir para pemuda penerus peradaban. Tidak mengherankan jika pada masa Rasulullah SAW lahir generasi-generasi tangguh pembela agama islam.
Pada masa kekhalifahan Umar Bin Khattab, gaji seorang guru senilai 15 dinar perbulan dimana 1 dinar itu setara dengan 4,25 gram emas atau sekitar 30 jutaan setiap bulannya, dan itu berlaku bagi semua guru, tidak memandang apakah dia PNS atau honor.
Berbeda dalam sistem sekuler kapitalis yang berorientasi pada materi, maka dalam sistem islam orientasi guru adalah mencari pahala sebanyak banyaknya, karena mengacu pada sabda Rasulullah SAW
إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ
"Apabila anak adam (manusia) telah meninggal dunia, maka terputuslah amalnya darinya, kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyah (sedekah yang pahalanya terus mengalir), ilmu yang bermanfaat, atau anak solih yang selalu mendoakannya." (HR Muslim).
Maka sudah menjadi sebuah keharusan bagi para orangtua dan anak didik untuk lebih menghormati sang pemberi ilmu, menjaga muruah mereka sebagai tenaga pendidik, karena sejatinya keberkahan ilmu itu ada dalam ridho sang guru, yang di tangan mereka lahir generasi-generasi yang cerdas, beriman dan bertakwa.
Dan sudah seharusnya kita mencampakkan sistem sekuler kapitalis ini dan menggantinya dengan sistem islam, karena hanya dalam bingkai Daulah Islamlah guru akan di muliakan dan kehidupannya akan di sejahterakan.
Wallahu A'lam Bisshowab
Posting Komentar