Kemiskinan Akibat Sistem Kapitalisme
Oleh : Misita (Pelajar)
Kemiskinan masih menjadi masalah global yang masih terjadi di sekitar kita saat ini. Laporan terbaru dari Program Pembangunan PBB pada Kamis (17/10/24), sekitar 1,1 miliar orang di seluruh dunia saat ini hidup dalam kemiskinan akut.
Laporan ini mencakup data dari 110 negara dan menunjukkan bahwa lebih dari 18 persen dari total populasi global yang mencapai 6,1 miliar orang, mengalami kemiskinan multidimensi yang ekstrem dan hampir setengahnya berada di negara-negara yang mengalami konflik (Kompasiana.com, 17/10/24).
Bahkan terdapat hari khusus Hari Pengentasan Kemiskinan Internasional yang diperingati setiap tanggal 17 Oktober sejak 1992. Meski begitu, hingga kini belum bisa mewujudkan kesejahteraan dunia.
Tak terkecuali di Indonesia, kemiskinan masih menjadi masalah serius di negeri ini. Banyak upaya pemerintah untuk menurunkan kemiskinan yang ada. Seperti program bansos, program Indonesia Pintar (PIP), Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN-KIS), Program Keluarga Harapan (PKH), Bansos Rastra/Bantuan Pangan Non Tunai dan sebagainya. Namun, kebijakan-kebijakan tersebut dampaknya tidak begitu signifikan. Angka kemiskinan masih saja tetap tinggi. Maka kemudian munculah beberapa solusi, seperti menganggap bahwa belajar di luar negeri bisa mengurangi kemiskinan.
Adapula solusi lain, yakni pemberdayaan perempuan. Anggapan bahwa perempuan itu memiliki potensi besar untuk berkontribusi dalam mengentaskan kemiskinan. Perempuan juga berpotensi besar untuk berkontribusi pada PDB negara. Seperti yang dikatakan oleh Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian.
"Perempuan memiliki potensi besar untuk berkontribusi terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) suatu negara, apabila mereka diberdayakan. Dampak positifnya tidak hanya akan dirasakan oleh diri perempuan secara individu, tetapi juga keluarga, komunitas, hingga negara," kata Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian PPPA Lenny N. Rosalin (antaranews.com, (17/03/24).
Sungguh miris, negara kita yang kaya akan sumber daya alam namun nyatanya sebagian warganya hidup dalam kemiskinan. Sejatinya akar penyebab kemiskinan yang ada saat ini adalah penerapan sistem ekonomi kapitalisme. Solusi seperti apapun apabila sistem yang digunakan tetap kapitalisme, maka masalah kemiskinan ini akan terus berlanjut.
Sistem kapitalisme merupakan sistem buatan manusia, yang mana sistem ini menyerahkan kebebasan untuk mengendalikan perekonomian pada para kapitalis. Kapitalis merupakan pihak swasta yang memiliki banyak modal (pemilik modal), mereka memiliki perusahaan-perusahaan dengan tujuan utama mencari profit sebesar-besarnya. Dalam menjalankan usahanya tentu mereka membutuhkan bahan baku serta tenaga kerja yang murah. Nah, kedua faktor ini harus dimiliki oleh para pemilik usaha karena dapat menekan biaya produksi supaya peluang mendapatkan laba semakin besar. Akibatnya, para pengusaha ini berambisi untuk mencari bahan baku untuk produk mereka dan mengeksploitasi sumber alam yang ada guna menyuplai kebutuhan usahanya. Mirisnya sumber bahan baku dengan jumlah fantastis itu ada di negara-negara dengan penduduk muslim sehingga para kapitalis mengincar sumber daya alam yang mereka miliki untuk dieksploitasi. Kerjasama antara para Kapitalis dan pemerintah pun tidak bisa dihindarkan, dan kerjasama inilah yang merupakan pintu gerbang kesengsaraan rakyat.
Akibat dari penerapan sistem ekonomi kapitalisme ini, sumber daya alam yang seharusnya dikelola oleh negara untuk menyejahterakan rakyatnya dikuasai pihak asing maupun pihak swasta pemilik modal. Kekayaan alam yang kita punya terus menerus dikeruk dan hanya meninggalkan sisa-sisa buruk yang menimbulkan kerusakan alam serta berdampak pada bencana alam.
Sistem Kapitalisme Sekuler juga menerapkan sistem pemerintahan Demokrasi yang mana sumber utama pendapatan utama negara berasal dari pajak yang diambil dari rakyat dan hutang. Semakin negara menginginkan pemasukan negara yang besar maka negara akan berhutang dan pajak yang ditarik pun akan semakin tinggi.
Belum lagi masalah korupsi dari para pejabat negara yang menyebabkan pembangunan fasilitas negara tidak maksimal dan pembangunan tidak merata. Rakyat pun akhirnya kesulitan untuk mendapatkan fasilitas umum, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, dll. Ditambah lagi harga bahan pokok yang tidak stabil. Begitu juga dengan harga rumah yang semakin naik tiap tahunnya. Sementara bansos pun banyak yang tidak tepat sasaran. Akhirnya, masalah kemiskinan tak kunjung usai dan makin parah kondisinya dari tahun ke tahun.
Inilah dampak penerapan sistem kapitalisme, bahwa kemiskinan akan terus ada.
Maka tidak ada alasan lain untuk kita kembali pada Islam. Sebuah agama yang tidak hanya mengatur tentang ibadah ritual, akan tetapi mengatur seluruh kehidupan manusia. Tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Negara akan menjamin pemenuhan pangan, sandang dan papan setiap rakyatnya. Menyediakan layanan pendidikan, kesehatan, layanan publik berupa administrasi sipil, transportasi, infrastruktur serta keamanan. Semua dana untuk pembiayaan tersebut diambil dari Baitul mal yang memiliki sumber pemasukan yang sangat banyak, diantaranya hasil pengelolaan SDA, zakat, fa'i, usyr, jizyah dan lain sebagainya. Negara Islam tidak menarik pajak serta hutang sebagai sumber pemasukan negara yang utama. Dengan demikian rakyat tidak disibukkan dengan berbagai tagihan yang semakin hari semakin mahal. Karena sistem Islam saat ini belum dipakai dalam mengatur negara, maka dari itu sangat perlu untuk diperjuangkan saya rakyat hidup aman, sejahtera dan selamat dunia akhirat.
Wallahu a’lam bishawab. []
Posting Komentar